Berbeda dari Hegel, Karl Marx menyatakan bahwa penyebab perubahan sejarah sepenuhnya bersifat material. Sejarah adalah pertaruangan manusia antar kelas untuk mendapatkan makanan dan bahan logistik; dengan kata lain ekonomi adalah faktor perubahan sejarah. Sebaliknya hal-hal metafisik seperti ideologi agama ditolak oleh Karl Marx.
Pandangan Karl Marx sepertinya didasarkan pada fakta sejarah berabad-abad bahwa peradaban dibangun oleh hasrat manusia untuk mencari sumber daya alam yang untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Menurut pandangan ini, pikiran manusia yang dibentuk oleh kenyataan material dan bukan sebaliknya.
Peradaban besar pertama yang dibangun oleh orang-orang Sumeria adalah hasil dari keterikatan mereka yang mendasar akan ketersediaan air dari sungan Eufrat dan Tigris. Sungai itu tidak hanya menyediakan air untuk kebutuhan makan dan minuman tetapi berguna sebagai penyedia bahan yang penting unutk membangun kota/kediaman, karena bantaran sungai kaya akan tanah lempung unutk membuat batu bata. Sungai inilah yang akan berperan penitng juga sebagai jalur transportasi (perahu).
Ketersediaan bahan logistik pula yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Penumpukan bahan pangan maupun kekayaan tambang di suatu wilayah secara tidak langsung memunculkan angkatan perang. Satu angkatan perang bertujuan unutk menyerang dan merampas milik orang lain; mereka berpikir daripada susah-susah mencari lebih baik menjarah saja apa yang sudah dimiliki oleh orang atau peradaban lain. Sementara itu satu angkatan perang lainnya dibangun untuk melindungi diri.
Perebutan sumber daya alam telah ikut mendorong terjadi perang-perang besar spanjang sejarah. Kolonisasi bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa-bangsa Asia dan Amerika asli adalah hasil dari pertarungan bangsa-bangsa Eropa untuk keluar dari kemelut kelangkaan bahan rempah-rempah dan keserakahan akan emas.
Perang akibat kebutuhan akan ketersediaan logistik memuncak dalam perang dunia I. Jerman yang muncul sebagai kekuatan industri yang baru sangat terdesak untuk segera menemukan sumber-sumber bahan baku untuk industrinya. Namun hal itu bersinggungan dengan kepentingan-kepentingan negara-negara kolonial tradisional seperti Inggris dan Prancis. Pecahlah perang dunia I.
Walaupun di permukaan nampaknya perang dunia II didominasi oleh akibat ideologi, tak dapat dimungkiri bahwa perang global ini juga dipicu oleh hal yang sama ketika Jepang menyerang Amerika Serikat. Tindakan Jepang itu sebenarnya lebih mirip sebuah bunuh diri, namun tindakan itu masuk akal jika kita memikirkan bahwa Amerika telah menjatuhkan sangsi yang membunuh mereka secara perlahan, karena minyak bumi yang sangat dibutuhkannya untuk menggerakkan mesin-mesin perang Jepang diberhentikan ekspornya secara sepihak oleh Amerika.
Ketersediaan kekayaan dan material juga mendorong terjadinya arus migrasi besar besaran dan dengan demikian mendorong pula persebaran kebudayaan dan mendefinisikan suatu bangsa tertentu di muka bumi. Akibat logis lainnya dari ketersediaan bahan pangan adalah penyebaran kebudayaan dan interaksi antar peradaban. Hal ini dimulai secara meriah dalam apa yang ktia kenal sebagai jalus sutera.
Kescenderungan ini meningkat dan dipuncaki oleh kolonialisasi bangsa-bangsa Eropa pada awal abad modern. Keinginan mereka untuk mencari rempah-rempah dan emas menyebabkan mereka menjelajah seluruh dunia dan menaklukkan daerah-daerah yang mereka temui. Migrasi itu juga memiliki pengaruh yang lain; yakni persebaran kuman dan penyakit. Tersebarnya kuman dan penyakit yang akan menyebabkan pandemi di seluruh muka bumi telah menjadi penyebab akan terjadinya arus migrasi yang mendorong perbaduan budaya. Kekurangan penduduk akibat terjadinya pendemi juga mendorong manusia untuk mengusahakan kemajuan teknologi.
Namun, sejarah tidak hanya berbicara mengenai kelangkaan bahan pangan dan logistik. Ada kalanya suatu bangsa yang mengalami surplus bahan logistik malah tergoda untuk mengobarkan perang. Hal ini dapat dilihat pada Jerman saat perang dunia I. Penumpukan sumber daya menyebabkan Negara itu merasa perlu untuk meluaskan pengaruh budaya dan ekonomi serta merasa berhak untuk memperluas "lebensraum."