Rumah adat tsb memiliki fungsi yang berbeda-beda. Misalnya Rumah Besar atau Rumah Adat Harapuna atau Uma Bokul, yang dijadikan tempat penyimpan mayat atau tempat ritual khusus seperti saat kematian para raja. Ada pula rumah adat Uma Ndewa digunakan khusus untuk ritual adat cukuran bagi anak raja yang baru lahir. Dan rumah adat Uma Kopi digunakan sebagai rumah tempat minum kopi.
Untuk menjaga tradisinya tetap lestari, Kampung Praiyawang memiliki peraturan yang unik, yi anak tertua di dalam keluarga harus berdiam di kampung untuk menjaga legacy atau peninggalan keluarganya. Tak heran para perantau Sumba pada yumumnya adalah anak kedua, anak ketiga dst.
Yang lucu ketika diajak teman-temannya mengunjungi Uma Bokul, Kenia mengiyakan tapi kemudian berdiplomasi ntar aja. Mengapa? Keqnya dia takut. He .. He .. Maklumlah itu kan rumah adat yang khusus untuk menyimpan mayat yang nantinya akan dikebumikan secara adat.
Warga Kampung adat ini sebagian besar menganut kepercayaan Marapu yi sebuah agama asli Nusantara yang dianut oleh masyarakat Sumba dan juga nama sebuah organisasi penghayat kepercayaan yang didaftarkan pada tahun 1982.Â
Lebih dari setengah penduduk Sumba memeluk kepercayaan ini. Marapu adalah kepercayaan pemujaan kepada nenek moyang dan leluhur. Pemeluk Marapu percaya bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan bahwa setelah akhir zaman mereka akan hidup kekal di dunia roh, yi di surga Marapu yang dikenal sebagai "Prai Marapu".
Upacara keagamaan Marapu seperti upacara kematian dan sebagainya selalu dilengkapi penyembelihan hewan seperti kerbau dan kuda sebagai korban sembelihan. Hal tsb sudah menjadi tradisi yang terus dijaga kelestariannya di pulau Sumba.
Orang Sumba percaya bahwa roh nenek moyang ikut menghadiri upacara penguburan dan karenanya hewan dipersembahkan kepada mereka. Roh hewan untuk roh nenek moyang dan daging atau ragawi hewan dimakan oleh orang yang hidup. Marapu sangat dipertahankan oleh sebagian besar orang Sumba.
Hampir semua segi kehidupan masyarakat Sumba diliputi oleh rasa keagamaan sehingga bisa dikatakan agama Marapu menjadi inti dari kebudayaan mereka, sebagai sumber nilai-nilai dan pandangan hidup, serta mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Masyarakat Praiyawang memiliki keterikatan emosional dalam kesatuan masyarakat Sumba. Ikatan semacam ini sangat dibutuhkan dalam rangka kelangsungan hidup mereka yang berdiam terpencar-pencar di pulau Sumba, sehingga upacara-upacara dan pesta-pesta adat yang mereka laksanakan sebenarnya disebabkan oleh adanya dorongan dan emosi kesatuan dalam sebuah katakanlah solidaritas sosial khas Sumba.