Tak kurang dari Presidium Relawan Indonesia datang ke Parlemen untuk menyatakan protes keras atas pernyataan Masinton dan meminta Dewan Kehormatan Parlemen segera menyidang Masinton apabila perlu dipecat sejalan dengan pernyataan Masinton yang meminta agar Jokowi segera memecat Luhut.Â
Pernyataan Masinton yang mengibaratkan Luhut sebagai Brutus itu sungguh tak pantas, karena selain tokoh yang sangat dekat dan bekerja keras untuk Jokowi, juga Luhut kami anggap sebagai orangtua yang tak layak diperlakukan seperti itu kata Hasibuan salah satu anggota presidium Relawan Indonesia.
Kembali ke Masinton. Kalaulah ia memang tahu arti dan makna Brutus versi William Shakespeare dalam kata-kata kesohor "Et tu Brute", maka Masinton jelas ngaco.Â
Luhut sangat dekat dengan Jokowi, bahkan merangkap jabatan macam-macam karena sangat dipercaya oleh presiden untuk menyelesaikan masalah terkait jabatan multi rangkap yang dibebankan kepadanya, seperti penanganan pandemi dll. Ini sah-sah saja. Itu memang hak prerogatif presiden dalam sistem presidensial kita.Â
Kalau LBP kepercayaannya, berarti ia meragukan yang lain. Terbukti selama ini LBP dapat mengeksekusi dengan baik apa maunya Presiden Jokowi. Mungkinkah orang terdekat Jokowi itu menikamkan belatinya ke jantung presiden sebagaimana Brutus menikam Caesar pada tahun 44 sebelum masehi?Â
Ini bukan zaman sebelum masehi, tapi 2000 tahun sesudah masehi. Artinya "How To Manage The Staff" sudah melalui proses psikologi modern tanpa harus bertanya kepada Psikolog Bawah Sadar Sigmund Freud. Jokowi bukan Julius Caesar yang belum berpendekatan seperti itu dalam memimpin.
Saya pikir kutipan yang tak dipahami Masinton itu bukanlah dari dirinya yang selama ini hanya mengenal komik-komik Medan dan berbagai ceracau politik di media nasional dan media sosial kita.
Ini dipastikan ada yang mengorkestrasinya bahwa Jokowi sudah terlalu jauh, sehingga PDIP yang meninggikannya mulai dari Walikota Solo, Gubernur DKI sehingga menjadi presiden sampai dua periode seperti ini berada jauh di belakangnya. Karenanya perlu diberi pelajaran agar sadar bahwa Jokowi adalah milik PDIP, milik rakyat dan bukan milik segelintir orang di lingkar istana, apalagi milik orang-orang yang berpikirnya murni dagang dan dagang.
Bagaimana presiden dikelilingi dan dipengaruhi oleh para pedagang ini sudah diposting di facebook watch oleh Refly Harun dkk bahwa Luhut misalnya tak bisa melenggang begitu saja dengan melupakan bahwa ia adalah salah satu taipan negeri ini dalam imperium bisnisnya yang katanya sudah dijual kepada salah satu pengusaha besar di Singapore.Â
Ia tak lagi memegang perusahaan Toba, ia hanya memiliki saham minoritas saja disitu, sehubungan dengan jabatan publik yang dipegangnya. Tapi ini paradoks dengan kenyataan bahwa LBP justeru menggunakan pengaruhnya untuk memperbesar imperium bisnisnya itu dengan kedok ia tak lagi menanganinya, karena perusahaan dimaksud di Singapore dan LBP hanyalah pemegang saham minoritas disitu. Â
Postingan ini jelas berbahaya dari sisi politik, karena investigasi publik melalui narator-narator semacam Refly pasti sedang gencar dilakukan. Tak heran kalau gebrakan Masinton adalah bagian dari orkestrasi besar yang sudah mulai dimainkan sekarang.