Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Scapegoat di Dunia Kita Now

9 April 2022   18:19 Diperbarui: 9 April 2022   19:03 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demikian juga dengan krisis Ukraina, dimana Presiden AS Joe Biden menuding Presiden Russia Vladimir Putin sebagai Jagal, Penjahat Perang, seraya melupakan krisis Ukraina sekarang sesungguhnya AS dan Natolah yang membuatnya. Bukankah eks Uni Soviet di Eropa Timur sebagian besarnya telah mereka rengkuh kedalam Nato, lalu mereka koq mencoba memaksakan keinginannya yang tak disukai Russia yi mengambil Ukraina yang dalam hal ini adalah halaman depan Russia. Putin melalui jubirnya jelas menyalahkan AS yang kelewat kemaruk yang selalu ingin sebagai raja dunia sekalipun telah berangsur-angsur loyo setelah perang Vietnam, perang Irak dan pendudukan Afghanistan selama kl 20 tahun tanpa hasil.

Kembali ke masalah pandemi, jangan-jangan kaum milineial yang tadinya diagung-agungkan pada periode 2 Jokowi, kini mulai dikambinghitamkan sebagai para pengkhianat milenial asimtomatik dengan membuat klip generasi "toxic boomer" atau generasi beracun yang sudah kelewat banyak populasinya di muka bumi ini.

Pada titik tertentu, pemerintah akan memutuskan inilah waktunya untuk mengorbankan mereka yang paling rentan di atas altar ekonomi. Dan orang pertama yang terinfeksi Covid-19 akan diburu di mana-mana. Setiap orang akan menemukan target favorit untuk disalahkan. Jokowi 3 periode, korban altarnya adalah LBP dan oligarki politik yang melingkari Jokowi. Keturunan PKI berhak masuk TNI kata Panglima TNI Andika Perkasa. Tanpa ba bu lagi korban altar baru pun disegerakan ya panglima sendiri dan kalangan nasionalis modern yang telah lama meyakini bahwa hantu PKI itu memang musuh yang akan selalu dimunculkan pihak oposisi siapapun presidennya.

Dorongan pengorbanan

Apa yang terjadi selanjutnya? Akankah target itu entah bagaimana akan dikorbankan di atas altar ekspediensi atau kemanfaatan?

Yang pasti, ada banyak kesalahan dari "cawan menyalahkan" ke bibir kambing hitam dan darah pengorbanan. Kita mulai dari kebutuhan ilmiah yang sah untuk mengidentifikasi rantai sebab-akibat yang mungkin mengarah ke tempat kita berada, untuk mencegah pandemi berikutnya.

Memang benar dan kita patut bertanya mengapa bencana dan penderitaan menimpa kita. Masalahnya muncul dengan keinginan untuk melompat langsung ke tahap terakhir, mengarahkan jari ke target seseorang yang menjadi favorit. Dari sains ke opini publik, kita beralih dari serangkaian faktor yang kompleks (misalnya pola virus, kebiasaan makan, kepadatan berlebih, demografi, penggunaan lahan, atau perdagangan global) ke sorotan utama pada satu oknum bersalah yang harus dikambinghitamkan : menyalahkan mereka yang memakan hewan liar dst!

Dalam prosesnya kita telah mengubah permainan dari pencegahan menjadi hukuman. Kadang-kadang pengkambinghitaman berhenti pada dendam populer. Tapi kemarahan yang ditargetkan sayangnya bisa lebih jauh. Dan dalam banyak kasus, kambing hitam berakhir, secara metaforis atau fisik, sebagai korban dari pengorbanan.

Bagaimana kita melawannya

Kita harus bergulat dengan mengakui karakter pengorbanan "janus faced" atau dua karakter yang berbeda secara diametral : yang terbaik dari manusia adalah tentang pengorbanan diri vs yang terburuk dari manusia adalah tentang dorongan untuk mengorbankan orang lain.

Yang terbaik dari pengorbanan diri yang dapat kita lihat selama pandemi adalah ketika sejumlah petugas layanan medis, petugas layanan sosial, petugas supermarket atau transportasi, dunia bawah yang tak terlihat dan dunia nyata layanan, yang memberikan hidup mereka untuk menyelamatkan orang lain. "Kami tidak Penting. Kami adalah korban dalam pengorbanan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun