Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Margonda Raya: Lo Lagi Lo Lagi!

23 Desember 2021   16:51 Diperbarui: 25 Desember 2021   11:48 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trotoar Margonda pada titik Tugu Siliwangi setelah dikerjakan. Foto : Parlin Pakpahan.

Pelaksanaan Program Revitalisasi Jalan Margonda Raya Depok dari titik Tugu Siliwangi dan depan Pemkot Depok sepertinya sudah mendekati finish.

Tadi ketika melewati jalan yang tadinya growakan karena dibongkar oleh pemborong CV Putra Parna beberapa waktu lalu itu, kini sudah mulai rapi, meski kehalusan pekerjaannya belum kelihatan. Maklumlah proyek mini seperti itu pastilah dikerjakan secara kilat tak ubahnya laundry murmer dan serba kilat untuk mahasiswa kos-kosan.

Proyek penataan jalan Margonda Raya sesungguhnya bukanlah proyek baru bagi Pemkot Depok. Sejak Badrun Kamal, menyusul Nur Machmudi Ismail dan kini Mohammad Idris, proyek itu masih terus berlanjut.

Dalam sosok Mohammad Idris Walikota Depok sekarang dan Plt DPUPR kota Depok Citra Indah, penataan Jalan Margonda Raya dilakukan dalam 3 segmen.

Segmen TA 2021 ini dikerjakan 2 tahap mulai dari jalan masuk Cafe Poelang Kampung sampai dengan pintu gerbang Balai Kota atau kurang lebih sepanjang 270 meter untuk sisi barat.

Sementara untuk sisi timur mulai dari Jalan Dahlia sampai dengan simpang Siliwangi atau sepanjang 350 meter. Total 620 meter.

Biaya proyek sebagaimana tertulis di plang posko proyek tak jauh dari Jln. Dahlia yi Rp 2.529.136.003,57 atau kl 2,5 miliar rupiah.

Trotoar Margonda Raya sisi Tugu Siliwangi ketika dibongkar. Foto : Parlin Pakpahan.
Trotoar Margonda Raya sisi Tugu Siliwangi ketika dibongkar. Foto : Parlin Pakpahan.

Adapun pekerjaan yang dilakukan meliputi al pelebaran trotoar dan penataan saluran inlet dan kelihatannya baru saja tadi, proyek mini tapi bernilai lumayan guede ini hampir selesai dikerjakan. Tahap 2 yang disebut-sebut Citra kepada godepok.com boleh jadi adalah penghalusan yang entah kapan akan mulai dikerjakan.

Seperti yang baru saja tadi terlihat yi pemasangan bantalan-bantalan pembatas pinggiran trotoar, itu saya pikir masih masuk tahap I. Semoga saja tahap II atau penghalusan tak lama setelah itu atau jangan-jangan seperti missile yang ditembakkan dari sebuah fighter entah itu buatan AS atau Russia yang biasa disebut sebagai "fire and forget" atau tembak dan lupakan yang penting sasaran bonyok dalam "war" atau "tercapai" dalam bahasa proyek.

Proyek tersebut, juga menurut keterangan plang posko, hanya memakan waktu kurang lebih satu bulan yang dimulai dari 9 November hingga 27 Desember 2021. Proyek yang benar-benar kilat. Penyelesaiannya tinggal empat hari lagi sejak tulisan ini tayang.

Masalahnya, proyek jadul yang senantiasa diremajakan ini sesungguhnya sudah sangat membosankan. Dulu di zaman Nur Machmudi Ismail lebih dahsyat lagi, pembenahan trotoar sekaligus penggantian riol bawah tanah yang berukuran lebih besar dari sebelumnya.

Margonda arah Pocin pun jadi macet nggak karuan. Padahal tahun sebelumnya ada juga penataan trotoar minus riol dilokasi serupa. Kini dizaman Idris, lebih ditekankan Margonda mulai dari Tugu Siliwangi sampai perempatan AR Hakim setelah kantor Pemkot dan ITC Depok.

Pinternya 3 segmen bo. Artinya TA 2022 akan ada lagi proyek serupa, satuannya mudah-mudahan sih nggak pendek seperti sekarang, sisi kiri dan kanan Margonda yang totalnya hanya kurabg-lebih 620 meter saja.

Soal pengulangan yang membosankan, saya pikir boleh jadi karena yang bertahta di kursi Depok 1 selama ini adalah kader-kader PKS, maka ada sebuah keterlenaan panjang yang tak disadari bahwa Depok adalah kota satelit Jakarta. Lihat Polres Metro Depok saja adalah bagian dari wilayah kerja Polda Metro Jaya. Ini artinya Depok tak bisa lagi ditangani hanya sekadar cipta-cipta proyek mini yang bisa dibagi-bagi kepada para fans.

Tapi Depok harus dilihat jauh ke depan sebagai sebuah kota kecil tapi kaliber metro yang tak boleh salah tata, sehingga ada pengulangan-pengulangan yang justeru sangat koruptif dan boros anggarannya.

Contohnya Margonda Raya. Saya pikir, ini tak perlu diperah lagi pada tahun-tahun berikut setelah 2022. Karena dibikin seperti apapun, penataan jalan Margonda Raya serupa yang didalihkan di Bappeda takkan menghasilkan apa-apa. Margonda akan tetap riuh dan macet nggak keruan di jam berangkat kerja pagi hari dan pulang kerja sore hari. Maklum Margonda adalah jalan utama penghubung Jabodetabek.

Tampilan Trotoar Margonda setelah dikerjakan. Foto : Parlin Pakpahan.
Tampilan Trotoar Margonda setelah dikerjakan. Foto : Parlin Pakpahan.

Untuk bebas dari kemacetan, Depok tak bisa lagi mengobral lagu yang katanya mendidik para pengguna jalan seperti kata tayangan Idris tahun-tahun kemarin di setiap traffic light. Yang terjadi dalam tayangan itu malah noise berlebihan di kuping kita dan para pengendara semua membudekkan telinga. Juga tak bisa lagi hanya mengiming-imingi rakyat pemilih dengan doku-doku bantuan yang tak seberapa.

Yang perlu sekarang adalah membuat jalan layang mulai dari Sawangan hingga Tugu Salak yang mau ke arah UI. Dan ada underpass di titik-titik macet mulai dari GDC, Stadel, Kartini persis di depan pintu kereta Dewi Sartika, termasuk underpass di kitaran D'Mal dan Pocin. Kalau nggak salah Gubernur Jabar Ridwan Kamil pernah menyinggung tentang pilihan jalan layang ini.

Selebihnya tentu proyek pertamanannya Pak Idris boleh dilanjutkan, entah di titik manapun itu dengan konsep-konsep pertamanan yang bagus, pendeknya dirancang dan dikerjakan betul-betul professional terkait tanaman penghijauan dan tanaman hias pilihan buat sebuah kota yang sudah berkategori metro seperti Depok sekarang ini. Jangan lagi amatiran. Masak di Margonda Trembesi ditanam di pulau-pulau jalan dalam jarak berdekatan atau pot-pot tanaman hias dengan tanaman asal-asalan yang menghalangi para pejalan kaki di Jln Pemuda, Depok Bolanda, dan kini semuanya sudah hancur berantakan, karena pastilah ada yang kesal dengan penataan asal tata seperti itu.

Depok Belanda? Sudah saatnya tiba pada tanda "titik habis" apabila telah ditetapkan sebagai kawasan sejarah atau mengutip istilah pak Idris sebagai "Depok Heritage" dengan tentu selamatkan dululah Cagar Alam Cornelis Chastelein yang sejauh ini telah kehilangan lahan seluas kl 4 Ha.

Artinya jangan ada lagi mafia tanah bebas berkeliaran di area konservasi ini. Masak ada kantong-kantong tertentu diklaim sampai 10 pemiliknya. Ya, jadi lahan tidurlah dia daripada bacok-bacokan. Mana gigi pertanahan kota di sini. Unjukin dong!

Jangan dilupakan, karena DAS Ciliwung juga melalui Depok dan cukup banyak kelak-keloknya.

Maka saya pikir DAS itu harus mulai dipikirkan ketentuan yang diberlakukan di situ, mulai dari larangan buang sampah ke DAS Ciliwung, hingga penguatan bibir sungai dengan tanaman-tanaman alam yang akarnya bisa konstruktif sebagai penahan longsor.

Atau kalau memang tak bisa, maka buatlah bahu-bahu sungai yang permanen dengan konstruksi basah yang awet dan langgeng, termasuk DAS Kalibaru yang sudah mulai dikerjakan sekarang.

Khusus DAS Kalibaru, poin terpenting hambatan-hambatan yang dihadapi sekarang seperti penggusuran-penggusuran yang diperlukan dalam rangka pengamanan DAS Kalibaru, Pemkot Depok sudah saatnya tegas dan berani bertindak terhadap siapapun pembangkang yang menghalangi jalannya normalisasi Margonda.

Trotoar Margonda setelah dikerjakan. Foto : Parlin Pakpahan.
Trotoar Margonda setelah dikerjakan. Foto : Parlin Pakpahan.

Last but not least adalah perumahan-perumahan yang bukan main banyaknya sekarang ini di Depok, sampai-sampai Citayam yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor pun sudah dipenuhi perumahan dimaksud.

REI setempat harus diberi teguran keras apabila lalai mengontrol para developer entah itu soal kemiringan tanah untuk drainage atau pun kesesuaian dengan fasilitas-fasilitas layanan yang ada di sekitar. Intinya bahwa semua dalam lingkup REI adalah soal kesesuaian lahan-lahan properti dengan RT-RW Kota Depok.

Penataan Margonda Raya kalau kadung sudah ada, saya pikir sudah saatnya diakhiri pasca TA 2022 saja. Depok kini harus bisa melihat jauh ke depan. Jangan karena lama mendominasi Depok, PKS malah terlena.

Pilkada adalah urusan demokrasi dan bukan urusan oligarki hanya karena pengulangan-pengulangan yang menguntungkan segelintir orang. Ingat itu.

Maka, usahakan jangan lagi ada pengulangan "lo lagi lo lagi"!

Depok Bolanda, Thu', Dec' 23, 2021

Trotoar Margonda pada titik Tugu Siliwangi setelah dikerjakan. Foto : Parlin Pakpahan.
Trotoar Margonda pada titik Tugu Siliwangi setelah dikerjakan. Foto : Parlin Pakpahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun