Tapi sudahlah jarum jam tak mungkin diputar balik. Timtim yang sekarang bernama Timor Leste pada 20 Mei besok genap berusia 22 tahun sebagai negara merdeka.
Bahkan sudah gonta-ganti presiden dan PM beberapa kali. Dan sekarang Horta dalam kesempatannya jadi presiden untuk kedua kalinya, paling tidak sudah dibisiki Maun atau Abang Xanana agar segera mendekati Indonesia, karena hari sudah semakin senja menuju malam bagi generasi mereka.
Dan sejauh ini Australia yang manis di awal Timor Leste merdeka pasca referendum, ternyata adalah pembohong yang parlemennya belum juga meratifikasi perjanjian minyak laut Timor yang menetapkan area khusus untuk berbagi ladang gas. Tak heran Australia semakin kaya dari Laut Timor, sebaliknya Timor Leste hanya dapat secuil saja dari kekayaan alamnya itu.
Boleh jadi kunjungan pertama Horta pasca pelantikannya besok adalah Istana negara Jakarta. Ketemu Presiden Joko Widodo (Jkw) untuk bagaimana agar dalam masa presidensi Indonesia untuk ASEAN tahun 2023, Timor Leste dapat difasilitasi Indonesia menjadi anggota ASEAN.
Permintaan ini sudah diajukan 11 tahun lalu, ketika Horta menjabat Presiden Timor Leste dan Esbeye menjabat Presiden Indonesia. Zaman sudah berubah. Siapa tahu Jkw dapat membantu mewujudkan harapannya itu.
Pada tahun 2005, Timor Leste telah menjadi bagian dari ASEAN Regional Forum dan pada 2007, mendapatkan Treaty of Amity and Cooperation, salah satu sertifikasi yang perlu dipenuhi untuk menjadi bagian dari ASEAN.
Masuk ASEAN sungguh tak semudah yang dibayangkan Horta bahkan Xanana. Masih terdapat pro dan kontra antar anggota ASEAN mengenai keanggotaan Timor Leste.
Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara utama yang paling mendukung keanggotaan Timor Leste di ASEAN. Sebaliknya, Singapura dan Laos masih belum setuju jika Timor Leste menjadi bagian dari ASEAN. Keduanya menganggap Timor Leste belum siap secara ekonomi.
Salah satu misi ASEAN saat ini adalah mengurangi kesenjangan ekonomi antar negara, dengan masuknya Timor Leste, Singapura dan Laos menganggap, beban ASEAN akan semakin bertambah. Keduanya berargumen bahwa takkan ada kekuatan tambahan dengan masuknya Timor Leste sebagai anggota ASEAN.
Sudut pandang seperti ini dapat dimaklumi. Persekutuan regional haruslah kuat dan semakin kuat dengan anggota baru yang sudah kuat dari sononya. Bukannya menampung yang lemah yang masih sempoyongan jalannya seperti Timor Leste.