Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Russia Gempur Ukraina Dalam Tone Perang Terbatas

26 Februari 2022   14:20 Diperbarui: 27 Februari 2022   01:54 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tentra Russia masuk dari lima titik.  Map dari Middle East Eye

Russia Gempur Ukraina Dalam Tone Perang Terbatas

Awal pekan ini, Presiden Russia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan republik Donetsk dan Lugansk yang memproklamirkan diri setelah lonjakan baru dalam kekerasan oleh pasukan Kiev.

Presiden Russia Vladimir Putin telah menyampaikan pidato nasionalnya Kamis pagi 24 Pebr' ybl, seraya mengarahkan pasukan Russia melakukan operasi khusus di wilayah Donbass untuk melindungi orang-orang yang telah menghadapi genosida yang dilakukan oleh rezim Kiev selama delapan tahun.

"Untuk tujuan ini, kami akan berusaha untuk mendemiliterisasi dan mendenazifikasi Ukraina, serta mengadili mereka yang melakukan banyak kejahatan berdarah terhadap warga sipil, termasuk terhadap warga Federasi Rusia", demikian pernyataan Putin.

Russia tentu telah memperhitungkan segala kemungkinan dalam keputusannya unruk menggempur Ukraina yang sudah cukup lama berselingkuh dengan dunia Barat dan Nato. Perang ini pastinya high cost dan karenanya harus tepat waktu dalam mencapai tujuannya. 

Kalau Israel yang dikepung banyak musuh berpendapat paling  lama mereka berperang kl 3 bulan karena keterbatasan sumberdaya baik dana maupun manusia, maka Russia yang adalah adidaya tentu akan mampu lebih lama sedikit dari itu. 

Tapi betapapun adidaya seperti Russia pada zaman now tidaklah mungkin melama-lamakan perang. Maka paling tidak awal Maret yad setidaknya pada 3 Maret 2022 perang ini sudah ending dan tujuan yang diinginkan Russia tercapai.

Helikopter Russia di kedalaman Ukraina. Foto : timesofisrael.com
Helikopter Russia di kedalaman Ukraina. Foto : timesofisrael.com
Mengapa seyakin itu Russia? Faktor penggentar bagi Nato dan siapapun yang akan mencampurinya telah digelar bukan hanya pada saat ribut Ukraina mengudara beberapa hari sebelum Russia menggempur Ukraina. Silo balistik di seantero Russia sudah lama siap. 

Di medan laga Syria missile S-400 Russia sudah beberapa kali unjuk kinerja betapa Israel dengan pesawat tercanggih versi AS yang dimilikinya sekalipun tak sanggup menghadapi missile siluman itu. 

Dan terakhir para jenderal Russia sudah berada di ruang kendali tempur, hanya tinggal klak klik kemana serangan missile canggih Russia diarahkan. 

Dan Putin sudah mengultimatum bahwa siapapun yang mencampuri urusan rumahtangganya di Eropa timur seperti Ukraina ini akan menerima konsekuensi super berat.

Dan Dunia Barat sepertinya terhenyak kali ini, kecuali persnya yang tetap membakar-bakar dan menyambar apapun yang dikatakan para petinggi AS dan Nato bahwa Russia dan Putin bla bla bla dst. Pendeknya mereka tak lepas dari standar barat ntah itu soal HAM ntah itu soal demokrasi ntah itu soal psiko-politis dst.

Maka ada baiknya kita langsung ke content analysis yi pidato Putin 24 Pebr' ybl.

Putin sejauh ini telah berbicara tentang peristiwa tragis di Donbass dan aspek kunci untuk memastikan keamanan Russia.

Dalam pidato  21 Pebruari 2022 sebelumnya misalnya, Putin berbicara tentang keprihatinan dan kekhawatiran terbesar Russia tentang ancaman mendasar yang diciptakan oleh politisi Barat untuk Russia yang menurut Putin dilakukan secara konsisten, kasar dan tidak sopan dari tahun ke tahun. Putin mengacu pada ekspansi Nato ke arah timur, yang memindahkan infrastruktur militernya semakin dekat ke perbatasan Russia.

Boleh dikata selama 30 tahun terakhir Russia telah mencoba bersabar dan berusaha mencapai kesepakatan dengan negara-negara Nato utama mengenai prinsip-prinsip keamanan yang setara dan tak terpisahkan di Eropa.

Barisan Tank Russia di perbatasan Ukraina. Foto :  timesofisrael.com
Barisan Tank Russia di perbatasan Ukraina. Foto :  timesofisrael.com

Tapi dalam menanggapi proposal Russia, barat kata Putin selalu menipu dan berbohong bahkan selalu menekan dan memeras, sementara Nato terus berkembang meskipun ada protes dan kekhawatiran Russia. Mesin militer Nato terus bergerak dan semakin mendekati perbatasan Russia.

Apa pasal? Pada akhir 1980-an, Uni Soviet semakin lemah dan kemudian pecah. Itulah yang menurut Putin pelajaran terbaik bagi Russia, karena telah menunjukkan bahwa kelumpuhan kekuatan dan kemauan adalah langkah pertama menuju degradasi dan kelupaan total. 

Dengan kata lain, Russia telah kehilangan kepercayaan diri untuk beberapa saat, dan itu terbukti telah mengganggu keseimbangan kekuatan di dunia, dimana perjanjian dan kesepakatan lama tidak lagi berlaku. 

Permohonan dan permintaan Russia tidak banyak membantu. Apa pun yang tidak sesuai dengan AS dan barat dikecam sebagai kuno, usang dan tidak berguna.

Pada saat yang sama, segala sesuatu yang dianggap bermanfaat bagi dunia barat disajikan sebagai kebenaran absolut dan dipaksakan kepada negara-negara lain termasuk Russia tanpa pandang bulu. 

AS dan Nato melakukan itu dengan cara yang kasar bahkan tak segan dengan cara yang terkasar sekalipun. Mereka yang menolak untuk mematuhinya akan dikenakan sanksi keras.

Russia bukanlah satu-satunya negara yang mengkhawatirkan brutalitas AS dan Nato. Ini ada hubungannya dengan seluruh sistem hubungan internasional, bahkan dengan sekutu AS. 

Runtuhnya Uni Soviet menyebabkan pembagian kembali dunia dan norma-norma hukum internasional yang berkembang pada saat itu - dan yang paling penting, norma-norma fundamental yang diadopsi setelah Perang Dunia II dan sebagian besar diformalkan hasilnya - muncul kembali dengan cara mereka yang menyatakan diri sebagai pemenang Perang Dingin.

Hubungan internasional dengan segala aturan yang ada disitu seharusnya memperhitungkan perubahan yang terjadi di dunia dan keseimbangan kekuatan yang ada disitu. Dan ini seharusnya dilakukan secara profesional, sabar dan dengan memperhatikan dan menghormati kepentingan semua negara dan tanggungjawabnya sendiri.

Russia menilai keadaan euforia yang diciptakan oleh perasaan superioritas mutlak, semacam absolutisme modern, ditambah dengan standar budaya yang dijadikan acuan dan arogansi dari mereka yang merumuskan dan mendorong melalui keputusan yang sesungguhnya hanya cocok untuk diri mereka sendiri. Maka situasi pun berubah menjadi berbeda.

Tentara Ukraina bersiaga di Kiev. Foto :  Reuter via euronews.com
Tentara Ukraina bersiaga di Kiev. Foto :  Reuter via euronews.com
Ada banyak contoh tentang ini. Pertama, operasi militer berdarah yang dilancarkan terhadap Beograd, tanpa sanksi Dewan Keamanan PBB tetapi dengan pesawat tempur dan misil yang digunakan di jantung Eropa. Pemboman kota-kota damai dan infrastruktur vital berlangsung selama beberapa minggu. 

Russia sangat mengenang fakta-fakta ini, sementara dunia Barat lebih suka melupakannya dan ketika Russia menyebutkan peristiwa itu, barat lebih suka mengelak untuk berbicara tentang hukum internasional. Barat lebih menekankan keadaan yang mereka anggap perlu.

Kemudian pada giliran Irak, Libya dan Suriah. Penggunaan kekuatan militer secara ilegal terhadap Libya dan distorsi dari semua keputusan Dewan Keamanan PBB di Libya yang telah menghancurkan negara, menciptakan ruang besar terorisme internasional dan mendorong negara itu menuju bencana kemanusiaan dan ke dalam pusaran perang saudara yang telah berlangsung di sana selama bertahun-tahun. Tragedi yang terjadi pada ratusan ribu bahkan jutaan orang tidak hanya di Libya tetapi di seluruh wilayah, telah menyebabkan eksodus besar-besaran dari Timur Tengah dan Afrika Utara ke Eropa.

Nasib serupa juga telah disiapkan untuk Suriah. Operasi tempur koalisi Barat di Suriah dilakukan tanpa persetujuan pemerintah Suriah atau sanksi Dewan Keamanan PBB yang hanya dapat mendefinisikannya sebagai agresi dan intervensi.

Contoh yang paling menonjol dari peristiwa di atas adalah invasi ke Irak tanpa dasar hukum apapun. AS menggunakan dalih informasi yang diduga dapat dipercaya tentang keberadaan senjata pemusnah massal di Irak. 

Untuk membuktikan tuduhan itu, Menteri Luar Negeri AS mengangkat botol berwarna putih di depan umum, untuk dilihat seluruh dunia, dalam rangka meyakinkan komunitas internasional bahwa itu adalah bahan senjata kimia yang dibuat di Irak. Belakangan ternyata semua itu palsu dan Irak terbukti tidak memiliki senjata kimia. 

Russia telah menyaksikan kebohongan yang dibuat di level adidaya seperti AS dan disuarakan dari mimbar tinggi PBB. Akibatnya terjadilan bencana luarbiasa dalam kehidupan manusia, kerusakan, kehancuran dan kebangkitan terorisme secara massif.

Secara keseluruhan, di banyak wilayah di dunia di mana AS seakan menegakkan hukum dan ketertiban, justeru menciptakan luka berdarah yang tidak dapat disembuhkan serta merebaknya terorisme dan ekstremisme internasional.

AS dan sekutu baratnya pernah berjanji untuk tidak memperluas NATO ke arah timur barang seinci pun. Terbukti barat hanya mempermainkan Russia. Tentu, orang sering mendengar bahwa politik adalah bisnis yang kotor. Bisa jadi dan itu juga dilakukan terhadap Russia tanpa mau melihat sosoknya yang dulu. 

Perilaku menipu dan berbohong ini tidak hanya bertentangan dengan prinsip-prinsip hubungan internasional tetapi juga dan terutama dengan norma-norma moralitas dan etika yang diterima secara umum. Russia mempertanyakan keadilan dan kebenarannya disini?

Padahal cukup banyak politisi AS, termasuk ilmuwan politik, dan jurnalis yang menulis dan mengatakan bahwa "kerajaan kebohongan" sesungguhnya telah dibuat di AS dalam beberapa tahun terakhir. Sulit untuk tidak setuju dengan ini. Meski demikian AS tetaplah sebagai negara besar dan kekuatan pembentuk sistem. 

Semua satelitnya tidak hanya dengan rendah hati dan patuh mengatakan ya dan membeo dengan dalih sekecil apa pun, tetapi juga meniru perilakunya dan dengan antusias menerima aturan yang ditawarkannya. Oleh karena itu, blok Barat yang dibentuk oleh AS menurut gambar dan rupanya sendiri, secara keseluruhan adalah blok pembohong bagi Russia.

Adapun Russia, setelah disintegrasi Uni Soviet, mencoba keterbukaan Russia yang baru dan modern yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pendeknya Russia siap untuk bekerja secara jujur dengan AS dan mitra Barat lainnya, bahkan melakukan perlucutan senjata secara sepihak. 

AS dan sekutu baratnya malah mencoba untuk melakukan pemerasan terhadap Russia, bahkan apabila perlu menghabisinya. Inilah yang terjadi pada 1990-an dan awal 2000-an, ketika dunia barat mendukung separatisme dan geng-geng tentara bayaran di Russia selatan. Ini banyak memakan korban dan kerugian material bagi Russia meski pada akhirnya Russia berhasil melenyapkan terorisme internasional di Kaukasus! Russia takkan pernah melupakan itu.

Pada Desember 2021, Russia telah melakukan upaya lain untuk mencapai kesepakatan dengan AS dan sekutunya tentang prinsip-prinsip keamanan Eropa dan non-ekspansi NATO. Usaha itu sia-sia. 

AS tidak mengubah posisinya. Ia tidak percaya atau merasa perlu setuju dengan Russia tentang masalah yang sangat penting itu. AS mengejar tujuannya sendiri, seraya mengabaikan kepentingan Russia.

Tentu saja, situasi ini menimbulkan pertanyaan : apa lagi yang diharapkan Russia dari dunia barat? Pada tahun 1940 dan awal 1941 Uni Soviet berusaha keras untuk mencegah perang atau setidaknya menunda pecahnya perang dengan Nazi Jerman. Uni Soviet berusaha untuk tidak memprovokasi bahkan abai untuk mempertahankan dirinya sendiri. Ketika akhirnya bertindak, sudah terlambat.

Tanpa pernyataan perang, Nazi Jerman menyerang Soviet pada 22 Juni 1941. Meski musuh akhirnya bisa dikalahkan, tetapi itu dengan biaya yang luar biasa mahal. Upaya untuk menenangkan agresor menjelang PD II terbukti merupakan kesalahan yang harus dibayar mahal oleh rakyat. 

Pada bulan-bulan pertama setelah serbuan Jerman Nazi, Russia kehilangan wilayah strategis yang luas, serta jutaan nyawa. Russia kata Putin tidak akan membuat kesalahan ini untuk kedua kalinya.

AS dan sekutunya yang bercita-cita untuk mendominasi dunia telah secara terbuka menyebut Russia sebagai musuh mereka. Mereka melakukannya dengan impunitas, meski mereka tidak punya alasan untuk bertindak seperti itu. Memang benar bahwa mereka memiliki kemampuan finansial, ilmiah, teknologi dan militer yang cukup besar. 

Russia menyadari hal ini dan memiliki pandangan objektif tentang ancaman ekonomi yang selalu digembargemborkan barat dengan meremehkan kemampuan Russia untuk melawan pemerasan yang tidak pernah berakhir ini.

Dalam urusan militer, bahkan setelah bubarnya Uni Soviet dan hilangnya sebagian besar kemampuannya, Russia saat ini tetap menjadi salah satu negara nuklir paling kuat. Selain itu, ia memiliki keunggulan tertentu dalam beberapa senjata mutakhir. Dalam konteks ini, tidak ada keraguan bagi Russia bahwa calon agresor seperti apapun itu akan menghadapi kekalahan dan konsekuensi yang tidak menyenangkan jika menyerang Russia.

Pada saat yang sama, teknologi, termasuk di bidang pertahanan, berubah dengan cepat. Kehadiran militer di wilayah yang berbatasan dengan Russia, jika diizinkan itu akan tetap ada selama beberapa dekade mendatang atau mungkin selamanya, menciptakan ancaman yang semakin meningkat dan sama sekali tidak dapat diterima bagi Russia.

Bahkan sekarang, dengan ekspansi Nato ke arah timur, situasi Russia menjadi lebih buruk dan lebih berbahaya dari tahun ke tahun. Selain itu, beberapa hari terakhir ini kepemimpinan Nato telah berterus terang dalam pernyataannya bahwa mereka perlu mempercepat dan meningkatkan upaya untuk membawa infrastruktur aliansi lebih dekat ke perbatasan Russia. Dengan kata lain, mereka telah memperkuat posisi mereka. Russia tentu tidak bisa tinggal diam dan pasif mengamati perkembangan ini.

Perluasan lebih lanjut dari infrastruktur Nato atau upaya berkelanjutan untuk mendapatkan pijakan militer di wilayah Ukraina tidak dapat diterima Russia. 

Tentu saja, pertanyaannya bukan tentang Nato itu sendiri. Nato hanyalah alat kebijakan luar negeri AS. Masalahnya di Ukraina wilayah yang berdekatan dengan Russia, bahkan tanah yang sangat bersejarah bagi Russia, pemerintahan "anti-Russia"  mulai terbentuk. Singkatnya pemerintahan Volodymyr Zelenskyy sepenuhnya dikendalikan dari luar. Zelenskyy melakukan segalanya untuk menarik angkatan bersenjata Nato dan mendapatkan senjata mutakhir dari barat.

Bagi AS dan sekutunya, ini adalah kebijakan untuk menahan Russia, dengan keuntungan geopolitik yang jelas. Bagi Russia, ini adalah masalah hidup dan mati, masalah masa depannya sebagai sebuah bangsa. Ini adalah sebuah garis merah dan barat telah melewatinya.

Dalam konteks Donbass. Russia melihat yang terjadi di Ukraina pada tahun 2014 adalah sebuah kudeta yang diseolahkan telah melalui sebuah pemilihan demokratis, padahal faktanya kosmetik dan regime baru telah meninggalkan penyelesaian konflik di Donbass secara damai.

Selama delapan tahun terakhir ini Russia telah melakukan segala kemungkinan untuk menyelesaikan situasi di Donbass dengan cara damai. Semuanya sia-sia.

Dunia tanpa standar barat seharusnya tidak mentolerir kekejaman yang terjadi di Donbass. Russia harus menghentikan kekejaman itu, genosida jutaan orang yang tinggal di sana dan yang menggantungkan harapan mereka pada Russia. Aspirasi mereka, perasaan dan rasa sakit orang-orang inilah yang menjadi kekuatan pendorong utama di balik keputusan Russia untuk mengakui kemerdekaan republik rakyat Donbass.

Fokus pada tujuan mereka sendiri, negara-negara Nato utama mendukung nasionalis sayap kanan dan neo-Nazi di Ukraina, mereka takkan pernah memaafkan orang-orang Krimea dan Sevastopol karena dengan bebas membuat pilihan untuk bersatu kembali dengan Russia.

Mereka pasti akan mencoba untuk membawa perang ke Krimea seperti yang telah mereka lakukan di Donbass, untuk membunuh orang yang tidak bersalah seperti yang dilakukan oleh nasionalis Ukraina dan kaki tangan Hitler selama Perang Soviet Vs Jerman. Mereka juga secara terbuka mengklaim beberapa wilayah Russia lainnya.

Russia pada dasarnya menerima realitas geopolitik baru setelah pembubaran Uni Soviet. Russia telah memperlakukan semua negara baru pasca-Soviet dengan hormat dan akan terus bertindak seperti itu. Russia akan menghormati kedaulatan mereka, terbukti dengan bantuan Russia kepada Kazakhstan ketika menghadapi peristiwa tragis dan tantangan dalam hal kenegaraan dan integritasnya. Namun, Russia tidak bisa merasa aman, berkembang, dan eksis saat menghadapi ancaman permanen dari wilayah Ukraina pada saat ini.

Pada tahun 2000--2005 Russia telah menggunakan militernya untuk melawan teroris di Kaukasus. Pada tahun 2014, Russia mendukung orang-orang Krimea dan Sevastopol. Pada 2015, Russia menggunakan militernya untuk membuat perisai andal yang mencegah teroris dari Suriah menembus Russia. Ini adalah masalah bela negara. Russia tidak punya pilihan lain.

Republik rakyat Donbass telah meminta bantuan Russia. Dalam konteks ini, sesuai Pasal 51 (Bab VII) Piagam PBB, dengan izin Dewan Federasi Rusia, dan dalam pelaksanaan perjanjian persahabatan dan bantuan timbal balik dengan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk dan telah diratifikasi oleh Majelis Federal pada 22 Februari, Vladimir Putin telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus di Ukraina.

Tujuan dari operasi ini adalah untuk melindungi orang-orang yang selama delapan tahun terakhir ini telah menghadapi penghinaan dan genosida yang dilakukan oleh rezim Kiev. Untuk tujuan ini, Russia akan berusaha untuk melakukan demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, serta mengadili mereka yang melakukan banyak kejahatan berdarah terhadap warga sipil, termasuk terhadap warga Federasi Russia.

Bukanlah Rencana Russia untuk menduduki wilayah Ukraina. Russia tidak bermaksud memaksakan apa pun. Pada saat yang sama, Russia telah mendengar semakin banyak pernyataan yang datang dari Barat bahwa tidak perlu lagi mematuhi dokumen-dokumen yang menguraikan hasil Perang Dunia II, sebagaimana ditandatangani oleh rezim totaliter Soviet. Bagaimana respon Russia terhadap arogansi semacam ini?

Hasil Perang Dunia II dan pengorbanan Russia untuk mengalahkan Naziisme adalah suci kata Putin. Hal ini tidak bertentangan dengan nilai-nilai HAM dan kebebasan dalam realitas yang muncul selama beberapa dekade pasca perang. Ini bukan berarti bahwa negara-negara tidak dapat menikmati hak untuk menentukan nasib sendiri yang diabadikan dalam Pasal 1 Piagam PBB.

Orang-orang yang tinggal di wilayah yang merupakan bagian dari Ukraina hari ini tidak ditanya bagaimana mereka ingin membangun kehidupan mereka ketika Uni Soviet didirikan atau setelah Perang Dunia II. Kebebasanlah yang memandunya. Russia percaya bahwa semua orang yang tinggal di Ukraina saat ini harus dapat menikmati hak ini untuk membuat pilihan bebas.

Pada tahun 2014, Russia berkewajiban untuk melindungi orang-orang Krimea dan Sevastopol dari regime yang berkuasa sekarang di Ukraina. Orang-orang Krimea dan Sevastopol membuat pilihan mereka untuk mendukung tanah air bersejarah mereka, Russia.

Russia berkeyakinan bahwa semua tanggungjawab atas kemungkinan pertumpahan darah akan sepenuhnya berada di tangan rezim Ukraina yang berkuasa sekarang. Dan bagi siapapun orang luar yang mungkin tergoda untuk ikut campur dalam perkembangan ini. Tidak peduli siapapun itu, mereka harus tahu bahwa Russia akan segera meresponnya dengan konsekuensi super berat.

Itulah content analysis seputar pidato Putin pada 24 Pebruari lalu yang sekaligus awal gempuran Russia terhadap Ukraina.

Regime Kiev masih seakan gagah ketika Zelensky langsung mengumumkan keadaan darurat nasional. Ia meminta rakyat tetap tenang dan memerintahkan pasukan Ukraina untuk menghadang gempuran Russia itu. Dan dalam video 25 Pebr' ybl, ia tampak menggagahkan diri mengenakan seragam militer Ukraina dengan senapan genggam di tangan. Tapi sekarang ia tiba-tiba terbata-bata siap berunding dengan Putin dan mengeluh Nato dan dunia barat telah meninggalkannya sendirian menghadapi gempuran Russia, tapi hebatnya kantor berita pemerintah tetap menayangkan kabar penggagahan diri bahwa ratusan tentara Russia tewas ketika berhadapan dengan tentara perlawanan Ukraina, diberitakan juga sejumlah helikopter Russia berhasil ditembak jatuh.

Yang pasti bagi akal sehat yang tak pernah jadi boneka apapun dan siapapun, semua basis udara dan kl 73 pusat arsenal militer Ukraina berhasil dinetralisir, termasuk bantuan barat seperti Stinger dll. Semua itu telah dinetralisir tanpa perlawanan. Lha koq cepat? 

Intelijen Russia unggul satu langkah ketimbang intelijen barat. Maka tak heran hari pertama, kedua dan ketiga semua missile presisi Russia telah mengenai sasarannya dan sekarang pasukan lapis baja Russia telah di gerbang Kiev. Nato tetap diam terpaku, tapi elit politiknya tetap nyinyir kemana-mana. Apa boleh buat standar barat nggak laku disini. He He ..

Akhir kata, Attrition War atau Perang Terbatas yang terjadi di mandala Eropa kali ini sungguh unik. Teori Dayan benar-benar match dengan sikon Ukraina. Bagi adidaya cukup 1 minggu saja. Tak perlu harus 1, 2 atau 3 bulan. Murah meriah bukan.

Mari kita tunggu pergantian suasana di Kiev dalam tempo sangat dekat ini.

Joyogrand, Malang, Sat', Febr' 26, 2022

Tentra Russia masuk dari lima titik.  Map dari Middle East Eye
Tentra Russia masuk dari lima titik.  Map dari Middle East Eye

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun