Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Bobo Cabin di Hutan Pinus Dan Ecowisata Dalam Dunia Baru Metaverse Now

13 Mei 2022   17:53 Diperbarui: 13 Mei 2022   17:55 2916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sherly dan Kenia Pakpahan di Bobo Cabin, Cikole, Lembang, Bandung. Foto : Setelan otomatis oleh Kenia Pakpahan.

Traveling zaman now serba mudah. Dengan beaya tak terlalu mahal kita bisa berfantasi bahkan ber-surrealis sesuka apa yang dimaui relung-relung terdalam kita.

Bayangkan dengan modal smartphone di tangan dan saldo secukupnya di cloud saving kita, kita bisa pilih aplikasi reddoorz dan sebangsanya. Maka dapat sudah yang kita inginkan ntah itu di Bandung, di Malang, di Dieng Wonosobo, di Banyuwangi dst. Itu di Jawa. 

au bertualang lebih jauh, monggo, ntah itu ke Danau Toba, ke Danau Sentani Papua, ke Kintamani Bali atau berwisata kuda ke pulau Sumba NTT. Tinggal klik dan ada cloud saving secukupnya.

Bobo Cabin, Cikole, Lembang Bandung. Foto : Kenia Pakpahan.
Bobo Cabin, Cikole, Lembang Bandung. Foto : Kenia Pakpahan.

Nah ini kisah my wife Sherly dan sulungku Kenia Pakpahan. 9 Mei ybl mereka anter si nomor 3 Adelina ke kost-annya di Dago. Mereka naik KA, juga hasil klik-an. Setelah nginep semalam di Frances Hotel Cipaganti Bandung yang sudah lama Kenia klik di reddoorz, besoknya mereka anter Adel ke tempat kostnya di Cisitu baru, Dago, hanya sepelemparan batu ke kampusnya Adel yi ITB di Jln. Ganesha.

Lepas dari situ mereka langsung tancap gas ke Bobo Cabin di bilangan Cikole, Lembang, kl 15 Km dari kampus ITB. Bobo Cabin adalah hasil klik-an pertama Kenia ketika di Jakarta. Imajinasinya datang begitu saja. Ia merasa jenuh karena  WFH tiada henti dari rumahnya di Samanea Hill, Parungpanjang, Bogor.

Gegara pandemi, sudah cukup lama ia meninggalkan kantornya Fuse Lab di bilangan Sudirman, Jakarta. Maka berangkat dari imaji pertama,  jadi sudah ia berdua Mamanya nginep di Bobo Cabin di tengah hamparan Pinus. Ya, itulah sebuah ecowisata di bilangan Cikole, Lembang, Bandung.

Sherly tengah mengagumi suasana baru dari depan cabin-nya. Foto : Kenia Pakpahan.
Sherly tengah mengagumi suasana baru dari depan cabin-nya. Foto : Kenia Pakpahan.

Asyik nggak? Lumayan Bos, kata my wife. Asyik Bapa karena fantasinya berbeda, kata my daughter Kenia.

Well, yang penting kalian happy dan pasca Bobo Cabin, Adelina ditemenin Mamanya di kost-annya di Dago sampai Adel dapat menyelesaikan sidang akhirnya di ITB tak lama lagi.

Kenia di cabin dengan pemandangan terbuka terlihat dari dalam, Foto : Sherly.
Kenia di cabin dengan pemandangan terbuka terlihat dari dalam, Foto : Sherly.

Bandung memang pas untuk ecowisata seperti itu, utamanya di Lembang tentu. Tapi harus diingat bawa meal sesuai hari anda disana. Itu tak masuk booking-an. Bobo menyediakan memang, tapi ya lumayan mahal.

Fasilitas untuk barbeque ada sejauh kalian bawa smoked beef atau sebangsanya. Atau banyak pilihan lain. Di Bandung kan banyak itu. Silakan.

Bobo Cabin asyik memang, karena di bawahnya kl 2 Km ada Peneropongan Bintang Bosscha. Kuliner jangan ditanya. Lembang jagonya.

Daerah ini penghasil susu dan sayur-mayur, sampai ada bolu susu khas Lembang. Berbagai penganan khas Bandung, terutama pepes ikan mas, dapat dengan mudah kita dapatkan disini, belum lagi aneka lalapannya.

Tinggal klik transportasi online, jemput ke Bobo Cabin, maka ayo kemon cari kuliner setempat yang asyik-asyik pada waktunya.

Pandangan lepas ke depan dari dalam cabin. Foto : Kenia Pakpahan.
Pandangan lepas ke depan dari dalam cabin. Foto : Kenia Pakpahan.

Traveling atau bepergian sepertinya sudah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. Banyak di antara anak bangsa yang menjadikan liburan sebagai media untuk beristirahat dari rutinitas kesibukan.

Pengaruh wisatawan asing sejak dekade 1970 tidak bisa kita abaikan. Mereka datang ke negeri ini hanya untuk melepas penat dari panasnya mesin industri di dunia barat. Akhir 1980-an misalnya pantai kuta Bali sudah menjadi resor tersibuk di dunia kepariwisataan kita.

Dan pengembangan yang dilakukan selama ini telah membuahkan hasil yang menakjubkan. Terakhir kita lihat lingkar Toba sudah finish dibangun infrastrukturnya, begitu juga dengan Raja Ampat di Papua. Hanya tinggal bagaimana sekarang pelaku wisata disana dapat menjualnya di pasar wisata dunia.

Kenia di tengah cabin dan hamparan pinus. Foto : Sherly.
Kenia di tengah cabin dan hamparan pinus. Foto : Sherly.

Ternyata mudah. Dunia baru bernama metaverse telah memungkinkannya. Metaverse adalah dunia virtual yang memungkinkan antar pengguna dapat saling terhubung, dapat berkomunikasi, bekerja, bermain, sampai bertransaksi layaknya di dunia nyata, bahkan berkepemilikan. Itu semua melalui jejaring internet.

Dunia kepariwisataan sudah sampai ke halaman depan metaverse. Lihat berbagai aplikasi yang terkait kerjasama akomodasi wisata seperti reddoorz.

Saat ini reddoorz merupakan jaringan penginapan budget online terbesar di Indonesia. Fokus pada perkembangan penginapan dan distribusi penjualan secara online, reddoorz memilih secara selektif properti yang berpotensi untuk bekerjasama secara langsung dan terikat komitmen dengan brand reddoorz.

Cabin No. 4 untuk Kenia dan Sherly. Foto : Kenia Pakpahan.
Cabin No. 4 untuk Kenia dan Sherly. Foto : Kenia Pakpahan.

Reddoorz tidak sama dengan Online Travel Agent (OTA). Reddoorz mengontrol ketersediaan dan kelengkapan fasilitas yang dimiliki penginapan setiap harinya dan menjalin hubungan yang erat dengan seluruh partner termasuk pemilik penginapan, sementara OTA serta Hotel Aggregator (HA) membantu penjualan kamar reddoorz, OTA dan HA adalah salah satu komponen partner yang ikut berkembang dan tidak terpisahkan dari kinerja keseluruhan reddoorz.

Sentrumnya adalah reddoorz, sedangkan penjaja virtual yang membantu penjualan bermacam-macam seperti airbnb, booking.com, goibibo, expedia, rajakamar, mg, groupon, hq, agoda.com, tujia, tiket.com, pegi-pegi dll.

Bobo Cabin di malam hari. Foto : Kenia Pakpahan.
Bobo Cabin di malam hari. Foto : Kenia Pakpahan.

Aplikasi reddoorz adalah yang paling banyak diunduh para traveler. Aplikasi itu telah  menyederhanakan seluruh proses pencarian, pemesanan dan pembayaran akomodasi tanpa harus rumit. Reddoorz sudah memiliki ribuan properti di ratusan kota di Indonesia. Pelanggan dengan mudah memilih hotel atau villa, metode pembayaran, hingga akomodasi yang sesuai. 

eddoorz juga menawarkan variasi pembayaran yang berbeda, dari kartu kredit, kartu debit, pembayaran digital dan e-wallet via aplikasi mobile reddoorz, serta website, bahkan bisa bayar di tempat.

Itulah unjuk kerja kepariwisataan sekarang. Sesuatu yang virtual tapi now dibuat tambahan yang menjadikan realitas adalah sesuatu yang nyata sesuai dunia baru metaverse sekarang ini, dimana kita berhadapan dengan obyek wisata di segenap belahan dunia, dunia perakomodasian, dunia perkulineran dst seakan di depan hidung kita.

 Pinus nan tinggi ramping di malam hari. Foto : Kenia Pakpahan.
 Pinus nan tinggi ramping di malam hari. Foto : Kenia Pakpahan.

Soal ecowisata yang kita lihat di Bandung. Itu sudah cukup lama dikembangkan di Bali. Akomodasi adalah sarana yang tak berujung bagi traveler. Begitu mereka tiba di sasaran, akomodasilah yang utama, kemudian obyek wisata, baru masalah sekunder dan tersier lainnya ntah itu kuliner, sigaro, cinderamata, keperluan sehari-hari mulai dari pasta gigi, sabun mandi, shampoo hingga gunting kuku. Lihat akomodasi di tengah hamparan sawah dan di pinggiran sungai yang bisa dijadikan arung jeram di Ubud, Bali. Ini sangat digilai wisatawan avontur dari dunia barat sana. Tak heran berbagai aplikasi kepariwisataan yang ada sekarang telah memudahkan traveling yang kita lakukan kapanpun dan dimanapun.

Ecowisata omah paralayang di Gunung Sari, Batu, Malang Raya. Foto : indonesia.tripcanvas.co
Ecowisata omah paralayang di Gunung Sari, Batu, Malang Raya. Foto : indonesia.tripcanvas.co

Malang? Jangan ditanya. Ecowisata semacam bobo cabin di Bandung banyak sekali di Malang Raya. Yang terunik disini adalah  "rumah pohon" di Batu yang berada di ketinggian 1.340 meter dpl. Arema atau Arek Malang biasa menyebutnya sebagai "omah paralayang". Sementara ini baru dikembangkan 6 buah rumah pohon yang masing-masing dapat menampung 3 orang. Meski bertumpu di sebuah pohon, tapi tersedia ranjang dan peralatan makan. Kamar mandi dengan fasilitas air panas juga tersedia di bagian luar. Pemandangan dari atas akomodasi unik ini pasti akan menyihir para traveler. Hijaunya gunung di siang hari dan indahnya lampu kota Batu di malam hari. Wow-lah. Kita bisa duduk di kursi kayu di balkonnya terus-terusan tanpa pernah merasa bosan. Lagian per malamnya nggak terlalu mahal. Cukup Rp 350 ribu. Katakanlah nginep 3 malam, hanya Rp 1 jutaan saja bukan.

Ecowisata omah paralayang di Gunung Sari, Batu, Malang Raya. Foto : indonesia.tripcanvas.co
Ecowisata omah paralayang di Gunung Sari, Batu, Malang Raya. Foto : indonesia.tripcanvas.co

Omah Paralayang ini di Jln. Banyak, Kelurahan Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Batu, Malang Raya, Jatim.

Juga ada akomodasi unik lainnya yi Villa Bata Merah dan Camping Ground. Kita akan melihat deretan guest house disini dan di bagian belakang di tengah hamparan alam hijau nan sejuk, berderet tenda-tenda camping. Kita bisa camping tanpa perlu ribet bongkar pasang tenda. Setiap tenda juga sudah dilengkapi dengan kanopi di atasnya. Jadi, mau panas atau hujan badai pun nggak masalah.

Ecowisata omah paralayang di Gunung Sari, Batu, Malang Raya. Foto : indonesia,tripcanvas,co
Ecowisata omah paralayang di Gunung Sari, Batu, Malang Raya. Foto : indonesia,tripcanvas,co

Malam harinya, kita bisa keluar tenda dan menikmati pemandangan langit bertabur bintang. Sambil menikmati kopi panas dan kudapan nyuss, fantasi dan sensasi kita akan berkembang dengan sendirinya sampai ke milky way sana.

Meski bobo di tenda tapi kita dipastikan bisa tidur nyenyak, karena akomodasi tendanya sudah dilengkapi kasur empuk.

Akomodasi camping ini bisa kita temui di Gunung Sari, Kecamatan Bumiaji, Batu, Malang Raya. Per malamnya only Rp 300 ribu-an. Tak sampai Rp 1 Juta untuk 3 hari. Asyik kan.

Jangan lupa bawa laptop ke Bobo Cabin, Lembang, Bandung. Wifinya lumayan kencang. Foto : Kenia Pakpahan.
Jangan lupa bawa laptop ke Bobo Cabin, Lembang, Bandung. Wifinya lumayan kencang. Foto : Kenia Pakpahan.

Itulah sekadar gambaran ecowisata yang dipetik dari Bandung dan Malang. Dalam dunia traveling zaman now, semuanya itu telah dipermudah semudah-mudahnya dalam dunia metaverse. Tak perlu lagi istilah gatek atau gagap teknologi disini.

Mulailah pencet smartphone yang bukan idiotphone ntah dimanapun itu, lambat laun anda akan melaju dengan sendirinya. Tak ubahnya mulailah menulis ntah dari huruf apapun awal katanya. Kata awal itulah trigger buat karya tulis kita. Terapkan itu segera dalam dunia traveling now.

Joyogrand, Malang, Fri', May 13, 2022

Omah camping di Gunung Sari, Bumiaji, Batu, Malang Raya. Foto : indonesia.tripcanvas.co
Omah camping di Gunung Sari, Bumiaji, Batu, Malang Raya. Foto : indonesia.tripcanvas.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun