ML : Yang dikepal itu lo.
R : Lagi viral ketika itu Pak.
ML : Itu mulai viral pada 2017. Saking viralnya, perputaran usaha pun cepat. Dari situ terkumpullah dana untuk modal usaha. Maka kami pun beranjak buka rumahmakan sei.
PP : Oya, Bu Mel lama di Kupang ya?
R : Iya. Saya kl 20 tahun di Kupang. Aslinya saya Arek Malang kelahiran Surabaya tahun 1961. Masa kecil saya di Malang hingga remaja.
PP : Jadi ketemu Pak Mel di Kupang dan married disana.
R : Iya.
PP : Oya silakan Bu Mel untuk menambahkan. Kita kembali ke Sei saja. Yang saya tahu karena dulu sering ke NTT, khususnya Kupang, sei ini kan daging asap. Ada tempat khusus untuk mengasapinya dengan daun kesambi yang menutupi daging yang akan diasapi itu. Daun itu kan hanya ada di pulau Timor. Tapi saya pikir nggak mungkinlah Pak Mel dan Ibu mendatangkan daging asap dari Kupang. Itu jatuhnya pasti mahal.
R : Soal daun kesambi tak masalah, di Malang juga ada, meski tak sebanyak di NTT. Di Peniwen dan Paiton. Betul kami mengolah sei sendiri dengan pengasapan khas NTT. Tapi disini kami pakai tong yang telah dimodifikasi untuk mengasapinya.