Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menyoal Masa Depan Haminjon/Kemenyan Lingkar Toba Sumut

8 September 2010   16:42 Diperbarui: 2 Februari 2022   07:41 3299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Haminjon/Kemenyan (Styrax Sumatrana) di Rahut Bosi, Pangaribuan, Taput, Sumut. Foto doc Parlin Pakpahan.

Karena matarantai niaga yang panjang dan tetap terselubung sampai sekarang siapa saja pemain di hilir, tak heran harga Kemenyan sangat fluktuatif, bahkan sulit diprediksi atau tidak ada standar harga, karena belum ada eksportir atau tepatnya “visible exportir” yang langsung menampung kemenyan petani. Pengumpul dan toke-tokelah yang menentukan/mengendalikan harga dari planter Lingkar Toba. Pengumpul dan toke itu tak punya pilihan selain mengirim kemenyan ke pulau Jawa. Dari pulau Jawa, khususnya Gombong Jateng, barulah dikemas dan di ekspor oleh “the invisible exportir” sebagaimana disinggung di muka.

Betapa beruntungnya negara asing seperti Singapore dari Kemenyan/Haminjon Tapanuli dan/atau Lingkar Toba? Saya pikir pembiaran komoditas tradisional satu-satunya di Indonesia itu disuling di luar negeri, hanya menggambarkan betapa naifnya Pemda di lingkar Toba dan pastinya juga pemerintah pusat. Saya meyakini kita harus berani mandiri menyulingnya sendiri dengan tenaga-tenaga akhli Indonesia? Dan bagi kepentingan petani kemenyan di Tapanuli Utara dan Lingkar Toba, pusat niaga kemenyan ini seyogyanya dipindahkan ke bumi tapanuli sendiri seperti Tarutung dan Balige. Bukankah di samping memperpendek rantai niaga kemenyan itu sendiri, pemindahan pusat niaga ini akan meningkatkan kepercayaan diri Sumut untuk mengembangkan agro-industri di tanahnya sendiri?

Berdasarkan gambaran terkini di atas, saya pikir PR berikut bagi pemerintah sekarang adalah bagaimana merangkul para ilmuwan dan dunia usaha untuk menginovasi bahan mentah dari dunia agro kita menjadi bahan baku industri yang bermutu dan mempunyai nilai jual tinggi.

Bagi halak hita atau orang awak, kita tidak hanya hidup dari menjual keindahan Danau Toba saja bukan, tapi juga harus semakin mandiri dalam agro-industri selaku sektor penunjang kepariwisataan Toba dan Sumut.

Joyogrand, Malang, Wed’, Febr’ 02, 2022

Getah Haminjon/Kemenyan asal Taput yang sudah kering dan siap jual. Foto Google Image via Tokopedia.
Getah Haminjon/Kemenyan asal Taput yang sudah kering dan siap jual. Foto Google Image via Tokopedia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun