Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sei Babi Flobamora NTT Kuliner Terbaru di Kota Wisata Malang

14 April 2022   17:09 Diperbarui: 14 April 2022   17:17 2803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Ratnawati sedang mengemas sei di lapaknya Sei Babi Flobamora, Oro-Oro Dowo, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Sei Babi Flobamora NTT Kuliner Terbaru Di Kota Wisata Malang

Penasaran pengen melihat sekilas suasana bulan puasa di kota Malang, belum lama ini saya raun-raun sedikit ke titik-titik tertentu kota Malang.

Tak terlalu ramai memang, tapi tak bisa dikatakan sepi. Dibandingkan satu dekade lalu, terasa sekali yang sepi sekarang adalah angkot untuk umum. Kuda-kuda jepang rakitan bangsa awak ini hanya melewati ruas jalan utama saja seperti jalan Soeprapto, Jln. Soetoyo, Jln Ijen Besar, Jln Kawi, Jln Raya Langsep dan beberapa lagi lainnya. Ruas-ruas tertentu yaitu sirip-sirip jalan perkotaan hanya sedikit yang mereka lewati.

Tampilan Rumahmakan Sei Babi Flobamora, Jln Slamet Riyadi, Oro-Oro Dowo, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Tampilan Rumahmakan Sei Babi Flobamora, Jln Slamet Riyadi, Oro-Oro Dowo, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Kini jalanan lebih didominasi oleh kenderaan pribadi. Dan yang terbanyak tentu roda dua dan kl 25-30% sisanya ya roda empat. Tak heran transportasi online jadi angkutan umum yang nge-hits di kota Malang, nggak roda dua nggak roda empat. Kurang lebih seperempat bagian dari angkutan umum online ini beroperasi 24 jam. So, tak perlu khawatir sejauh kita pegang gawai, maka kita bisa kemanapun, tanpa batas waktu, ke seantero Malang, bahkan ke seantero Malang raya hingga Batu dan Sendangbiru di pantai selatan sana.

Suasana lain yang tak kalah menarik, rumahmakan-rumahmakan hanya buka di downtown Malang saja. Itupun yang permanen. Lapak-lapak kakilima yang tak permanen memang buka. Tapi di samping tak banyak, makanannya pun tidak kelihatan, meski prak prok dapur terdengar. Kalau nggak ditutupin banner ya diakalinlah agar lapak makan itu tak mencolok, yang penting orang sudah tahu lapak tsb buka di bulan puasa.

Lalu bagaimana sisanya di pinggiran Malang, katakanlah radius 3 Km ke atas? Ya ada, tapi dalam bentuk lain yi penganan yang sudah dikemas dalam kotak plastik, bisa itu nasi uduk, nasi pecel, lontong sayur, ayam bakar, daging rendang sampai perkedel eceran. Itu semua dijajakan di toko-toko klontongan. Dan jangan lupa sebagian Grab Food dan Go Food tetap jalan. Kesimpulan yang makan "hidden" ya lumayanlah. He He ..

Lapak Sei Babi Flobamora di Jln. Pattimura, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Lapak Sei Babi Flobamora di Jln. Pattimura, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Bagaimanapun, yang patut disyukuri karena sudah lama menyandang predikat sebagai kota pendidikan dan daerah wisata yang bertali temali dengan seluruh obyek wisata yang ada di Malang raya, maka warga Malang memang harus terbuka bagi siapa saja dan mampu memaklumi kebhinnekaan baik warga di internal Malang maupun para pengunjung dari luar. Dengan demikian "length of stay" atau lama tinggal para pengunjung dari sudut pandang kepariwisataan dapat stabil bahkan meningkat, meski Institut Setara belum memasukkan Malang sebagai kota yang toleran pada 2022 ini. Tapi toleransi dalam konteks kepariwisataan terurai di muka cukup jelas. Itu mengindikasikan Malang bakal menyandang predikat kota toleran di masa yad dalam arti tidak terlalu lama lagi.

Di tengah pernak pernik permenungan tadi, ketika lewat Jln Pattimura menuju bilangan Rampal, saya ketemu lapak makan satu-satunya disitu dengan banner merah mencolok bertuliskan "Flobamora, Sei Babi dan Sate Babi". Teringat pulau Timor dan NTT, sayapun mampir. Ternyata pengelola dapur merangkap owner di lapak makan itu adalah anak muda hitam manis bernama Faldi Lay. Oya, Flobamora adalah singkatan dari Flores, Sumba dan Timor; Sei adalah daging asap  dan Lay adalah nama salah satu clan di pulau Sabu, NTT.

Sei dalam kemasan dan tampilan kuliner sei babi dengan sayur daun singkong yang dibaur dengan bunga pepaya. Foto: Parlin Pakpahan.
Sei dalam kemasan dan tampilan kuliner sei babi dengan sayur daun singkong yang dibaur dengan bunga pepaya. Foto: Parlin Pakpahan.

Saya berbincang sejenak saja dengan Faldi. Info menarik yang pasti darinya Sei Babi Flobamora ini ada tiga di kota Malang. Dua lainnya di Jln Slamet Riyadi, Oro-Oro Dowo dan di Jln Raya Langsep, Bareng. Yang di Oro-Oro Dowo, itu ortu saya om, kata Faldi. Ok thanks ya guy, kapan waktu saya akan mampir ke lapak ortumu untuk sekadar cangkruk minum kopi dan nostalgia pulau Timor.

Maka, belum lama ini saya mampir di Rumahmakan Sei Babi dan Sate Babi Flobamora yang di Oro-Oro Dowo. Setelah berkenalan dengan owner yi Mel Lay (ML) dan isterinya Ratnawati (R), mereka tahu sekarang bahwa saya adalah Parlin Pakpahan (PP). Setelah yakin suasana menghangat karena Pak Mel ini sempat di Dili setahun jelang referendum Timtim pada 1999, apalagi kami disiram mentari kl Pk. 10.30 yang terasa hangat nyaman di tubuh, saya pun mewawancara Pak Mel dan Bu Ratnawati.

PP :  Papanya Faldi, bisa bercerita sedikit tentang diri anda dan keluarga sebelum kita berbincang lebih jauh?

Faldi Lay dengan lapak sei babi flobamoranya di Jln Pattimura, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Faldi Lay dengan lapak sei babi flobamoranya di Jln Pattimura, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

ML : Nama lengkap saya Mel Lay. Saya kelahiran Kupang NTT 1981. Sedangkan isteri saya dari Malang, tapi lama di Kupang. Saya pernah di kota Dili Timtim 1997-1999. Sempat berwiraswasta disana dan saat itu masih single. Dan keluar Timtim pas jajak pendapat awal Agustus 1999. Saya married di Kupang pada 2011 dan pindah ke Malang pada tahun itu juga.

PP : Usaha Sei di Malang sejak kapan?

ML : Agustus 2017 saya buka usaha Sei. Mulanya sei sapi. Tapi pas pandemi, kontraknya habis, selain itu banyak saingan. Saya mencatat banyak customer yang meminta sei babi. Jelang habis kontrak, saya coba buatkan 1-2 porsi sei babi. Itu saya lakukan pada 2018. Sei babi ternyata cukup banyak yang cari karena suka, maka saya cari tempat lain dan jual sei babi saja. Lapaknya ya disini di Jln Slamet Rijadi, Oro-oro Dowo.

PP : Hokinya barangkali disini ya.

ML : Boleh jadi.

Tong modifikatif untuk pengasapan daging atau sei babi flobamora khas Malang, sebuah ide cemerlang dari Pak Mel dan Ibu. Foto: Mel Lay.
Tong modifikatif untuk pengasapan daging atau sei babi flobamora khas Malang, sebuah ide cemerlang dari Pak Mel dan Ibu. Foto: Mel Lay.

PP : Lapak Sei Babi Flobamora ini ada tiga kalau nggak salah. Itu info dari Faldi yang kebetulan saya lihat lapaknya di Jln.Surapati. Dari faldi-lah saya tahu bahwa anda adalah ortunya.

ML : Iya 2019 saya buka buat anak sulung saya Faldi yang waktu itu sudah semester akhir di Institut Asia di Soekarno-Hatta. Pas pandemi 2020 dia kan tidak bisa ke kampus. Ketimbang dia jalan kesana kemari, maka saya buka lapak Faldi yang anda lihat itu. Menyusul lapak kedua di Langsep yang dikelola anak saya yang kedua.

PP : Bagaimana usaha anda sejak itu?

Pohon dan daun kesambi. Foto: borobudurpedia.id
Pohon dan daun kesambi. Foto: borobudurpedia.id

ML : Puji Tuhan jalan terus. Meski ketika buka pertamakali saya sadar bahwa kuliner ini bukanlah makanan umum yang dikonsumsi semua orang. Kuliner ini dikonsumsi kalangan minoritas saja. Anda tau itu bukan. Saya hanya berasumsi orang NTT, khususnya mahasiswa dan sebagian kecil lainnya yi tentara asal NTT, asal kuliner sei ini pasti cukup banyak di kota Malang.

PP : I see.

ML : Asumsi itulah yang menggerakkan saya ke kuliner tradisional NTT sejak pertamakali menapaki hidup di kota Malang. Saya masuk Malang sudah sejak Oktober 2014. Tapi, karena masalah keterbatasan dana untuk modal usaha, saya ikut orang di Surabaya. Setelah berunding dengan isteri, kami memutuskan untuk buka usaha di Malang saja. Soalnya ada dua dapur kalau saya terus di Surabaya. Di Malang saya sempat kerja ikut orang juga. Ybs adalah keponakan Ratna isteri saya. Sayang dia tidak mau karyawan yang masih sekolah, sementara anak-anak saya masih sekolah. Mereka harus juga kerja agar tidak terlalu membebani. Karena aturannya seperti itu tak bisa ditawar, anak-anak pun berhenti, tak bisa lain saya pun berhenti, begitu juga isteri.

PP : Wah penuh liku-liku juga ini.

irisan daging babi yang telah disei. Terlihat daun kesambi yang menutupinya pun mengering. Foto: Mel Lay.
irisan daging babi yang telah disei. Terlihat daun kesambi yang menutupinya pun mengering. Foto: Mel Lay.

ML : Kita buka usaha sendiri. Awalnya sebelum buka sei, saya buka Es Kepal Milo yang lagi trending. Di Malang belum ada itu

PP : Seperti apa itu.

ML : Yang dikepal itu lo.

R : Lagi viral ketika itu Pak.

ML : Itu mulai viral pada 2017. Saking viralnya, perputaran usaha pun cepat. Dari situ terkumpullah dana untuk modal usaha. Maka kami pun beranjak buka rumahmakan sei.

Sambal luat khas Kupang NTT dan sambal matah pelengkap sei dalam tampilan siap saji. Foto: Mel Lay.
Sambal luat khas Kupang NTT dan sambal matah pelengkap sei dalam tampilan siap saji. Foto: Mel Lay.

PP : Oya, Bu Mel lama di Kupang ya?

R : Iya. Saya kl 20 tahun di Kupang. Aslinya saya Arek Malang kelahiran Surabaya tahun 1961. Masa kecil saya di Malang hingga remaja.

PP : Jadi ketemu Pak Mel di Kupang dan married disana.

R : Iya.

PP : Oya silakan Bu Mel untuk menambahkan. Kita kembali ke Sei saja. Yang saya tahu karena dulu sering ke NTT, khususnya Kupang, sei ini kan daging asap. Ada tempat khusus untuk mengasapinya dengan daun kesambi yang menutupi daging yang akan diasapi itu. Daun itu kan hanya ada di pulau Timor. Tapi saya pikir nggak mungkinlah Pak Mel dan Ibu mendatangkan daging asap dari Kupang. Itu jatuhnya pasti mahal.

Daftar Menu Sei Babi Flobamora, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Daftar Menu Sei Babi Flobamora, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

R : Soal daun kesambi tak masalah, di Malang juga ada, meski tak sebanyak di NTT. Di Peniwen dan Paiton. Betul kami mengolah sei sendiri dengan pengasapan khas NTT. Tapi disini kami pakai tong yang telah dimodifikasi untuk mengasapinya.

PP : Wah menarik ternyata daun kesambi lokal yang dipakai. Juga kalian cukup inovatif dengan pengasapan memakai tong modifikatif itu.

R : Iya. Tong atau Drum itu kami bawa ke bengkel, bagian atas selaku tutup  dilubangi.

ML : Di dalamnya dikasi ram-ram-an yang disusun beberapa saf untuk mengasapi daging yang sudah kami tutupi dengan daun kesambi. Ram berpengait itu dicantolkan ke pinggiran tong. Irisan daging yang akan diasapi itu diletakkan satu per satu dari atas setelah ditutupi daun kesambi. Setelah irisan daging masuk semua, lalu ditutup dengan penutup yang telah dimodifikasi berlubang-lubang sebagai buangan asap. Dibawah ada kayu bakar untuk pengasapannya. Kita sejauh ini memproduksi sei babi cukup dengan 1 tong pengasapan saja. 5 Kg sei bisa diproduksi sekali pengasapan.

PP : Berapa banyak daging yang diasapi seharinya.

R : Kita hanya mengasapi 15 Kg daging babi per hari. Itu untuk kebutuhan 3 lapak per hari. Dengan teknik pengasapan dalam tong seperti itu, kita hanya butuh waktu 3 jam. Tapi proses perendaman daging dalam bumbu, itu berlangsung semalaman agar bumbu meresap. Sore ini misalnya dagingnya kita bumbui, besok dikeluarin untuk diasap. Begitu seterusnya.

PP : Bagaimana perputaran usaha ini sejak sei sapi diganti menjadi sei babi.

R : Peminatnya ya lumayan. Bisa diterimalah. Kita kan pasarnya anak-anak muda dari NTT, Ambon, Papua, Menado, Batak, Chinese, termasuk native Malang meski tak banyak dll. Mereka yang non-NTT awalnya belum paham sei dan setelah coba-coba, ternyata suka.

ML : Selama ini mereka kan hanya tahu babi kecap, babi rica-rica, sate babi dst, sekarang ada tambahan menu ya sei ini. Khusus anak-anak NTT yang banyak studi disini. Ada saatnya mereka rindu dengan kuliner daerahnya sendiri.

R : Ya. Pangsa pasarnya sudah ada sejak awal, terutama para mahasiswa asal NTT itu. Terutama itu tuh sayur bunga pepaya dengan daun singkong. Mereka kan susah cari itu kalau bukan dari rumah makan sei. Jadi kami yakin bahwa usaha ini pasti hidup.

PP : Bagaimana soal penerimaan masyarakat terhadap kuliner ini. Meski menurut setara kota Malang belum disebut sebagai kota yang toleran, tapi Malang kan daerah wisata untuk semua orang.

ML : Saya pernah coba buka lapak keempat. Pemilik sudah ok tapi cukup banyak warga yang keberatan. Jadi soal tempat ya harus selektif. Kita lihat dulu warga seperti apa di sekitar itu.

R : Kalau disini di Jln Slamet Rjijadi ini ya nggak masalah, karena di ujung sana misalnya ada Rumah Makan Babi Klenteng dll. Anak saya Faldi di Pattimura juga menghadapi masalah itu, tadinya bannernya menghadap ke arah jalan tak jauh dari kantor kelurahan di Jln Pattimura, terpaksa dibalik menghadap pasar klojen karena tak disetujui pihak pemerintah kelurahan.

PP : Kalau lapak yang di langsep bagaimana?

R :  Karena di pinggir jalan besar, ya nggak masalah, nggak direcoki warga, karena prinsip disitu lu lu gue gue. Tapi bagaimanapun di Malang itu enak koq. Udaranya sejuk dan tak pernah ada keonaran yang tak perlu.

PP : Terakhir Pak Mel, apa itu arti dan makna sei dalam kuliner NTT.

ML: Sei itu awal mulanya dari pulau Rote. Maka sei itu asli dari Bahasa Rote, bukan dari  bahasa Tetum, Amarasi, Sabu dst. Sei artinya daging yang diasapi. Sedari dulu sei itu irisan daging babi yang diasapi, khususnya babi hutan, karena dagingnya kenyal dan enak. Daging ini dipotong, diiris tipis-tipis dan diasapi. Zaman dulu itu untuk bekal kalau warga pergi berladang atau berkebun. Berladang tempo doeloe tentu butuh waktu panjang. Sei babi itulah bekal mereka selama di ladang. Kalau sekarang ini kita hanya menjumpai rumah makan sei di Kupang dan di Labuhan Bajo saja. Itu berkembang seiring dengan perkembangan kepariwisataan daerah.

PP: Ok terimakasih banyak untuk percakapan ini Pak Mel Lay dan Ibu. Semoga sukses.

ML dan R : Sama-sama pak dan sebentar saya bungkuskan dulu Sei-nya buat Adrian Aurelius Pakpahan anak bungsu Bapak, sehubungan apa yang Bapa katakan pada awal percakapan ini bahwa Bapak sudah diet daging karena satu dan lain hal.

PP : He He ..

Demikian bincang-bincang hangat kita dengan Pak Mel Lay dan Ibu Ratnawati, the owner Sei Babi dan Sate babi Flobamora. Kuliner ini pastilah nyuss apalagi dengan alat pengasapan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Tak bakal lagi kita berkomentar sei-sei-an karena lagi sial ketemu pedagang sei non-NTT yang ngaku NTT, tapi celakanya asal njiplak begitu saja dengan mengabaikan arti dan makna sei itu dari daerah asalnya yi pulau Rote NTT.

Salut dengan Pak Mel dan Bu Ratna yang berhasil memperkenalkan kuliner Sei yang khas NTT itu dan sukses memberangkatkan anak-anaknya secara berdikari tanpa pernah meratapi hidup. Betapa Faldi yang sudah selesai S1 di Institut Asia bahkan dalam tempo dekat ini akan married dan adiknya tak lama lagi menyusul S1. Sedangkan yang ketiga Princess Lay anak perempuan bungsu satu-satunya masih kanak-kanak. Tapi ke depan pastilah Princess tertular ortu dan kedua kakaknya yang bersemangat wiraswasta luarbiasa itu.

Dengan kuliner khas Flobamora ini, Malang selaku obyek wisata pendidikan, budaya dan alam akan semakin berkembang, khususnya kulinernya semakin beragam selaku melting pot Indonesia dan ke depan ini akan semakin banyak dikunjungi wisnus maupun wisman, apalagi wisatawan anak sekolahan luar Jawa yang menempuh studi demi masa depan di kota sejuk yang tak pernah onar ini.

Joyogrand, Malang, Thu', Apr' 14, 2022.

Bu Ratnawati sedang mengemas sei di lapaknya Sei Babi Flobamora, Oro-Oro Dowo, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Bu Ratnawati sedang mengemas sei di lapaknya Sei Babi Flobamora, Oro-Oro Dowo, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun