Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Gereja HKBP Legacy Belanda di Kota Sukabumi

12 September 2022   19:35 Diperbarui: 13 September 2022   09:43 2860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lampu gantung antik di gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan

Mengenal Gereja HKBP Legacy Belanda Di Kota Sukabumi

Gunung Gede, Gunung Pangrango dan Gunung Salak. Siapa yang tak kenal nama legendaris itu? Pasti kenal-lah. Kalau tidak kenal, bisa dipastikan dia bukanlah bangsa awak. Orang Eropa dan China Hokkian penjelajah saja tahu. Sebagian masa lalu mereka ada terekam disana.

Ketiga gunung itu sebagian terletak di wilayah Bogor dan sebagian lainnya di wilayah Sukabumi. Bogor sangat dikenal tentu karena orang sudah lama tahu ada Kebun Raya peninggalan Belanda disitu dan ada sebuah institut pertanian tempo doeloe yang kemudian menjadi IPB di zaman merdeka.

Tampak depan gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.
Tampak depan gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.

Tak heran Sukabumi sejauh ini hanya dikenal sebagai sebuah kota kecil yang berudara sejuk di lereng Gunung Gede dan dikenal sebagai penghasil Kue Mochi khas Sukabumi. Padahal Sukabumi lebih dari itu, misalnya nama ketiga gunung legendaris tsb di atas berhubungan dengan areal perkebunan teh Belanda yang luasnya ribuan hektar di wilayah Sukabumi dan laris manis luarbiasa di pasar Eropa sejak akhir abad 16 s/d awal abad ke-20.

Kita sebut saja nama Goalpara, Gunung Manik, Perbawati, Parakansalak dst. Gunung Manik sebagai contoh, tak jauh dari terowongan KA Lampegan, adalah salah satunya dimana dalam kenangan masa kecil ini Ayah saya dulu bekerja sebagai Admin Perkebunan Teh Swasta disana.

Sukabumi harus diakui adalah salah satu daerah yang subur di Jabar. Tak heran kota Sukabumi sudah dikolonisasi Belanda sejak abad 17 dan membesar di abad 18 sampai awal abad 20. Yang tadinya Cikole Kabupaten Cianjur dan tak masuk hitungan, kemudian menjadi kota Sukabumi. Cikole dipilih menjadi kawasan hunian, sedangkan pusat niaga di bagian selatannya. Kota Sukabumi dinilai strategis dalam arti niaga, karena menghubungkan Batavia dan Bandung Priangan.

Lampu gantung antik di gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan
Lampu gantung antik di gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan

Kepatihan Sukabumi pada akhir abad 18 dikepalai oleh Raden Noh (Aria Wiradatu Datar IV/Bupati Cianjur) yang diangkat sebagai seorang patih. Belanda tentu bermaksud agar warga setempat bisa diemong dengan baik oleh sesamanya. Sukabumi kemudian dikembangkan Belanda menjadi 7 Distrik yi Gunungparang (asal muasal Sukabumi), Distrik Cimahi, Distrik Ciheulang, Distrik Cicurug, Distrik Jampang Tengah dan Distrik Jampang Kulon.

Bouwplan atau rencana pembangunan fisik kota Sukabumi sudah dimulai pada akhir abad 19 seperti setasiun KA yang sudah beroperasi sejak 1882, menyusul hunian Belanda di Cikole, hunian Chinese di Pejagalan, pembangunan tempat ibadah Kristen/Katholik dan Muslim serta China mulai dari Cipelang hingga Pejagalan dan Cikole dan pembangunan pusat niaga di kitaran Achmad Yani dan Jln Pelabuhan sekarang. Pendek kata, awal abad 20 kota Sukabumi sudah ramai dihuni Belanda dan China dengan warga inti yi native Sukabumi yang sejak awal memang berpusat di Kawasan Cikole.

Kursi dan pintu antik gereja HKBP Sukabumi yang terbuat dari kayu jati kelas satu. Foto : Parlin Pakpahan.
Kursi dan pintu antik gereja HKBP Sukabumi yang terbuat dari kayu jati kelas satu. Foto : Parlin Pakpahan.

Dan area Sukabumi yang luas itu kemudian menjadi Kabupaten Sukabumi. Kita lihat ada perkebunan teh di utara dan perkebunan getah perca di selatan. Itulah Sukabumi yang adalah salah satu kota legacy Belanda yang layak untuk dikenang dan ditulis kembali.

Sebagai awal kita sapa dulu salah satu gereja legacy Belanda tempo doeloe yi sebuah Kapel (gereja kecil) yang sejak Indonesia merdeka berubah nama menjadi HKBP atau Huria Kristen Batak Protestan atau Gereja Kristen Batak Protestan.

Gereja HKBP Sukabumi terletak di Jalan Soedirman (No. 12) yi ujung barat Jalan Raya Sukabumi menuju Cisaat, Cibadak, Cicurug, Parungkuda dan Bogor. Daerah ini termasuk Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong.

Prasasti gereja HKBP Sukabumi tahun 2003 dan kursi antik terbuat dari kayu jati kelas satu. Foto : Parlin Pakpahan.
Prasasti gereja HKBP Sukabumi tahun 2003 dan kursi antik terbuat dari kayu jati kelas satu. Foto : Parlin Pakpahan.

Gereja kuno ini adalah Kapel peninggalan Belanda yang telah dijadikan situs dan dilindungi oleh ketentuan perundangan. Interior gereja yang bergaya Calvinian masih 100% murni peninggalan Belanda, mulai dari bangku panjang berbanjar terbuat dari kayu jati kelas satu, lampu gantung di langit-langit gereja yang menjulang tinggi, mimbar untuk pendeta, kotak perpuluhan, bahkan orgel sangat kuno yang menggunakan pipa-pipa angin masih ada tergeletak membisu di balcon bagian depan yang menghadap ke arah mimbar. Meski membisu tapi kalau ada akhli orgel kuno dari Eropa yang memahami instrumen musik zaman romantik Eropa, dipastikan akhli tersebut akan dapat memperbaiki orgel tua yang sangat klasik dan bersuara agung ini.

Halaman depan gereja cukup luas untuk parkir mobil dan sepeda motor. Kalaupun kenderaan yang akan diparkir melebihi kapasitas parkir, maka ini dapat segera diatasi dengan memarkir kenderaan di halaman sebelah kiri gereja yang pada bagian belakangnya adalah rumah tinggal pendeta HKBP yang ditugaskan di gereja HKBP Sukabumi. Penugasan pendeta dimaksud tentunya tidaklah permanen melainkan hanya pergantian dalam waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh kantor pusat HKBP di Pearaja Tarutung, Sumatera Utara.

Gereja HKBP Sukabumi tampak samping dari sebelah kanan. Foto : Parlin Pakpahan.
Gereja HKBP Sukabumi tampak samping dari sebelah kanan. Foto : Parlin Pakpahan.

Yang disesalkan rumah dinas Pendeta yang saya ingat ada di sebelah kiri gereja, bukan yang sekarang di belakang gereja. Sayang kini rumah dinas antik itu tak jelas statusnya. Kemungkinan besar dulu ada masalah pinjaman sejumlah uang dari seorang pengusaha kaya. Pelayan gereja atau si penghutang ujungnya tak mampu membayar hutangnya kepada rentenir ybs dan rumah dinas itu oleh si rentenir dibuat menggantung statusnya. Pemilik bayangan tsb adalah seorang Chinese kaya. Dia tahu bahwa rumah dinas pendeta itu adalah salah satu situs penting yang terintegrasi dengan gereja HKBP. Situs itu dilindungi oleh peraturan perundangan cagar budaya yang berlaku.

Yang disesalkan lainnya adalah renovasi gereja di bagian depan yang justeru merusak sebagian citra aslinya, yaitu dengan menambahi ubin keramik pada dinding dan tanda salib di bagian depan, sehingga terkesan gemuk dan tak lagi elegan.

Gedung serba guna gereja HKBP di sebelah kanan gereja. Foto : Parlin Pakpahan.
Gedung serba guna gereja HKBP di sebelah kanan gereja. Foto : Parlin Pakpahan.

Atap sirap yang terbuat dari kayu besi Kalimantan tetap dipertahankan termasuk penambahan ruang multi fungsi di sebelah kanan gereja, saya pikir itu memang kebutuhan yang bisa digunakan untuk sekolah minggu dan terlebih untuk menampung kelebihan jemaat di bagian utama gereja.

Lokasi gereja tak jauh dari batas kota. Ia berhadapan dengan Taman Nobar yang baru saja dibangun oleh pemerintah kota dan dekat ke jembatan Cipelang dan pabrik es Saripetojo serta dapat diakses dari arah manapun di kota Sukabumi dan begitu kita memasuki Jalan raya Sukabumi maka jelang jembatan Cipelang, ada terlihat papan nama kecil di sebelah serambi kiri gereja bertuliskan HKBP Resort Sukabumi, Jalan Jenderal Soedirman No. 12.

Bagian dalam gedung serba guna gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.
Bagian dalam gedung serba guna gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.

Itulah gereja antik HKBP Sukabumi yang adalah  gereja bersejarah peninggalan Belanda dan sangat layak untuk kita kunjungi dalam rangka beribadah maupun berwisata sejarah.

Sampai jumpa dalam travel story terkait heritages lainnya di kota Sukabumi.

Joyogrand, Malang, Mon', Sept' 12, 2022.

Tampak samping gereja HKBP Sukabumi dari rumah dinas lama pendeta yg sudah raib status kepemilikannya. Foto : Parlin Pakpahan,
Tampak samping gereja HKBP Sukabumi dari rumah dinas lama pendeta yg sudah raib status kepemilikannya. Foto : Parlin Pakpahan,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun