Mohon tunggu...
Paris Ohoiwirin
Paris Ohoiwirin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyelesaikan pendidikan terakhir di sekolah tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara. Gemar membaca dan menulis tema-tema sastra, sejarah dan filosofis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Bendera"

18 Februari 2023   01:17 Diperbarui: 18 Februari 2023   02:09 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku akan tetap mengenakan seragam ini. Kuharap ada peperangan lagi yang dapat kujalani..."

Aku tertawa. "Kau tidak sedang begurau kan?"

"Mengapa tidak? Aku terlahir sebagai prajurit. Kedamaian membuatku bingung." Will membuang puntung rokoknya. Ia terbatuk.

Aku terhenyak. Aku harap dia tidak serius mengucapkan itu. Namun bagaimanapun aku teringat bahwa prinsip ini mungkin saja telah dipakai oleh beberapa pasukan dalam sejarah. Para prajurit Mongolia misalnya. Mereka berperang hanya untuk menghancurkan lawan. Peperangan membuat mereka memiliki tujuan hidup.

"Aku ingin pensiun dan kembali ke kebunku. Kedamaian adalah awal hidup yang baru bagiku. Di sana aku akan membangun keluarga kecilku. Setiap sore aku akan menyeruput kopi di halaman belakang rumahku, sambil memandang hamparan ladang yang menghijau..."

"Kurasa kita bertempur dengan motivasi yang berbeda kawan," kata Will sambil tertawa kecil

Ya, bagaimanapun hari ini kita harus bertahan hidup. Itu hal yang paling penting. Semoga kita bisa melalui ini...

Will mengangguk pelan. Dari jauh pasukan kami mulai berderap lagi. Suara sersan yang tegas memanggil semua prajurit. Kita akan kembali ke medan tempur.

"Ayo kawan, mari kita bertempur demi masa depan kita. Semoga saja pertempuran ini tidak merampas mimpi kita... "

Aku kembali berdiri dan menggenggam senapan M1 Garand milikku. Tangan kananku menariknya perlahan untuk berdiri.

Peperangan memang kejam. Namun kami masih memiliki harapan. Semoga mentari masih sudi menyapa kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun