Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sengkuni atau Brutus-kah di Lingkar Kepresidenan Jokowi Sekarang

20 April 2022   19:19 Diperbarui: 20 April 2022   19:26 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik antara kacamata Myopia dan Felt Needs. Foto: Robert Heyliger, Flickr.

Sengkuni atau Brutus-kah di Lingkar Kepresidenan Jokowi sekarang

Sengkuni pada umumnya orang tahu. Dia adalah seorang tokoh antagonis dalam wiracarita Mahabharata. Dia adalah paman para kurawa dari pihak Ibu. Sengkuni terkenal sebagai tokoh licik yang selalu menghasut para kurawa agar memusuhi Pandawa.

Lain halnya dengan Brutus. Tak semua orang tahu, kecuali mereka yang akrab dengan literatur Eropa. Siapa yang tak kenal dengan pujangga Inggeris William Shakespeare. Pujangga besar ini menulis Drama Julius Caesar yang digubahnya dari sejarah Romawi tahun 44 sebelum masehi. Frasa "Et tu Brute" muncul dalam babak 3 adegan 1. Itu adalah bahasa latin yang berarti "Kau juga Brutus".

Caesar mengucapkan kata itu dengan mata terbelalak saat ia dihunjam senjata tajam dan tewas bersimbah darah oleh sekawanan senator pembunuh yang satu di antaranya adalah temannya bahkan sudah seperti anaknya sendiri yi Marcus Junius Brutus. Caesar awalnya melawan, tapi ketika dia melihat Brutus, respon "Et tu Brute " itu muncul saat Caesar menghembuskan nafas terakhirnya.

Mungkin saja kata-kata terakhir Julius Caesar bukan seperti itu. Satu setengah abad setelah kejadian itu seorang sejarawan Romawi Suetonius mengklaim Caesar tidak mengatakan apa-apa saat dia meninggal, tetapi yang lain menyatakan kata-kata terakhir Caesar adalah frasa Junani yi "Kai su Teknon" atau "kau juga anak muda" saat melihat Brutus dalam kawanan pembunuh itu.

Itulah salah satu kudeta kuno yang terkenal dan melegenda dalam sastera dunia melalui goretan pena emas William Shakespeare. Tafsiran terhadap kata "Et tu Brute" yang luarbiasa itu hanya menegaskan satu hal yi kekuasaan itu bisa berakhir dengan cara diluar dugaan bahkan bisa begitu tragis oleh orang terdekat sang penguasa.

Maka masih dalam sesi Tolak Penundaan Pemilu 2024, kita pun kaget ketika Masinton Pasaribu meneriakkan kata ini ketika mengecam Menko Marinvest Luhut Binsar Panjaitan sebagai Brutus di lingkar kepresidenan Jokowi.

Kita pun bertanya-tanya. Seorang Masinton Pasaribu yang tidak akrab dengan literatur Eropa dan hanya pandai berpokrol bambu dalam sirkus politik Indpnesia berdasarkan logika politik domestik semata, koq bisa-bisanya melafalkan kata Brutus kepada regime sekarang, khususnya kepada sosok yang dianggap sesepuh dalam perpolitikan Indonesia, yi Menko Marinvest LBP atau Luhut Binsar Panjaitan.

Gegara LBP dkk yang melontarkan gagasan penundaan pemilu 2024 dengan alasan punya big data yang konon kl 110 juta rakyat Indonesia masih menginginkan Jokowi, juga dialaskan Indonesia lagi runyam keuangannya karena habis-habisan memerangi pandemi, maka mega anggaran kl Rp 110 trilyun untuk pemilu serentak pada 2024 yad seyogyanya ditahan dulu untuk yang lain sampai keadaan negara membaik. 

Inilah yang memicu aksi demo 1104 sehingga Ade Armando jadi korban dst dst. Tanpa mau kendor sedikitpun, Masinton meminta Jokowi agar memecat Menko Marinvest. Ia kelihatannya tak terlalu perduli dengan siapapun yang kelak memusuhinya sesudah pernyataan sangat tajam itu.

Tak kurang dari Presidium Relawan Indonesia datang ke Parlemen untuk menyatakan protes keras atas pernyataan Masinton dan meminta Dewan Kehormatan Parlemen segera menyidang Masinton apabila perlu dipecat sejalan dengan pernyataan Masinton yang meminta agar Jokowi segera memecat Luhut. 

Pernyataan Masinton yang mengibaratkan Luhut sebagai Brutus itu sungguh tak pantas, karena selain tokoh yang sangat dekat dan bekerja keras untuk Jokowi, juga Luhut kami anggap sebagai orangtua yang tak layak diperlakukan seperti itu kata Hasibuan salah satu anggota presidium Relawan Indonesia.

Kembali ke Masinton. Kalaulah ia memang tahu arti dan makna Brutus versi William Shakespeare dalam kata-kata kesohor "Et tu Brute", maka Masinton jelas ngaco. 

Luhut sangat dekat dengan Jokowi, bahkan merangkap jabatan macam-macam karena sangat dipercaya oleh presiden untuk menyelesaikan masalah terkait jabatan multi rangkap yang dibebankan kepadanya, seperti penanganan pandemi dll. Ini sah-sah saja. Itu memang hak prerogatif presiden dalam sistem presidensial kita. 

Kalau LBP kepercayaannya, berarti ia meragukan yang lain. Terbukti selama ini LBP dapat mengeksekusi dengan baik apa maunya Presiden Jokowi. Mungkinkah orang terdekat Jokowi itu menikamkan belatinya ke jantung presiden sebagaimana Brutus menikam Caesar pada tahun 44 sebelum masehi? 

Ini bukan zaman sebelum masehi, tapi 2000 tahun sesudah masehi. Artinya "How To Manage The Staff" sudah melalui proses psikologi modern tanpa harus bertanya kepada Psikolog Bawah Sadar Sigmund Freud. Jokowi bukan Julius Caesar yang belum berpendekatan seperti itu dalam memimpin.

Saya pikir kutipan yang tak dipahami Masinton itu bukanlah dari dirinya yang selama ini hanya mengenal komik-komik Medan dan berbagai ceracau politik di media nasional dan media sosial kita.

Ini dipastikan ada yang mengorkestrasinya bahwa Jokowi sudah terlalu jauh, sehingga PDIP yang meninggikannya mulai dari Walikota Solo, Gubernur DKI sehingga menjadi presiden sampai dua periode seperti ini berada jauh di belakangnya. Karenanya perlu diberi pelajaran agar sadar bahwa Jokowi adalah milik PDIP, milik rakyat dan bukan milik segelintir orang di lingkar istana, apalagi milik orang-orang yang berpikirnya murni dagang dan dagang.

Bagaimana presiden dikelilingi dan dipengaruhi oleh para pedagang ini sudah diposting di facebook watch oleh Refly Harun dkk bahwa Luhut misalnya tak bisa melenggang begitu saja dengan melupakan bahwa ia adalah salah satu taipan negeri ini dalam imperium bisnisnya yang katanya sudah dijual kepada salah satu pengusaha besar di Singapore. 

Ia tak lagi memegang perusahaan Toba, ia hanya memiliki saham minoritas saja disitu, sehubungan dengan jabatan publik yang dipegangnya. Tapi ini paradoks dengan kenyataan bahwa LBP justeru menggunakan pengaruhnya untuk memperbesar imperium bisnisnya itu dengan kedok ia tak lagi menanganinya, karena perusahaan dimaksud di Singapore dan LBP hanyalah pemegang saham minoritas disitu.  

Postingan ini jelas berbahaya dari sisi politik, karena investigasi publik melalui narator-narator semacam Refly pasti sedang gencar dilakukan. Tak heran kalau gebrakan Masinton adalah bagian dari orkestrasi besar yang sudah mulai dimainkan sekarang.

Bukan hanya Luhut yang disoal, tapi juga pedagang-pedagang lain yang dekat dengan Jokowi seperti Erick Thohir dll. Inilah para pedagang yang selalu melihat persoalan negara dari segi efisiensi dan profit. Tak heran banyak aturan terkait kelembagaan yang ditabrak mulai dari Omnibus Law, KPK, BPK dan terkini Penundaan Pemilu 2024. 

Merekalah yang dituding banyak mempengaruhi Jokowi pada periode 2 kekuasaannya. Sampai tega-teganya untuk dan atas nama kepentingan dagang mewacanakan penundaan pemilu 2024, sementara kesulitan yang dihadapi sekarang ini dalam mengegoalkan proyek IKN bernilai Rp 466 triltyun di Paser Penajam Kalimantan sana tak pernah dibahas alih-alih malah dana pemilu serentak sebesar kl Rp 110 trilyun. Itu yang disoal.

Syukurlah ada Mbak Puan yang baru saja menyatakan kepada siapapun yang gegeran politik agar menghentikan wacana tentang penundaan pemilu 2024. Presiden sudah menguburnya dalam-dalam. Ia sudah meneken bahwa pemilu serentak 2024 tetap berjalan sesuai jadwal yi Oktober 2024. KPU dan Bawaslu dengan pejabat-pejabat baru yang sudah dilantik disitu sudah mulai bekerja. 

Puan meminta agar wacana tak perlu itu dihentikan saja. Ia menyatakan itu dalam posisinya sebagai Ketua DPR RI dan selaku mitra eksekutif dalam sistem presidensial RI.

Meski Puan Maharani Soekarno sang Capres 2024 unggulan PDIP itu sudah meminta dengan sangat agar wacana gaduh itu dihentikan, Tapi orkestrasi ini sepertinya belum menghabisi intronya, karena terbetik kabar bahwa demo lanjutan para mahasiswa akan dilanjutkan pada 21 April besok. Sekalipun Pangdam V Jaya sudah menyatakan demo 1104 itulah yang terakhir, tapi suara mahasiswa sebagai suara bangsa manalah bisa dihentikan.

Kita lihat bagaimana kelanjutan orkestrasi ini. Apakah klimaksnya memang Jokowi yang harus dipercepat masa jabatannya atau Jokowi dipaksa memecat para menterinya yang berjiwa pedagang dan berkategori Sengkuni, karena Indonesia tak mengenal Brutus, agar Jokowi kembali ke pangkuan Partai dan rakyat dan dalam dua setengah tahun sisa jabatannya, ia dapat menyiapkan pemimpin yang bisa mengambilalih tongkat estafet kepemimpinan darinya dan konsisten dengan visi Indonesia hebat 2045 dan beribukota di Kalimantan nan hijau permai.

Joyogrand, Malang, Wed', April 20, 2022.

Feature Politik. Foto: EpicTop10.com Flickr
Feature Politik. Foto: EpicTop10.com Flickr

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun