Jacob Koffie Huis Dan Old Depok (Depok Belanda)
Depok selintasan sepertinya sebuah istilah yang tak ada artinya. Ia tampaknya sepele kalau disepele-sepelein. Itu kalau kita nyayur lodeh atau nyeduh Indo Mie yang serba instan atau gampangan.
Depok dalam bahasa literasi dan historisitas dengan segala bukti forensik disitu tidak begitu. Term Depok yang gampang diingat dan diucapkan itu sudah melintasi terowongan waktunya Stephen Hawking sepanjang 320 tahun. Ia sudah ada sejak akhir abad 17 atau persisnya tahun 1696 ketika Cornelis Chastelein - leluhur kaoem Depok sekarang - seorang saudagar Belanda yang kaya raya, Filantropis, Berpengaruh dan Visioner pada zaman VOC membuka lahan di kawasan selatan Batavia mulai dari Seringsing (Serengseng, Lenteng Agung) hingga jauh ke selatan yang sekarang kita kenal sebagai Depok.
Depok pastinya adalah singkatan dari "de Eerste Protestante Organisatie van Christenen" ("the First Protestant Organization of Christians"), dimana tempo doeloe Cornelis Chastelein menjadi tuan tanahnya dengan otoritas yang mandiri dari otoritas pemerintah Hindia Belanda yang kemudian menjadikan daerah Depok sebagai "het gemeente bestuur van het particuliere land" (the municipal administration of the private land), sebagai pengakuan atas otoritas Cornelis Chastelein di daerah Depok (lih https://bityl.co/DINJ). Dia mengawali pembukaan tanah pertanian dan perkebunan di Depok setelah mendatangkan sejumlah budak dari Bali dan daerah-daerah lain di Indonesia tengah. Dan para budak itu kemudian dibebaskannya beberapa saat sebelum kematiannya pada 1714 sesuai visinya dan dikelompokkannya menjadi 12 marga seperti Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Joseph, Laurens, Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholense, Zadokh (lih. Â https://bityl.co/DN9W).
Beberapa hari di Depok sekembalinya dari Malang, saya baru saja ngopi di Jacob Koffie Huis, Jln. Kemuning No. 1, Old Depok. Saya sudah lama tahu Jacob, bahkan sejak berdiri 2017 lalu. Cafe rumahan itu pemiliknya adalah seorang anak muda 30-an tahun yi Arif Liberto Jacob, adiknya Ivan Jacob yang saya kenal  lebih dulu tentu. Mereka dari keluarga Jacob orang asli Depok yang bilangan generasi pertamanya sudah ada sejak 1714 sepeninggal Chastelein.
Sepanjang 2017-2022 saya sudah keliling seputar Old Depok, Margonda raya, Margo City, Kelapa Dua, hingga ke Jln. Sentosa dan Mal Pesona Kayangan di bilangan Juanda. Banyak cafe memang. Tapi ya seperti pada umumnya cafe. Sebagian besarnya mengcopypaste Starbucks dan sekadar kue basah dan yang sedikit berat paling banter beef sphagetti dengan berbagai topping mulai dari mozzarella atau keju putar Italia dst dst.
Di Old Depok sendiri yang sebetulnya adalah sentrum Depok karena sudah berusia 320 tahun, khususnya di bilangan yang dulu dikenal sebagai wilayah administrasi Republik Depok yang tak pernah diganggu pemerintah Hindia Belanda karena status khususnya yang full partikelir karena kharisma seorang Cornelis Chastelein, dalam perkembangannya till now, cukup banyak cafe yang lagi-lagi mengcopypaste starbuck, seperti di Jln Siliwangi ada de Gade Cafe, ada Daddy's Coffee; di Jln. Mawar ada Louis Cafe dan yang terbaru di Jln Pemuda yang dulunya adalah Kerkstraat atau Jalan Gereja tempat Republik Depok berkantor, seorang kaya asal Kupang NTT yi David Liu buka cafe di eks bioskop Pancoran Mas yang disewanya dan kini disulap sebagai Bajawa Cafe, Flores NTT.
Lalu mengapa saya harus berlama-lama dan asyik ngobrol sambil nyruput Kopi Arabica Gayo dengan Arif Liberto Jacob, adiknya Ivan Jacob. Pertama ia anak muda yang dinamis dan cerdas. Itu kesan kuat saya. Kedua dia tahu bagaimana peliknya situasi Depok sekarang sebagai tempat bermuaranya mereka yang tidak kebagian rezeki di ibukota dan mendamparkan diri di Depok. Ketiga dia tahu bagaimana balancing politik dalam tatanan pemerintahan kota sudah lama, bahkan sejak diawalinya era otda pada 2000, kehilangan pijakan ntah mau dibawa kemana Depok. Keempat, ini yang terpenting, ia konsisten dengan Visi Jacob Koffie Huis atau Rumah Kopi Jacob. Interior rumah keluarga itu dipolesnya, meski tak banyak, dengan riwayat Depok Tempo Doeloe.
Ke depan step by step ia punya keyakinan Depok Heritage atau Depok selaku legacy sejarah Chastelein akan terungkap sepenuhnya, sebagaimana di kota Malang yang kini mulai terlihat Malang Heritage-nya di bawah Walikota Sutiaji yang adalah politisi PKB itu. Sebelum ke obyek wisata alam di Batu atau pantai selatan, para pelancong akan santai dulu melihat Malang Heritage di kota Malang, ntah itu di Ijen Boulevard, terlebih di Old Malang seperti Kajoe Tangan, Tugu dan Pecinan. Itulah segitiga Malang Heritage yang banyak disinggahi para pelancong sekarang sebelum mereka menuju obyek wisata alam seperti Batu, Bromo, Arjuno, Kawi, Dampit dan pantai selatan seperti Sendang Biru dll.
Bagaimana menu di Jacob Koffie Huis? Nggak banyak-banyak amat serba diobral memang. Tapi urusan kopi jelas nomor satu. Ia punya Arabica dan Robusta dari segala penjuru nusantara, bahkan dari luar negeri ntah itu Kolombia atau Brazil. Seri kopi botolan pun ada yang hampir semuanya enak dan unik. Cappucinonya ok, nggak terlalu manis dan nggak kepaitan, mochacinonya lumayan dominan coklatnya, so rasa manisnya didemenin kawula muda. Untuk semua menu pastanya ok, khusus spicy tunanya pesan saja sesuai level spicy yang anda rasa cocok. Untuk non-coffee lumayan banyak mulai dari chocolate, greentea latte, red velvet latte, avocado latte, lemon tea, camellia mangifera tea dst. Dan di atas segalanya ada roti Belanda yang nyuss tanpa pengembang yang aneh-aneh.
Dengan menomorsatukan kopi tanpa meninggalkan apa yang disuka kawula muda zaman now, serta suasana nyaman seperti di rumah sendiri, dan ada outdoor yang rindang buat mereka yang suka merokok di alam terbuka. Meski parkiran mobil harus berjejer di sepanjang Jln Kemuning, dan hanya roda dua saja yang kebagian parkir di dalam, tapi itu semua tak menghalangi fans Jacob Koffie Huis se-Jabodetabek datang berkunjung.
Singkat kata Jacob Koffie Huis di bawah Arif Jacob yang masih muda-belia, dipastikan akan dapat menapaki hari depan kepariwisataan Depok dengan sebaik-baiknya. Disamping ybs tau mau dibawa kemana Depok ini pasca kedatangan Dubes Belanda yang telah deal dengan Pemkot Depok untuk mengembangkan Depok Heritage di kawasan yang saya sebut tadi sebagai sentrum Depok karena historisitasnya, hingga ke jembatan Stefanus Leander di ujung Jln Siliwangi, tanah pemakaman kuno di belakang RS Hermina, berhadap-hadapan dengan lapangan YLCC dan tentu Kerkstraat atau Jalan Pemuda sekarang yang memanjang mulai dari arah Kartini hingga berakhir di pertigaan Siliwangi dekat pom bensin. Apabila area ini telah dipoles sesuai aslinya, niscaya Depok Heritage di Old Depok dapat menjadi ikon kepariwisataan kota Depok.
Hanya sekarang bergantung bagaimana para politisi lokal dapat membuat balancing dalam tatanan kekuasaan sekarang. Pemerintah pusat tentu harus menggebraknya agar bergerak dan bukannya beringsut-ingsut seperti siput stupid. Singkatnya tak boleh lagi ada pikiran negatif tentang masa lalu Depok yang tak pernah mereka dalami itu. Lihat deal yang sudah ada antara pemerintah kerajaan Belanda dengan pemerintah Indonesia. Jangan berpandangan sempit atau picik tanpa mau tau sejarah. Dan para pemain cafe di Old Depok tentu harus tau diri, apalagi new comer seperti David Liu. Kordinasi dong sama Arif, YLCC dan Kaoem Depok serta Walikota Idris bagaimana sebaiknya kalian melakoni bisnis perkafean dalam konteks Depok Heritage. Bukan asal main kayu begitu saja. Nomorsatukan respect untuk historisitas The Old Depok. Maka anda pasti selamat. Ok.
Inga .. Inga .. Cornelis Chastelein adalah seorang tokoh sejarah sebagaimana Ludwig Ingwer Nommensen di Sumatera Utara. Mereka bukan bagian dari tubuh Kolonialisme Belanda tempo doeloe. Mereka adalah Filantropis luarbiasa yang anti perbudakan dan itu tercatat dalam tinta mas sejarah Sumatera Utara dan Depok Tempo Doeloe till now.
Tks ananda Arif Jacob atas suguhan Kopi Arabica Gayo dan Roti Belandanya yang nyuss itu. Salam Depok Heritage.
Depok Bolanda, Thu', July 21, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H