Sei Babi Flobamora NTT Kuliner Terbaru Di Kota Wisata Malang
Penasaran pengen melihat sekilas suasana bulan puasa di kota Malang, belum lama ini saya raun-raun sedikit ke titik-titik tertentu kota Malang.
Tak terlalu ramai memang, tapi tak bisa dikatakan sepi. Dibandingkan satu dekade lalu, terasa sekali yang sepi sekarang adalah angkot untuk umum. Kuda-kuda jepang rakitan bangsa awak ini hanya melewati ruas jalan utama saja seperti jalan Soeprapto, Jln. Soetoyo, Jln Ijen Besar, Jln Kawi, Jln Raya Langsep dan beberapa lagi lainnya. Ruas-ruas tertentu yaitu sirip-sirip jalan perkotaan hanya sedikit yang mereka lewati.
Kini jalanan lebih didominasi oleh kenderaan pribadi. Dan yang terbanyak tentu roda dua dan kl 25-30% sisanya ya roda empat. Tak heran transportasi online jadi angkutan umum yang nge-hits di kota Malang, nggak roda dua nggak roda empat. Kurang lebih seperempat bagian dari angkutan umum online ini beroperasi 24 jam. So, tak perlu khawatir sejauh kita pegang gawai, maka kita bisa kemanapun, tanpa batas waktu, ke seantero Malang, bahkan ke seantero Malang raya hingga Batu dan Sendangbiru di pantai selatan sana.
Suasana lain yang tak kalah menarik, rumahmakan-rumahmakan hanya buka di downtown Malang saja. Itupun yang permanen. Lapak-lapak kakilima yang tak permanen memang buka. Tapi di samping tak banyak, makanannya pun tidak kelihatan, meski prak prok dapur terdengar. Kalau nggak ditutupin banner ya diakalinlah agar lapak makan itu tak mencolok, yang penting orang sudah tahu lapak tsb buka di bulan puasa.
Lalu bagaimana sisanya di pinggiran Malang, katakanlah radius 3 Km ke atas? Ya ada, tapi dalam bentuk lain yi penganan yang sudah dikemas dalam kotak plastik, bisa itu nasi uduk, nasi pecel, lontong sayur, ayam bakar, daging rendang sampai perkedel eceran. Itu semua dijajakan di toko-toko klontongan. Dan jangan lupa sebagian Grab Food dan Go Food tetap jalan. Kesimpulan yang makan "hidden" ya lumayanlah. He He ..
Bagaimanapun, yang patut disyukuri karena sudah lama menyandang predikat sebagai kota pendidikan dan daerah wisata yang bertali temali dengan seluruh obyek wisata yang ada di Malang raya, maka warga Malang memang harus terbuka bagi siapa saja dan mampu memaklumi kebhinnekaan baik warga di internal Malang maupun para pengunjung dari luar. Dengan demikian "length of stay" atau lama tinggal para pengunjung dari sudut pandang kepariwisataan dapat stabil bahkan meningkat, meski Institut Setara belum memasukkan Malang sebagai kota yang toleran pada 2022 ini. Tapi toleransi dalam konteks kepariwisataan terurai di muka cukup jelas. Itu mengindikasikan Malang bakal menyandang predikat kota toleran di masa yad dalam arti tidak terlalu lama lagi.
Di tengah pernak pernik permenungan tadi, ketika lewat Jln Pattimura menuju bilangan Rampal, saya ketemu lapak makan satu-satunya disitu dengan banner merah mencolok bertuliskan "Flobamora, Sei Babi dan Sate Babi". Teringat pulau Timor dan NTT, sayapun mampir. Ternyata pengelola dapur merangkap owner di lapak makan itu adalah anak muda hitam manis bernama Faldi Lay. Oya, Flobamora adalah singkatan dari Flores, Sumba dan Timor; Sei adalah daging asap  dan Lay adalah nama salah satu clan di pulau Sabu, NTT.