Ada begitu banyak cara untuk berdakwah. Juga, begitu banyak tantangannya. Di era globalisasi, macam tantangan yang muncul untuk berdakwah, salah satunya, berasal dari keberadaan dan keragaman isi media massa itu sendiri.Â
Para ulama berulangkali melontarkan seruan kecemasan terhadap pengaruh kebebasan tanpa bertanggungjawab yang dipromosikan (kebanyakan) media massa.Â
Para orangtua mengkhawatirkan tergesernya peran mereka dan melunturnya penghargaan terhadap ikatan keluarga. Guru-guru, di lain pihak, mengeluhkan penurunan minat dan konsentrasi anak didik pada tugas utama mereka selaku pelajar.
Inilah permasalahan umum yang dihadapi para da’i era globalisasi. Mereka ditantang untuk berdakwah, di tengah berbagai ancaman serbuan media massa terhadap masyarakat. Pilihan tindakannya sendiri sudah jelas.Â
Alih-alih memusuhi media massa dengan mengeksklusifkan diri, yang harus dilakukan adalah memanfaatkan media massa seoptimal mungkin. Media massa, bagaimanapun, hanyalah alat atau sarana yang dapat dibengkokkan atau diluruskan sesuai dengan kehendak manusia selaku komunikator utama yang berada di belakangnya.Â
Untuk menguji kesuksesan sebuah gerakan atau misi dakwah, maka unsur zaman merupakan isu penting yang menarik dibicarakan. Kita dapat mengatakan bahwa kej ayaan atau kesuksesan dakwah sangat tergantung pada kemampuan seorang dai atau gerakan dakwah memahami konstruk zaman dengan berbagai karakater dan problematikanya. Pada konteks ini, dapat dikatakan bahwa kej ayaan dakwa di masa lalu karena gerakan dakwah telah berhasil memahami karakter zamannya.
Tantangan dakwah yang amat kompleks dewasa ini dapat dilihat dari minimal dari tiga perspektif, yaitu:
Pertama, perspektif prilaku (behaviouristic perspective). Salah satu tujuan dakwah adalah terjadinya perubahan prilaku (behaviour change) pada masyarakat yang menjadi obyek dakwah kepada situasi yang lebih baik. Tampaknya, sikap dan prilaku (behaviour) masyarakat dewasa ini hampir dapat dipastikan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.
Kedua, tantangan dakwah dalam perspektif transmisi (transmissionalperspective). Dakwah dapat diartikan sebagai proses penyampaian atau transmisi ajaran agama Islam dari da'i sebagai sumber kepada masyarakat dakwah sebagai penerima. Ketika ajaran agama ditrasmisikan kepada masyarakat yang menjadi obyek, maka peranan media sangat menentukan.Â
Ziauddin Sardar mengemukakan bahwa abad informasi ternyata telah menghasilkan sejumlah problem besar. Menurutnya, bagi dunia Islam, revolusi informasi menghadirkan tantangan-tantangan khusus yang harus diatasi, agar umat Islam harus bisa memanfaatkannya untuk mencapai tujuan dakwah (Ziauddin Sardar, 1996: 16-17).
Ketiga, tantangan dakwah perspektif interaksi. Ketika dakwah dilihat sebagai bentuk komunikasi yang khas (komunikasi Islami), maka dengan sendirinya interaksi sosial akan terjadi, dan di dalamnya terbentuk norma-norma tertentu sesuai pesan-pesan dakwah.Â
Yang menjadi tantangan dakwah dewasa ini, adalah bahwa pada saat yang sama masyarakat yang menjadi obyek dakwah pasti berinteraksi dengan pihak-pihak lain atau masyarakat sekitarnya yang belum tentu membawa pesan yang baik, bahkan mungkin sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H