Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pilihan Dilematis Kota Sukabumi: Merawat-Lestarikan Heritages atau Mengamini Modernisasi Tak Terkendali

5 Oktober 2022   20:13 Diperbarui: 12 Oktober 2022   14:43 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Legacy tempo doeloe di Jln. Suryakencana, Sukabumi, yg sdg dipulihkan untuk menjadi cafe dan konvensi terbuka. Foto : Parlin Pakpahan

Gereja Sidang Kristus legacy tempo doeloe di downtown Sukabumi. Foto : Parl;in Pakpahan.
Gereja Sidang Kristus legacy tempo doeloe di downtown Sukabumi. Foto : Parl;in Pakpahan.

Literasi Kota Sukabumi

Kalau mau menelisik lebih jauh, literasi tentang kota Sukabumi dan perkembangannya sebenarnya cukup banyak. Kalau kita coba googling dengan keyword sukabumi tempo doeloe misalnya, akan keluar nama-nama seperti Irman Firmansyah, Rimbo Gunawan dan yang terbanyak di antaranya adalah para mahasiswa yang menulis skripsi kesarjanaannya tentang sejarah Sukabumi.

Tapi mencari sumber yang lebih rinci deskripsinya, yi sumber Belanda. Di sini terkesan tak ada pergerakan lebih jauh ke pedalaman Netherlands sana.

Padahal kalau mau tanpa harus ke pedalaman Belanda sana, kita tinggal mengklik delpher.nl misalnya yang menyediakan segala macam arsip koran Hindia Belanda tempo doeloe mulai 1600-an hingga penghujung era Belanda pada 1949.

Gereja Protestan legacy tempo doeloe yg kini menjadi Gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.
Gereja Protestan legacy tempo doeloe yg kini menjadi Gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.

Memang, ada ANRI atau Arsip Nasional RI yang pernah menulis tentang sejarah Kota Sukabumi, termasuk Sukabumi Heritages, tapi deskripsinya terbatas pada foto-foto jadul yang tak disebutkan secara jelas sumbernya. Tapi bagaimanapun, apa yang dirilis ANRI sudah cukup untuk para pemula yang ingin mengenal kota Sukabumi.

Tak lupa seorang anak Cibadak Irman Firmansyah yang pernah nekad menulis "Soekaboemi The Untold Story". Buku ini bermuatan 10 Bab.

Irman berusaha menjelaskan fase-fase sejarah Sukabumi dalam Era Klasik (Bab I), Datangnya Bangsa Eropa (Bab II), Era Transisi (Bab III), Era Liberalisasi dan Perkebunan Swasta (Bab IV), Sejarah Kehidupan Formal dan Kekuatan Sosial (Bab V), Era Modernisasi Awal (Bab VI), Pengaruh Agama dan Pergerakan (Bab VII), Era Asia Timur Raya (Bab VIII), Era Revolusi dan Kemerdekaan (Bab IX) dan Era Orde Lama (Bab X).

Legacy tempo doeloe dekat gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.
Legacy tempo doeloe dekat gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.

Lebih lanjut setiap bab dirinci tidak kurang menjadi 15 sub bab. Bab I merupakan bab yang paling banyak sub bab, yi 22, sementara Bab V, VII dan IX, berisi 15 sub bab, dan sisanya berisi 16 sampai 19 sub bab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun