Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cangkruk Bersama Andi Arifudin di Warkop Klodjen Djaja 1956 Kota Malang

26 April 2022   19:57 Diperbarui: 30 April 2022   08:28 1659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asesori jadul Warkop Klodjen Djaja 1956. Foto : Parlin Pakpahan.

PP : Konsep anda sepertinya nyambung dengan visi Sutiaji Walikota Malang untuk mengembangkan wisata Malang Tempo Doeloe di sentralnya Malang mulai dari Kayoe Tangan, Tugu, Alun-Alun Kota hingga ke Pecinan di Pasar Besar sana. Trotoar diperindah dengan penyediaan bangku-bangku yang kokoh tapi indah buat warga Malang bersantai dan tanaman rindang yang ke depannya bakal tumbuh tak terlalu besar juga sudah dipersiapkan di sepanjang Kayoe Tangan.

AA : Iya betul. Di Tjokroaminoto misalnya lurus ke Trunojoyo sana. Sejak dulu terkenal dengan minumannya. Malah dekat sini, itu tuh di seberang jalan ada Kopen, yi pemain lama kopi. Dia adalah senior kami. Dia sudah lama bermain kopi. Maka saya mencoba membuat konsep yang sedikit berbeda.

The owner Andi Arifudin di tengah Baristanya. Foto : Parlin Pakpahan.
The owner Andi Arifudin di tengah Baristanya. Foto : Parlin Pakpahan.

PP : Ya saya tahu. Iklan jadul anda, mulai dari depan hingga dinding-dinding warkop ini sudah bercerita banyak bagaimana anda membranding Warkop Klodjen Djaja 1956. Nah, bagaimana ke depannya agar warkop ini benar-benar mengena di hati masyarakat?

AA : Ya itu tadi. Konsepnya berangkat dari wong cilik, Dari dulu Tjokroaminoto dan sekitarnya kan terkenal sebagai tempat jualan buah-buahan. Karena dekat pasar dan setasiun KA, juga banyak tukang becak dan penjaga parkiran. Maka kita harus mau bagaimana agar merakyat tentunya. Pagi Pk 07.00 kita sudah buka. Sampai Pk 09.00 kita sajikan kopi robusta tanpa campuran seharga tigaribuan per cangkir dengan potongan seribu, jadi dua ribu rupiah. Mereka yang antri belanja daging sapi di counter kami, tentu butuh selingan ringan. Kebanyakan mereka tidak datang sendirian, tetapi ada yang menemaninya. Yang satu dalam antrian beli daging dan yang lainnya dapat mampir minum kopi di sebelah counter daging yi Warkop Klodjen Djaja 1956. Setelah lewat Pk. 09.00 ya kembali harga normal.

PP : Ok. Lalu bagaimana konsep anda agar kaum snob dan wong cilik itu bisa menyatu di kedai ini?

Asesori jadul Warkop Klodjen Djaja 1956. Foto : Parlin Pakpahan.
Asesori jadul Warkop Klodjen Djaja 1956. Foto : Parlin Pakpahan.

AA : Pada Hari Kopi Nasional Maret ybl, kita bagi-bagi kopi kepada kepada siapa saja di bilangan klojen, khususnya mereka yang beraktivitas di pasar klojen dan komunitas lainnya dari berbagai strata yang berlalu lalang di Tjokroaminoto dan Trunoyo. Kita sajikan kopi gratisan itu dari kopi robusta terbaik Malang tanpa campuran. Jauh sebelum itu kita juga berbagi kopi dengan komunitas pengguna sepeda ontel, juga kita adakan ajang musik dengan para pengamen yang sebagian di antaranya memakai alat musik yang kecil apa namanya?

PP : Ukulele. Iya ya cukup banyak pengamen yang menggunakan ukulele disini.

AA : Puncaknya kita menyelenggarakan ultah kopi nasional di gedung Senaputera. Ada pergelaran musik disitu.

PP : Bagaimana rencana pengembangan selanjutnya setelah pembrandingan semua itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun