"Selama Palestina berada di bawah pendudukan Israel, Indonesia tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel," demikian Direktur Timur Tengah Kemenlu RI Bagus Hendraning Kobarsyih kepada Tempo, Selasa, 20 September 2022.
Sementara itu jubir Kemenlu RI Teuku Faizasyah mengatakan dia tidak tahu siapa pejabat senior yang dimaksud artikel tsb. Senada dengan Bagus, Faizasyah menegaskan bahwa posisi Indonesia tidak berubah dan terus mengedepankan "solusi dua negara" sebagai cara untuk mengakhiri konflik Israel-Arab Palestina.
Jerusalem Post menjadi sumber utama pemberitaan tentang kunjungan delegasi kedua negara berpopulasi Muslim terbesar dan belum pernah punya hubungan diplomatik dengan Israel itu.Â
Indonesia tak bergeming sekalipun sudah ada Abraham Accord jelang akhir pemerintahan Trump dan yang terbaru Turki selaku dedengkot negara muslim modern yang bersekutu dalam aliansi Nato telah membuka kembali kedutaan besarnya di Tel Aviv setelah belasan tahun putus gegara Israel menghentikan paksa sejumlah aktivis Turki yang merangsek unjuk rasa ke perairan Gaza.
Kunjungan delegasi Indonesia ke Israel saya kira bukan hanya sekali itu saja. Yang terkenal dan sempat menghebohkan adalah kunjungan Ibu Istibsyaroh - Ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga MUI - dan tujuh rekannya ke Israel pada medio Januari 2017. Sekjen MUI Anwar Abbas mengisyaratkan pemecatan Istibsyaroh setelah Ketua MUI Muhyidin Junaidi meminta Istibsyaroh mundur dari jabatannya di MUI.
Ulama perempuan ini tidak jadi dipecat memang karena banyak dibemper para pembela yang tegas-tegas menyatakan bahwa tak ada aturan yang melarang orang berkunjung ke Israel. Juga dipertanyakan apakah dengan terus berstigma negatif terhadap Israel, termasuk WNI yang berusaha melakukan approach ke Israel, Indonesia dapat memediasi konflik Israel-Arab Palestina. Oh no!
Ibu Istibsyaroh dkk misalnya, dia berkunjung ke Israel dalam rangka menghormati memori dan warisan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Almarhum Gus Dur berada di Dewan Institut Elijah yang berbasis di Jerusalem dan Pusat Perdamaian Peres.Â
Ibu Istibsyaroh dkk ke Israel dalam rangka menghormati ajaran damai Gus Dur. Mereka memperagakan kepada orang Israel dan Arab Palestina bahwa mereka ke Israel dengan perspektif Indonesia. Mereka bertemu orang Yahudi, Muslim dan Kristen di Israel dan di wilayah otoritas Arab Palestina.
Tidak ada larangan hukum bagi WNI untuk bepergian ke Israel. Setiap tahun, puluhan ribu orang Indonesia mengunjungi Israel. Pada tahun 2012, hampir selusin pemimpin Muslim Indonesia melakukan perjalanan lintas agama dalam rangka "Misi untuk Perdamaian dan Pemahaman Antar Agama".
Pada tahun 2008, Ikatan Ahli Bedah Indonesia mengirimkan delegasi resmi yang terdiri dari 23 dokter Indonesia ke Tel Aviv, untuk dilatih oleh Israel dalam "manajemen insiden multikorban". Sebagian besar pelatihan itu dipersiapkan untuk kemungkinan serangan teror, bencana alam dan krisis lainnya.
Sejumlah pejabat Indonesia, termasuk anggota DPR Tantowi Yahya, juga pernah secara terbuka mengunjungi Israel. Mantan Wapres Jusuf Kalla bahkan pernah menyatakan tidak ada alasan Indonesia tidak memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Israel. Kita tidak bisa menjadi mediator jika kita tidak mengenal Israel. Kita harus dekat dengan Israel dan Arab Palestina, demikian JK pada tahun 2014.