Pendeta Syaifuddin Ibrahim dan Masalah Kebersamaan Kita Yang Tak Kunjung Beres
Tak terasa krisis Ukraina nun jauh di Eropa sana telah memasuki hari ke-29. Meskipun ada sirkuit MotoGp Mandalika yang baru saja menyelesaikan event Superbike dan ada Mbak Rara yang beraksi selaku pawang hujan disitu. Tapi tetap fokus kita dan dunia masih pada masalah Ukraina.
Hal itu sontak berubah ketika lagu lama muncul lagi belum lama ini dalam video Pendeta Syaifuddin Ibrahim. Video yang direlease 16 Maret lalu itu bikin geger karena tanpa reserve menyatakan 300 ayat-ayat kebencian dalam Al Quran perlu dihapus.
"Selama ini orang Kristen dihina, di televisi, di toa masjid, itu luarbiasa penghinaan yang dialami orang Kristen, membangun gereja pun susah," kata Syaifuddin dalam video yang diunggah di kanal YouTube-nya, Rabu, 16 Maret 2022.
Dia mengatakan Undang-Undang dengan jelas menjamin setiap orang untuk menjalankan ibadahnya. Namun menurut dia, setelah tahun 1990-an, penghinaan terhadap orang Kristen semakin marak.
"Jadi jangan lihat video saya ini memecah belah, saya ini minoritas, siapa saya bisa memecah belah bangsa Indonesia," kata dia.
Dia mengatakan permintaannya agar 300 ayat di Al Quran dihapus hanyalah sebuah permintaan. Dia mengatakan permintaan itu bisa diterima atau ditolak.
Syaifuddin menolak permintaannya itu dianggap menghina Islam. Menurut dia, lebih banyak pemuka agama lain lebih menghina agamanya ketimbang yang dia lakukan. Menurut Syaifuddin, permintaan itu tidak akan keluar dari mulutnya bila toleransi di Indonesia benar-benar dijalankan.
Permintaan penghapusan 300 ayat ini ditujukan kepada Menag Yaqut Cholil Qoumas dan di luar dugaannya yang spontan membypass menjawabnya malah Menkopolhukam Mahfud MD. Tak ayal pendeta ini pun marah besar dan menantang Mahfud yang asal Madura untuk carok ala Madura. Syaifuddin yang merasa tak menista Islam, sebagaimana dituduhkan Mahfud, koq malah dituduh menista dengan ancaman pidana 5 tahun penjara. Yang bener saja Pak Mahfud, ujarnya.
Masalah Ukraina pun bergeser dari pandangan saya yang semula ingin menulis kembali artikel tentang Ukraina dan sepak terjang Russia serta hiruk-pikuk propaganda AS dan barat dalam krisis tersebut. Terpaksa niat itu ditunda dulu untuk sementara, karena sepertinya Kyiv sudah semakin dekat akan jatuh ke tangan Putin dan pastinya akan kembali ke pangkuan Ibu pertiwi Ukraina yi Russia dan Slavia Raya.