Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Aku Memanggilnya Ayah"

2 Maret 2023   20:51 Diperbarui: 2 Maret 2023   21:09 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bawah sinar yang membakar, ia meringis,

Menatap langit dengan tatapan sayu

Raut wajahnya yang kokoh dahulu,

Kini penuh guratan keriput

Dahinya sering berkerut, mengernyit

Di kepalnya berputar jutaan rencana

Di hatinya tersimpan jutaan harapan

Tangan dan kakinya ia korbankan,

Mengoyak kerasnya bumi

Punggunya tegak menantang mentari

Peluhnya mengucur tetes demi tetes

Semua perjalanan ia tempuh

Semua aral ia hadapi

Bayaran dari semua pengorbanannya adalah senyuman sang istri

Dan balasan dari semua letihnya adalah celoteh riang anak-anaknya

Mereka memanggilnya  pahlawan keluarga

Di atas pundaknya yang legam anak istrinya berpijak,

Berjuang tanpa bertanya

Bersakit tanpa mengeluh

Tak ada batas antara derita dan bahagia baginya

Seumur hidup mengandung kewajiban dan rasa cinta di dalam sukmanya

Setia dan tabah menanggung beban-beban yang tak terkatakan

Aku memanggilanya: AYAH!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun