Balasan Aryabuana yang  nampak polos membuat sang kaisar langit bertambah bingung. Ia butuh waktu untuk menenangkan diri.
"Tahan anak itu untuk sementara waktu di penjara langit. Perlakukan dia dengan baik dan jangan berlaku kasar. Aku akan putuskan apa yang harus dilakukan kemudian," titah sang kaisar langit.
***
Satu bulan kemudian...
Sungai-sungai menjadi kering kerontang. Air laut pun makin surut. Embun tak pernah terlihat lagi. Manusia-manusia menghentikan segala doa dan persembahan kepada dewa-dewi karena putus asa dan kehabisan bahan yang harus dipersembahkan.
Beberapa manusia yang masih hidup adalah yang mampu mengetahui beberapa mata air tersembunyi di sela-sela bebatuan gua di pedalaman hutan, yang kini gersang dan mengering rapuh.
Khayangan mulai bergetar. Tanpa doa dan pujian persembahan manusia, makhluk-makhluk khayangan nulai melemas dan tak berdaya. Sang kaisar langit sendiri hanya terduduk lemas di takhtanya, tak mampu berbuat apa-apa lagi. Dalam keadaan ini, tiba-tiba ada suatu kekacauan besar yang menyeruak.
"Perhatian! Barisan balatentara siap menghadang pemberontak!!!" seruan kepala pengawal itu membuat seluruh khayangan terjaga.
Ternyata sesosok makhluk gaib berpakaian serba hitam dengan rambut kelam panjangnya sedang menyapu bersih ribuan penjaga istana khayangan. Para penjaga yang lemas itu dengan mudahnya dilenyapkan olehnya dengan satu tendangan atau satu tapakkan saja. Dalam waktu yang singkat, ia berhasil berhadap-hadapan dengan sang kaisar langit.
"Siapa kau?" tanya Kaisar langit sambil bergetar menghadapi sosok wanita misterius itu.
"Kau masih ingat aku? Aku datang untuk membalaskan dendamku!" Dengan perlahan wanita misterius itu membuka selubung di wajahnya.