Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jose Manuel Ramos Horta, Mengayuh Perahu Timor Leste Menuju ASEAN

19 Mei 2022   17:43 Diperbarui: 21 Mei 2022   08:01 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD bertemu Presiden Timor Leste terpilih, Jose Ramos Horta di Timor Leste, Kamis (19/5/2022).(Kemenko Polhukam via KOMPAS.com)

Pilpres Timor Leste putaran kedua akhir April lalu usai sudah, petahana Lu Olo atau Francisco Guterres (68 tahun) tersingkir dan Jose Manuel Ramos Horta (73) sang pemenang akan dilantik sebagai Presiden Timor Leste pada 20 Mei 2022 bertepatan dengan hari jadi Timor Leste sebagai negara merdeka made in PBB dengan sponsor utama AS dan Uni Eropa.

Pilpres Timor Leste yang baru saja berlalu itu menunjukkan persaingan tak terlalu ketat, maklum yang kembaIi maju dalam kontestasi adalah seorang senior dalam tatanan leadership Timor Leste sejak akhir 1970-an ketika Indonesia mengintegrasikan Timor Timur dan mendirikan PSTT (Pemerintahan Sementara Timor Timur) pada 1976 usai deklarasi Balibo di Bobonaro pada Nopember 1975.

Yang tertua dari the old leaders itu adalah Jose Alexandre Xanana Gusmao yang kini 76 tahun, menyusul Marie Al Katiri (73), juga mantan PM, dan Ramos Horta. Dan yang tak terlupakan adalah Uskup Diosis Dili di masa Indonesia yi Carlos Filipe Ximenes Belo yang kini 74 tahun.

Meski formal Uskup diosis Dili ketika itu, tapi mengutip kata-katanya "patung Yesus koq dipolitisir di bukit Meti Aut, Dili timur!" Itu hanya berarti Belo juga satu barisan dengan Xanana Cs yi menampik integrasi Timtim kedalam NKRI.

Maun atau kakak dari semua the old leaders itu adalah Xanana. Mereka satu derap langkah dalam upaya melepaskan Timtim dari integrasi dengan NKRI, jauh sebelum Habibie merasa Timtim adalah kerikil yang harus dilepaskan dari sepatu Indonesia.

Mengapa? Sebagai seorang teknokrat sejati, ia berpendapat Timtim boros menelan keuangan negara.

Beberapa saat jelang Soeharto lengser dan krisis moneter yang meluluhlantakkan ekonomi Indonesia itu, terlalu banyak pendompleng untuk separatisme di Timtim, karena kepentingan geopolitik dan geostrategi sudah jauh berbeda dibandingkan ketika AS malah membujuk-bujuk Indonesia pada 1975 agar segera mengambil Timor Timur dan dikukuhkan PM Australia Gough Whitlam pada 1976. Desakan dunia barat kepada Indonesia ketika itu adalah untuk mengantisipasi ancaman dari utara yi China dan Russia sosialis.

Referendum akhir Agustus 1999, dengan hasil dari kl 450.000 pemilih yi 78,5 persen (344.580) warga Timor Timur memilih merdeka dan sekitar 21 persen (94.388) memilih otonomi, sedangkan 7.985 suara (1,8 persen) dinyatakan tidak sah. Ini sungguh mengenaskan karena dari pengamatan faktual pedesaan di seluruh Timtim, seharusnya pro otonomi yang menang.

Ini hanya berarti Unamet (UN Mission in East Timor) yang didominasi Australia telah bermain kayu disini, juga di Untaet (UN Transitional Administration in East Timor).

Dan yang pasti persiapannya oleh Kofi Annan di PBB sangat mepet hanya kl 4 bulan, sehingga mudah diplintir oleh negara yang sangat berkepentingan dengan Timtim lepas dari NKRI.

Tapi sudahlah jarum jam tak mungkin diputar balik. Timtim yang sekarang bernama Timor Leste pada 20 Mei besok genap berusia 22 tahun sebagai negara merdeka.

Bahkan sudah gonta-ganti presiden dan PM beberapa kali. Dan sekarang Horta dalam kesempatannya jadi presiden untuk kedua kalinya, paling tidak sudah dibisiki Maun atau Abang Xanana agar segera mendekati Indonesia, karena hari sudah semakin senja menuju malam bagi generasi mereka.

Dan sejauh ini Australia yang manis di awal Timor Leste merdeka pasca referendum, ternyata adalah pembohong yang parlemennya belum juga meratifikasi perjanjian minyak laut Timor yang menetapkan area khusus untuk berbagi ladang gas. Tak heran Australia semakin kaya dari Laut Timor, sebaliknya Timor Leste hanya dapat secuil saja dari kekayaan alamnya itu.

Boleh jadi kunjungan pertama Horta pasca pelantikannya besok adalah Istana negara Jakarta. Ketemu Presiden Joko Widodo (Jkw) untuk bagaimana agar dalam masa presidensi Indonesia untuk ASEAN tahun 2023, Timor Leste dapat difasilitasi Indonesia menjadi anggota ASEAN.

Permintaan ini sudah diajukan 11 tahun lalu, ketika Horta menjabat Presiden Timor Leste dan Esbeye menjabat Presiden Indonesia. Zaman sudah berubah. Siapa tahu Jkw dapat membantu mewujudkan harapannya itu.

Pada tahun 2005, Timor Leste telah menjadi bagian dari ASEAN Regional Forum dan pada 2007, mendapatkan Treaty of Amity and Cooperation, salah satu sertifikasi yang perlu dipenuhi untuk menjadi bagian dari ASEAN.

Masuk ASEAN sungguh tak semudah yang dibayangkan Horta bahkan Xanana. Masih terdapat pro dan kontra antar anggota ASEAN mengenai keanggotaan Timor Leste.

Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara utama yang paling mendukung keanggotaan Timor Leste di ASEAN. Sebaliknya, Singapura dan Laos masih belum setuju jika Timor Leste menjadi bagian dari ASEAN. Keduanya menganggap Timor Leste belum siap secara ekonomi.

Salah satu misi ASEAN saat ini adalah mengurangi kesenjangan ekonomi antar negara, dengan masuknya Timor Leste, Singapura dan Laos menganggap, beban ASEAN akan semakin bertambah. Keduanya berargumen bahwa takkan ada kekuatan tambahan dengan masuknya Timor Leste sebagai anggota ASEAN.

Jembatan Presiden BJ Habibie di Bidau Santana, Dili timur. Foto: timesindonesia.co.id
Jembatan Presiden BJ Habibie di Bidau Santana, Dili timur. Foto: timesindonesia.co.id

Sudut pandang seperti ini dapat dimaklumi. Persekutuan regional haruslah kuat dan semakin kuat dengan anggota baru yang sudah kuat dari sononya. Bukannya menampung yang lemah yang masih sempoyongan jalannya seperti Timor Leste.

Sudut pandang ini saya pikir adalah masukan terbaik bagi Timor Leste. Sudah 22 tahun merdeka, tapi capaian di bidang ekonomi masih minim. Bahkan selama pandemi tabungan minyak Timor Leste banyak yang dipakai untuk menghadang laju pandemi Covid-19.

Dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya, mengutip catatan PBB, Timor Leste termasuk negara termiskin di dunia. Timor Leste berada di peringkat 152 dari 162 negara.

PDB per kapita Timor Leste diperkirakan US $ 2.356 atau sekitar Rp 34,23 juta per tahun. Sementara Indonesia sekitar Rp 60 juta per tahun. Jomplang bukan. Meski angka itu adalah data 2 tahun lalu, tapi dipastikan angka itu hanya bergeser sedikit pada 2022 ini.

Ekonomi Timor Leste masih sangat tergantung terhadap Indonesia dan Australia, dua negara tetangganya, terutama untuk barang-barang impor.

Pertumbuhan ekonomi Timor Leste sekitar 4,1 persen pada 2020, naik menjadi 4,9 persen pada 2021. Pertumbuhan investasi swasta di Timor Leste masih saja melempem dari tahun ke tahun pasca-merdeka, ini terkait dengan stabilitas politik dan ekonomi di negara itu yang masih bergejolak.

Seiring pertumbuhan penduduk yang kini hampir mencapai 1,4 juta, konsumsi rumahtangga terus mengalami peningkatan. Target pemerintah Timor Leste adalah pertumbuhan ekonomi di atas 7% dan penciptaan setidaknya 600 ribu lapangan kerja baru per tahun. Namun, neraca fiskal Timor Leste terbilang buruk, karena anggaran pengeluaran publik yang terus meningkat.

Timor Leste sejauh ini masih mengandalkan pemasukan dari hasil minyak. Pada tahun 2019 lalu, produksi minyak Timor Leste mencapai 38 juta barel setara minyak (BOE) hasil kerjasama dengan Australia.

Sementara itu, data Timor Leste Economic Report yang dirilis Bank Dunia pada April 2020, ekonomi Timor Leste bakal semakin terpuruk pada 2020 dan tahun-tahun berikutnya karena pandemi Covid-19 dan kondisi politik yang belum stabil.

Pemerintah Timor Leste sudah mencairkan dana sebesar US$ 250 juta dari Petroleum Fund di mana 60% digunakan untuk penanganan Covid-19. Bagaimanapun, virus corona telah memperburuk ekonomi Timor Leste yang berkontribusi pada menurunnya kunjungan turis asing ke negara itu, melambatnya perdagangan ekspor-impor dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk menanggulangi pandemi.

Ironically Timor Leste sejauh ini belum juga mandiri soal mata uang. Sejauh ini mata uang yang digunakan adalah US$. Mengutip PBB, US$ dipilih sebagai mata uang resmi di Timor Leste sejak tahun 2000 dengan dikeluarkannya Regulation 2000/7 pada 24 Januari 2000.

Saat itu, UNTAET dan pemerintahan transisi Timor Leste beralasan, US$ dipilih karena mata uang tersebut stabil dan kuat serta diterima di seluruh dunia. Keputusan itu kemudian disahkan oleh National Concultative Council (NCC) yang wewenang dan tugasnya mirip MPR RI di Indonesia.

Pada awal penerapan, US$ menimbulkan gelojak di tengah masyarakat. Hal ini karena nilai dollar AS sangat tinggi untuk ukuran standar harga barang dan jasa di Timor Leste. Menerapkan US$ sebagai mata uang resmi negara, membuat harga-harga barang dengan cepat melambung tinggi.

Namun pemerintah bersikukuh dengan asumsi bahwa penggunaan US$ tidak berpengaruh pada harga, namun masyarakatlah yang harus menyesuaikan melalui pengaturan jumlah barang atau jasa.

Setelah cukup lama tercenung karena saya pernah bertugas disana, saya pikir ada keterlenaan panjang disini. Rising demand expectations dari sebuah bangsa yang baru merdeka tak ada dalam kalkulasi politik para politisi senior sebangsa Xanana dan Horta. Mereka terkesan lebih sibuk dengan penataan politik di pusat kekuasaan seraya bermain mata dengan Australia soal Timor Gap yang harus segera dijadikan uang.

Memang benar parlemen mulai bergerak, KPU terbentuk, Judikatif dengan Kejagung dan Kehakiman segera terbentuk dst, begitu juga dengan ladang minyak Laut Timor telah dieksploitasi dan menghasilkan uang.

Di tengah jalan rising demand expectations itu meledak ketika Mayor Alfredo dari angkatan yang lebih muda memberontak sehingga menimbulkan kekacauan di kota Dili.

Usai krisis ini diatasi, kemudian giliran investor yang akan berinvestasi ternyata menjadi Mr Akan semuanya, termasuk investor asal Indonesia, kecuali China yang diam-diam membantu banyak hal di Timor Leste, mulai dari PLTD, Proyek Tasi Mane, infrastruktur jalan dan jembatan dan secara bertahap memasukkan warganya sendiri untuk memutar ekonomi Timor Leste. Tak heran kini tercatat kl 4000 warga China yang berbisnis di Timor Leste, mulai dari bisnis skala kecil hingga skala besar.

Tapi pemerintah lupa warisan Indonesia untuk pertanian dan perkebunan. Impor beras sudah sangat memberatkan, karena Timor Leste lupa dua faktor kunci swasembada pangan disana yi mewujudkan Dam Iralalara di Los Palos dan Dam Betano di Manufahi.

Sumber air di kedua daerah itu sangat cukup untuk pengairan sawah-ladang. Hanya tinggal bagaimana blue print Indonesia di masa lalu dapat dilanjutkan Timor Leste dengan teknologi masa kini dalam rangka swasembada pangan. Juga pemerintah Timor Leste lupa peremajaan sandalwood atau tanaman cendana.

Maka sandalwood praktis tak terdengar lagi namanya. Indonesia punya blue print untuk melestarikannya dan sekaligus memproduksinya sebagai minyak cendana bernilai jual tinggi sebagai bahan parfum dunia.

Juga Timor Leste lupa bahwa perkebunan kopi di Ermera, Liquica dan Manufahi tak bisa dilanjutkan begitu saja tanpa peremajaan, karena usia produktif tanaman kopi itu hanya 8-10 tahun saja.

Maka saya terkejut sekali ketika melintasi Ermera beberapa waktu lalu, karena pohon kopi warisan Indonesia ternyata itu-itu juga dan belum pernah diremajakan.

Dan akhirnya yang mengenaskan adalah air minum. Kalau air bersih mudah diusahakan. Tapi air minum ntar dulu. Air di Timtim dimanapun berkadar kapur yang sangat tinggi. Itu hanya bisa digunakan untuk mandi dan bersih-bersih, tapi tidak untuk diminum.

Impor air mineral oleh Timor Leste sangatlah menguras devisa. Padahal sumber air di Baucau, Viqueque, Los Palos dan Manufahi dapat diubah dengan ozonisasi menjadi menjadi air minum yang sehat bagi warga.

Indonesia memang layak membantu dan memfasilitasi itu semuanya demi kebaikan hubungan bilateral kedua negara. Timor Leste tetaplah mencintai Indonesia terbukti dengan penyematan nama BJ Habibie untuk salah satu jembatan di Bidau Santana, Dili timur.

Sebaliknya Indonesia pun harus demikian, agar Timor Leste segera menjadi anggota ASEAN dan semua blue print Indonesia di masa lalu agar dilanjutkan Timor Leste dengan bantuan teknologi Indonesia.

Selamat Hari Jadi 22 tahun Timor Leste, 20 Mei 2022. Horas ..

Joyogrand, Malang, Thu', May 19, 2022

Menteri PUPR hadiri peresmian jembatan Habibie di Bidau Santana, Dili timur. Foto: timesindonesia.co.id
Menteri PUPR hadiri peresmian jembatan Habibie di Bidau Santana, Dili timur. Foto: timesindonesia.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun