Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Masalah Andesit Wadas Meroket, Masalah Andesit Parungpanjang Terjun Bebas

11 Februari 2022   14:26 Diperbarui: 11 Februari 2022   23:22 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo tatap muka langsung dengan warga Wadas. Foto doc detik.com 
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo tatap muka langsung dengan warga Wadas. Foto doc detik.com 

Itu quarry bagian Jateng yang persoalannya baru seumur jagung. Lalu bagaimana dengan quarry yang sama di Parungpanjang Bogor, Jabar yang katakanlah sudah seusia Giring PSI.

Potensi batu andesit di Kabupaten Bogor tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Cigudeg, Rumpin, Parungpanjang dan Cariu. Di antara sekian banyak wilayah eksplorasi tambang, sumber utamanya adalah Gunung Maloko yang secara administratif terletak di Rumpin dan Gunung Sudamanik di Cigudeg.

Luas izin usaha pertambangan (IUP) mencapai 1,25 persen dari luas Jawa Barat (35.378 kilometer persegi). Angka ini didapat dari perhitungan akumulatif terhadap 333 izin usaha, baik yang aktif atau tidak, mencakup IUP 26 logam, 35 bukan logam dan 272 bebatuan.

Perusahaan yang mendapat konsesi penambangan beranekamacam ada yang tingkat PT, CV, kelas lokal-kabupaten, hingga tingkat nasional. Ada yang berstatus swasta, tercatat pula yang pelat merah.

Aksi Spanduk Warga. Foto doc purworejo24.com
Aksi Spanduk Warga. Foto doc purworejo24.com

Penambangan Andesit di Parungpanjang telah berjalan kl 40 tahun-an dan masalahnya telah mencuat sejak 2000-an sampai sekarang. Boleh jadi di awal penambangan pada 1990-an ada masalah serupa dengan yang terjadi di Wadas sekarang. Misalnya ganti rugi tanah dll. Tapi itu sudah terkubur zaman. Kini yang dipermasalahkan warga adalah ratusan truk-truk raksasa pengangkut andesit yang melintasi jalan raya Sudamanik Parungpanjang yang mengakibatkan jalan tsb rawan kecelakaan, disamping pencemarannya yang sudah tak bisa lagi ditolerir, sebagaimana hasil penelitian terbaru IPB tentang pencemaran udara di Parungpanjang. Tapi nyatanya masalah yang menyakitkan warga Bogor di Parungpanjang dan daerah quarry di Gunung Sudamanik dan Gunung Maloko itu tak direspon secara layak oleh pemerintah daerah apalagilah pusat. (Lih Parlin Pakpahan : https://www.kompasiana.com/parlinphn/61e13a184b660d576c50b712/parungpanjang-eldorado-bogor-barat-yang-noise-dan-terlupakan).

Masalah di Parungpanjang dan Wadas adalah sama yaitu dampak penambangan andesit. Kalau di Jateng Ganjar Pranowo dapat menjawab dengan arief terlihat dari dialog pertamanya dengan warga Wadas bahwa ia akan melibatkan segenap komponen penting dalam dialog dan berjanji takkan ada lingkungan yang rusak dan tak perlu dilakukan kekerasan lagi kepada warga setempat.

Sementara di Parungpanjang pengerukan andesit terus berjalan dengan tetap abai terhadap kepentingan masyarakat. Pembangunan jalan khusus buat truk-truk raksasa pengangkut hasil tambang itu belum juga terwujud, kecuali janji demi janji yang tak pernah terwujud sampai sekarang. Bahkan kalau dilihat gunung Sudamanik itu sudah gepeng dan berganti cerukan yang sebagian di antaranya telah berubah jadi beberapa danau kecil yang belum jelas digunakan untuk apa. Tapi soal dampak lingkungan yang dahsyat seperti mengancam sumber air warga, adanya longsoran seperti kekhawatiran warga Wadas, Itu belum terbukti.

Proyek Bendungan Bener di Purworejo Jateng. Foto doc detik.com
Proyek Bendungan Bener di Purworejo Jateng. Foto doc detik.com

Sementara penambangan andesit di Wadas hanya di satu lokasi dan bersifat temporer sampai Bendungan Bener rampung dikerjakan pada 2023 dan jaringan air baku rampung pada 2024. Dalam perencanaannya telah diformat peminimalan dampak dari penambangan andesit di Wadas, yakni melalui kegiatan reklamasi tanah. Rancangan penambangan di Desa Wadas dilakukan secara berjenjang dengan menggali terlebih dahulu top soil atau tanah penutup di area stockpile. Kemudian, top soil tersebut akan dikembalikan sehingga kondisi tanah dapat diperbaiki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun