Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Kopi Asia Semakin Dinamis

27 September 2022   18:52 Diperbarui: 2 Oktober 2022   09:17 3241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan Coffee Toffee di bilangan Jaksel. Foto: coffeetoffee.co.id

Sebuah keheningan di gerai kopi Fore di Rasuna Said, Jakarta. Foto: Parlin Pakpahan.
Sebuah keheningan di gerai kopi Fore di Rasuna Said, Jakarta. Foto: Parlin Pakpahan.

Coffee Toffee, rantai kedai kopi Indonesia, adalah salah satu dari banyak pemilik kedai kopi di Asia yang melihat peluang besar dalam menyeimbangkan angka-angka ini. Visi Toffe Coffee dan sebangsanya terkesan ingin menjadi rantai kopi internasional.

Tidak ada satu pun nama besar seperti Starbucks dari AS, Costa Coffee dari Inggeris, Gloria Jeans Coffee dari Ausie atau Arabika dari Jepang yang berasal dari negara penghasil kopi seperti Brazil, Vietnam atau Indonesia. 

Coffee Toffee dkk adalah bagian dari gerakan di seluruh Asia untuk mematahkan tren ini, karena pembuat kopi kelas industri rumahan seperti Febrian Eka dari Poenokawan Roastery dan pemilik kedai kopi lainnya di Malang misalnya sama-sama bertujuan untuk merebut kembali kopi untuk wilayah yang menanamnya.

Vietnam telah menjadi raksasa kopi dalam dirinya sendiri, sejak penjajah Perancis pertama kali memanen ceri merah (nama yang biasa dipakai untuk buah pohon kopi) pada abad ke-19. 

Begitu mendalamnya kopi dalam budaya Vietnam sehingga tanaman tsb telah diintegrasikan ke dalam leksikon lokal. Sebagai contoh, kopi robusta kental yang dibuat dengan susu kental yang membusuk, yang secara historis dinikmati oleh orang Perancis yang tidak memiliki lemari es untuk menyimpan susu segar. Warisan itu semua telah membantu Vietnam menjadi eksportir robusta top dunia dan masyarakat kafe.

Budaya kopi Vietnam setua pohon kopinya, tetapi terus berkembang. Lihat misalnya UCC Coffee Roastery di Kota Ho Chi Minh. Di jalanan, gerobak jalanan mematok US $ 1 untuk robusta yang disaring yang telah menjadi fitur utama negara itu selama lebih dari satu abad. 

Di dalam kedai-kedai kopi Vietnam zaman now, barista mengkhususkan diri dalam peracikan kopi dengan bermacam mesin pemroses, dimana kafe terlihat seperti laboratorium sains kecil.

Untuk mendemonstrasikannya, seorang barista menyalakan pembakar di bawah teko berisi air mendidih. Tekanan panas mendorong air melalui siphon dan masuk ke dalam teko, tempat kopi diseduh. 

Kafe ini membantu mendorong Vietnam melewati akar robustanya ke era beragam, melayani dua kelompok khususnya : mereka yang ingin sesuatu yang menyenangkan untuk dicoba, seperti frappe, dan penggemar yang sibuk dengan semua hal remeh-temeh dan bagaimana meracik kopi.

Bajawa Cafe (Flores), gerai kopi terbaru di Depok Belanda. Foto: Parlin Pakpahan.
Bajawa Cafe (Flores), gerai kopi terbaru di Depok Belanda. Foto: Parlin Pakpahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun