Pemerintah transisi yang diadmin PBB memerintah new sate itu dari 1999 hingga 2002. Ada memang upaya untuk mengungkap kasus pelecehan seksual tsb. Tetapi ada ketakutan akan pembalasan dan kekhawatiran bahwa pada tahap awal ini negara tidak dapat menangani skandal yang menghancurkan seperti itu.Â
Rakyat Timor Timur telah membayar harga yang mahal untuk kemerdekaan. Paulo sangat trauma dan menderita karena situasi panik yang dihadapinya di masa lalu. Banyak hal yang tercampur disini, ya perang, ya uskup. Saya telah melalui masa-masa kelam itu, katanya.
Kejutan lain di awal new state, Belo tiba-tiba mengundurkan diri sebagai kepala gereja. Paus membebaskannya dari tugas keuskupan pada 26 Nopember 2002. Peraih Nobel Perdamaian itu mengatakan dia menderita "kelelahan fisik dan mental." Pada Januari 2003, Belo meninggalkan Timor Timur yang telah menjadi Timorleste, untuk memulihkan diri di Portugal. Dia kemudian memilih posisi baru menjadi "asisten imam" di Maputo, Mozambik. Saya telah turun dari atas ke bawah, kata Belo kepada UCA News.
Tetapi mengapa seorang uskup yang ambisius dan terkenal di dunia menerima posisi yang begitu rendah? Mengingat tuduhan pelecehan seksual terhadapnya, maka apa yang dia katakan belum lama ini tentang karyanya di Maputo menjadi tak lagi korelatif karena sifat predatornya itu.Â
Mengutip Belo : "Saya melakukan pekerjaan pastoral dengan mengajarkan katekismus kepada anak-anak, memberikan retret kepada orang-orang muda." Apakah kata-kata ini bisa dipegang di kala The Sinner atau Sang Predator eks Timor Timur itu tengah memandang anak-anak remaja Maputo yang menjadi audiencenya. Repot.
Lagian Belo tidak pernah lagi tinggal di Timorleste. Ia berkunjung sesekali, terakhir pada Natal dan Tahun Baru 2018, dan meninggalkan negara asalnya pada Januari 2019.
Dalam beberapa tahun terakhir, citra gereja Katolik yang pernah sempurna di Timorleste mulai memburuk. Pada Pebruari 2019, platform berita lokal Tempo Timor mengungkapkan untuk pertama kalinya kasus serupa, yi pelecehan seksual yang dilakukan pendeta asal AS Richard Daschbach.Â
Pengadilan Timorleste memvonis Daschbach 12 Tahun penjara. Ia melakukan pelecehan seksual terhadap gadis-gadis di rumah penampungan yang dia kelola di Oecusse atau Ambeno. Pada tahun 2015 seorang frater Katolik di Ermera dihukum penjara sepuluh tahun karena pelecehan seksual serupa terhadap remaja di sebuah pusat bantuan di Ermera. Hanya saja keputusan hukum itu tidak sampai ke media.
Sementara Vatikan telah memecat Daschbach dari imamat. Keputusan Vatikan yang dirahasiakan ini diambil sekitar Desember 2021,
Ada lebih banyak kasus di Timorleste kalau mau serius diivestigasi. De Groene Amsterdammer sempat mewawancara orang-orang yang menuduh empat imam yang berbuat cabul di Timorleste. Yang lainnya, ada kekhawatiran tentang pendeta Inggeris Patrick Smythe, yang tahun ini dihukum di Inggeris karena melecehkan anak-anak. Smythe menghabiskan sepuluh tahun di Timorleste dan dia diduga membawa anak-anak tidur di kamar hotelnya di Dili.
Beberapa sumber mengatakan pihak otoritas gereja telah membatasi perjalanan Belo. Dia sekarang tinggal di Portugal dan tidak diizinkan bepergian atas inisiatifnya sendiri ke negara asalnya, tetapi terlebih dahulu harus meminta izin dari Roma. Pembatasan perjalanan itu ditegaskan oleh ketua Konferensi Waligereja Timorleste.Â