Menelisik Krisis Ukraina Dengan Pendekatan Surrealis
Pendekatan Surrealis yang dimaksud disini adalah sebuah cara berpikir yang berusaha melepaskan rasionalitas palsu dengan memberi ruang kebebasan bagi imajinasi kita untuk berkelana dan berkombinasi dengan realitas faktual yang kita lihat dan kita rasakan.Â
Dari pendekatan model begini kita akan dapat membuat sebuah proyeksi yang juga akan mix dengan imajinasi kita. Tak perlu mengkaitkan pendekatan ini dengan psikologi alam bawah sadarnya Freud atau Leon Trotsky bahkan kaum Anarkis.
Krisis Ukraina sudah memasuki hari ke-33 dan hingga sejauh ini belum klaar dalam arti militer apalagilah politik. AS dan Nato tetap pada logika dan nilai-nilai lamanya dan Russia dengan logikanya yang juga logika lama bahwa Ukraina adalah halaman depan Russia yang berbatasan dengan AS dan dunia barat. Lalu Ukraina? Ia adalah halaman imajinatif di pentas Eropa. Zelenskyy? Pastinya dia adalah tumbuhan imajinatif barat.
Dalam dinamikanya yang telah mengglobal sejauh ini. Nato dan Barat mencoba memaksakan imajinasi ini berkembang dalam realitas dunia. Tapi mereka ragu memaksakannya, karena Russia sudah lebih dulu menegaskan siapapun yang memasuki wilayah ini di samping akan merasakan kengerian militer juga wilayahnya akan merasakan kengerian serupa.
Berbagai bukti yang didapatkan Russia di teater Ukraina terlihat nyata dalam setiap penghancuran yang dilakukannya bahwa Nato sudah lama menimbun senjata di Ukraina bahkan sampai BioLab yang mengarah pada senjata pemusnah massal.Â
Konon BioLab dimaksud tertera nama Hunter Biden dan Dephankam AS. Ini yang sedang dicoba ditelisik PBB atas aduan Russia yang didukung China. Tak heran Presiden AS Joe Biden semakin menggencarkan tekanan ekonominya terhadap Russia.Â
Puluhan, jangan-jangan ratusan, item ekonomi dan keuangan telah diberondongkan mulai dari yang sepele Kucing Russia, Energi dan pembekuan assets oligarki Russia. Resolusi MU PBB pun digelontorkan AS yang didukung 143 negara anggota, termasuk Indonesia sebagai salah satu co-sponsor.Â
Mengutip Dubes Russia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva, tindakan AS terhadap Russia tak ubahnya tindakan penjahat. Russia pun tak diam. Ia melancarkan balasan bahwa transaksi untuk energi Russia harus dibayar dengan Rubel. Ini berlaku bagi siapapun.Â
Sebagai salah satu lumbung dunia, Ia juga menyetop penjualan gandum dan minyak goreng sun flower ke AS dan dunia barat. Pizza barat dan kebab Turki di middle east mulai kelabakan. Dan teman-teman dekatnya seperti UEA, Arab Saudi, Iran dan Venezuela sepertinya sudah tak sudi lagi didikte AS dan barat agar meningkatkan produksi minyak mereka sehubungan boikot energi terhadap Russia.
Faktanya sekarang BBM di AS dunia barat melonjak. Dunia pun, termasuk Indonesia mulai terimbas, BBM mulai merangkak naik dan akan semakin nyata dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, itu semua akan diikuti yang lainnya, seperti minyak goreng misalnya yang harganya sudah melambung hingga 100%, bahkan Wifi sudah mulai ikut-ikutan naik yang 25 mbps misalnya dari semula Rp 250 rbu per bulan kini Rp 275 ribu, yang 50 mbps yang tadinya Rp 360 ribu, kini jadi Rp 385 ribu per bulan.Â
Dasar layanan oportunis, tau aja orang awak sekarang ini senangnya browsing apa saja, apalagi yang lagi ramai di Ukraina dan lagi ramai di medsos Indonesia seperti IKN yang sepi investor dst. Sepertinya kitapun harus beli BBM Russia, tapi membayar dengan Rubel.Â
Russia dan China sepakat untuk mematahkan dollar dan tiba saatnya tatanan baru imajinasi mereka akan memastikan ke depan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, Rubelkah, Yuankah atau mata uang global yang independen yang tentu disesuaikan dengan kapasitas negara tersebut, apakah negara kaleng-kaleng atau negara berilmu yang berpemimpin visioner imajinatif dengan kelas pekerja yang produktif.
Lalu mengapa Russia sampai dengan hari ke-33 ini belum juga berhasil mencapai tujuannya di Ukraina? Ukraina terbukti adalah gudang senjata Nato selama ini. Militer Russia telah membuktikannya di lapangan.Â
Bayangkan sudah kl 2000-an fasilitas militer dihancurkan, sudah kl 1800 tank dihancurkan dan ribuan kendaraan pengangkut lapis baja lainnya dihancurkan. Tapi itu belum juga finish. Ukraina masih tetap bertahan dengan selundupan peralatan militer barat dari arah Polandia. Russia pun terpaksa mengubah taktik.
Dengan contingency plan-nya komando militer Russia mengubah plan A ke  B ke C ke D dst, seraya memastikan ancaman nuklirnya terhadap AS dan Nato agar tetap menahan diri.Â
Rudal-rudal hypersonic dengan presisi tinggi seperti S 400 Triumf, Kalibre dan Khinzal mulai dikerahkan dan di tembakkan dari Laut Hitam dan Belarus, bumi hangus ala Aleppo dengan pesawat siluman pun sudah dimulai dilancarkan dengan contoh Mariupol yang luluh lantak, Lviv dan Kyiv yang sisi luarnya juga sudah mulai dihancurkan missile hypersonic ini.Â
Armada Russia juga menghadang di Laut Baltik dan Laut Hitam. Ukraina benar-benar terkunci secara militer. Bunker-bunker militer Ukraina, eh Nato, yang berisikan logistik pangan kini sedang dibersihkan unit Chechen dan unit Syria tampaknya sudah disiapkan untuk perang kota. Dampaknya luarbiasa.Â
Semua itu membuat barat terguncang dan barisan tempurnya jadi teronggok tolol di Polandia. Kalaupun berdesing berbagai berita yang menyatakan kekejaman dan kegagalan Russia di Ukraina. Benar kalau korban tentara Russia sejauh ini di atas 1000 orang. Tapi ketika disebut belasan ribu jiwa plus jumlah tank dan fghter yang dihancurkan juga ribuan.Â
Rasionalitas palsu itu dengan mudah dapat kita lihat bohongnya ketika telegram kita buka. Maklumlah media barat semua memboikot fakta nyata, kecuali rasionalitas palsu dari para pemimpin dan pers mereka.Â
Di media telegram dunia akan melihat bahwa AS dan Nato sudah jadi macan ompong ketika semua alutsistanya dieliminasi dari bumi Ukraina. Putin sungguh mewujudkan janjinya untuk mendemiliterisasi Ukraina hingga ke titik zero dan yang tersisa sekarang adalah tinggal mendenazifikasi Ukraina. Unit tempur Donetsk dan Lughanks sepertinya akan disandingkan dengan unit Chechen dalam urusan itu.Â
Apakah neo Nazi Ukraina ini akan di gulagkan di Siberia atau dikebiri secara politik. Itu urusan belakangan. Dan setiap pasokan senjata barat yang terdeteksi satelit militer Russia dicobapaksakan mengalir dari arah Polandia atau manapun, seketika itu juga missile hypersonic Russia akan menghancurkannya.
Dari semula blitzkrieg perang Ukraina berubah jadi attrition war atau perang terbatas yang saya pikir akan berlangsung paling jauh 60 hari. Beayanya pasti mahal, karena peralatan militer yang digunakan semuanya ultra modern. Maka 60 hari itulah limit waktu terbaik bagi Russia untuk mencapai tujuannya di Ukraina. Yang tersisa sekarang hanya tinggal denazifikasi.
Relakah AS dan Nato saat tujuan Russia tercapai. Dari pengamatan, sejauh ini hanya pers barat saja yang gencar memprovokasi, dengan tak memberitakan fakta bahwa EU tak kunjung bersatu dalam tindakan militer apapun, karena ekonomi mereka kelelahan selama pandemi Covid-19 dan keterbelengguan mereka terhadap energi Russia.Â
AS jelas tak mampu bertindak, karena sindrom Afghanistan yang menghabiskan triliunan dollar, masalah migran nekad di tembok perbatasan dengan Meksiko dan guncangan ekonomi dalam negeri yang mulai dicereweti Partai Republik, bahkan sudah mulai terdengar suara-suara keras yang mendesak Joe Biden agar segera mundur dari kepresidenannya.
Dan secara perlahan tapi pasti geopolitik dunia mulai bergeser ke titik keseimbangan baru  dengan semacam prolog munculnya aliansi baru seperti di Timur Tengah yang tadinya dunia Arab anti Israel, sekarang malah bersekutu dalam persekutuan terbaru hasil imajinatif Abraham Accord produk Trump.Â
Persekutuan baru yang beranggotakan Israel, Mesir, UEA, Bahrain dan Maroko ini baru saja merampungkan pertemuannya di Sde Boker sebuah kota berteknologi tinggi di tengah gurun Negev Israel. Meski dihadiri Menlu AS Blinken. Mereka punya visi baru bahwa AS bukan lagi polisi di timur tengah.Â
Ancaman horrific buat Israel dan dunia Arab sekarang ini adalah Iran dengan lenyapnya kekuatan AS dari bumi Afghanistan dan tertampiknya AS dan sekutu baratnya di bumi Syria.Â
Seakan mempertontonkan ototnya yang terbaru, Iran belum lama ini via Houthi telah melancarkan serangan roket ke salah satu kilang minyak di Arab Saudi. Maka tak heran Arab Saudi diam-diam mengamini pertemuan Negev yang sangat imajinatif itu karena berprospek menjadi tonggak perubahan geopolitik di middle east.
Di Asia Pacific kita lihat Beijing belum lama ini berhasil mencapai kesepakatan kerjasama pembangunan dengan negara kepulauan Solomon. Dan PM Solomon Manasseh Sogavare telah membuka kemungkinan kerjasama pertahanan dengan China.Â
Ausie dan negara sekitar pun risau dengan fakta ini. Tapi mau bertindak apa dan bagaimana. Yang pasti kepulauan Solomon berprospek imajinatif menjadi semacam kapal induk China yang tak tertenggelamkan dalam pertempuran apapun.Â
Itu tentu sebuah imajinasi terbaru dalam geopolitik pasca perang Ukraina, disamping Laut China selatan yang telah dikuasai China sepenuhnya dengan pijakan kepulauan Spratly yang sekarang telah diperlebar dan dibuat permanen sedemikian rupa sebagai kapal Induk China yang tak tertenggelamkan. Segala senjata defensif dan penyerang ultra modern ada disitu.
Akankah Indonesia tetap terpaku pada IKN, penundaan Pemilu 2024, membiarkan intoleransi atau cukup belajar rasionalitas palsu ajaran AS dan barat dalam krisis Timtim di masa akhir Soeharto, krisis terkini Ukraina, tanpa mau melihat otentisitas lapangan, termasuk perubahan geopolitik di middle east dan di AsPac.
Cobalah berimajinasi yang bagus kali ini dengan melihat terlebih dahulu bahwa Natuna sedang dalam incaran China dan Timorleste sudah mulai ditinggalkan penjarah AS dan Ausie. Mau kita apakan keduanya. Hayyoo ....
Joyogrand, Malang, Wed', March 30, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H