Pertanyaan ini lazim ditanyakan ketika kita memelajari riwayat hidup dari orang yang terkenal akan kecerdasan dan kegeniusannya yang luar biasa. Sebut saja, Nicola Tesla, sang penemu instalasi listrik sistem AC yang digunakan di seluruh dunia sekarang ini, mati dalam kesendirian dan dikenal membujang sampai akhir hayat.
Hal ini juga terjadi pada Isaac Newton yang menemukan kalkulus dan hukum gravitasi. Ia meninggal dalam keadaan sebagai seorang bujang, dan bahkan tidak pernah mencoba untuk berpacaran. Kita juga tentu mengenal Beethoeven, sang komponis terbesar sepanjang zaman yang juga tidak menikah sampai akhir hayatnya, karena gagal terus menerus menjalin cinta.
Daftar ini bisa kita perpanjang. Ilmuan, pemimpin negara sampai filsuf terkenal. Tokoh-tokoh sejarah seperti: Plato, Leonardo da Vinci, Elizabeth I, semuanya gagal dalam percintaan atau memang memilih untuk  tidak menikah.
Kecenderungan ini bahkan bisa kita lihat secara langsung pada orang-orang genius di sekeliling kita. Jangankan menjalin asmara, bisanya mereka menyendiri atau tak suka untuk bersosialisasi. Pada gilirannya melajang dan enggan menikah. Beberapa juga di antara mereka mungkin pernah mencoba tetapi bisanya gagal dan kaku menjalin cinta.
Walaupun banyak juga orang genius yang menikah dan sukses dalam percintaan, tetap saja orang genius lebih dikenal sebagai golongan orang yang tidak cemerlang dalam urusan cinta.
Maka timbul pertanyaan, mengapa orang genius cenderung gagal dalam percintaan? Atau dengan kata lain kaku untuk menjalin asmara? Kiranya kita melihat ada beberapa pola kepribadian yang menyebabkan mereka mengalami hal-hal itu.
1) Orang genius cenderung menarik diri dari berbagai interaksi dan proses sosialisasi
Orang genius biasanya sibuk dengan pikirannya. Di saat orang-orang kebanyakan lebih santai dalam berpikir, mereka terbebani dengan berbagai pikiran di dalam otak mereka. Semua ini membutuhkan ketenangan dan kesendirian.
Itu sebabnya orang genius cenderung menarik diri untuk memikirkan ide mereka ataupun sekedar mencari ilham bagi pemikiran-pemikiran mereka.
Kita lebih mudah menemukan orang genius duduk di bawah pohon yang sepi, ataupun menenggelamkan diri di antara tumpukan buku perpustakaan, daripada menemukan mereka di keramaian pesta atau tongkrongan-tongkrongan santai. Bagi mereka semua itu membuang waktu saja.