Di bawah sinar yang membakar, ia meringis,
Menatap langit dengan tatapan sayu
Raut wajahnya yang kokoh dahulu,
Kini penuh guratan keriput
Dahinya sering berkerut, mengernyit
Di kepalnya berputar jutaan rencana
Di hatinya tersimpan jutaan harapan
Tangan dan kakinya ia korbankan,
Mengoyak kerasnya bumi
Punggunya tegak menantang mentari
Peluhnya mengucur tetes demi tetes
Semua perjalanan ia tempuh
Semua aral ia hadapi
Bayaran dari semua pengorbanannya adalah senyuman sang istri
Dan balasan dari semua letihnya adalah celoteh riang anak-anaknya
Mereka memanggilnya  pahlawan keluarga
Di atas pundaknya yang legam anak istrinya berpijak,
Berjuang tanpa bertanya
Bersakit tanpa mengeluh
Tak ada batas antara derita dan bahagia baginya
Seumur hidup mengandung kewajiban dan rasa cinta di dalam sukmanya
Setia dan tabah menanggung beban-beban yang tak terkatakan
Aku memanggilanya: AYAH!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H