AA : Sebelum pandemi ya bagus, tapi setelah pandemi sepi.
PP : Sepi menggigit ya. Ok siapa yang bertanggungjawab dalam usaha kopi disini?
AA : Saya sendiri dan dalam usaha mengembangkannya saya bekerjasama dengan Didiek Safari. Itu yang biasa tampil di JTV. Saya urus manajemen dan Didiek urus branding.
PP : Bagaimana jalannya anda bisa bermitra dengan Didiek?
AA Â : Mas Didiek itu teman SMA saya dulu. Dia sebaya saya. Dulunya CEO Event Kopi Nusantara. Sekarang dia punya usaha Coffee Shop bernama Swag di bilangan Sawojajar, tak jauh dari sini. Anak-anak disini juga ada yang bekerja ikut Didiek di Swag. Usaha pembranding-an kopi yang dilakukan Didiek ada beberapa. Dia mengajak anak-anak yang masih kuliah bikin branding seperti Sang Kelana yang menggunakan VW Combi. Lalu ada lapak Kopi Vietnam di Gresik dll. Â Kalau saya di kuliner.
PP : Btw, berbagai pamflet iklan bergaya Malang tempo doeloe ada saya lihat di kedai ini. Koq bisa bergaya jadul seperti itu?
AA : Awalnya saya punya bengkel disini. Ayok bikin studio disini, ajak saya kepada beberapa teman. Dulu sekali disini, itu yang di Jln Trunojoyo ke arah setasun KA ada bioskop, namanya Mutiara Theater. Sejak dulu daerah ini memang selalu ramai. Kita pun jadi terinspirasi untuk coba bikin konsep yang merakyat. Begitu kira-kira. Saya dan keluarga kan punya dagangan daging sapi dengan counter tempo doeloe yang tetap bertahan hingga sekarang. Di sebelah ada pasar yi pasar klojen. Saya pikir sembari jualan daging apa salahnya di sampingnya saya buat usaha warkop. Lalu bikin studio-studio-an dengan poster besar sebagaimana terpampang di depan seakan ada bioskop. Namanya saja mencoba membranding sesuatu. Sedangkan nama Klodjen Djaja 1956, itu adalah titik awal usaha keluarga saya yi jualan daging sapi.
PP : Setelah usaha bakso bakar ditinggalkan, lalu anda bergeser ke kopi. Persisnya sejak kapan itu?
AA : Â 14 Pebruari 2021.