Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Inggris( philosopy ) dan dalam bahasa Yunani (philosophia), yang berarti cinta akan kebijaksanaan. Philos ( cinta) atau philia( Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Inggris( philosopy ) dan dalam bahasa persahabatan) dan Sophos(kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis intelegensi).
- Filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
- Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat yang ada
Secara etimologi kata dakwah berasal dari bahasa Arab (da’a-yad ‘u- da’watan) yang berarti seruan, ajakan, panggilan, undangan, atau doa. Dengan demikian dakwah adalah upaya memanggil, mengajak dan menyeru manusia menuju Allah.
Secara terminologi diartikan sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan tulisan, dan tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun kelompok agar supaya timbul dalam dirinya pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur-unsur paksaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa filsafat dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis dan mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah, mengapa diperlukan proses komunikasi dan transformasi ajaran dan nilai-nilai Islam dan untuk mengubah keyakinan sikap dan perilaku) dan respon terhadap dakwah yang dilakukan oleh para dai dan mubaligh sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi manusia yang baik dalam arti beriman berakhlak mulia serta yang diajarkan oleh Islam.
B. Konsep dasar dan struktur bangunan keilmuan dakwah
Filsafat masuk ke dunia islam bukan hanya pertimbangan sejarah dalam arti kata semata dilakukan oleh para pelaku sejarah filsafat Islam dalam memperjuangkan filsafat sebagai bagian dari keilmuan Islam tetapi lebih jauh daripada itu secara konseptual Dan doktrinal tematik embrionya sangat jelas tertuang dalam Alquran dan Al hadits tentang posisi akal dalam memahami ajaran agama Islam. Lebih dari itu banyak sekali anjuran memanfaatkan akal sebagai sumber pengenalan terhadap eksistensi alam (kosmologi), manusia (antropologi), Tuhan (teologi).
Dasar filsafat dakwah :
a. Wahyu
Wahyu apabila dihubungkan dengan keberadaan Allah dan Rasul adalah Alquran dan hadis karena Rasul sebagai penerima otoritas Wahyu memiliki dominasi dalam menentukan keberadaan Alquran dan hadis sebagai firman Allah dan sabda Rasul. Oleh karena itu pada saat Rasul masih hidup wewenang tafsir sepenuhnya pada beliau sehingga kedua model tafsir diutamakan apa yang disabdakan.
Asumsi berpikir filosofi inspirasi Alquran dan Al hadits memberikan penguatan bahwa pemahaman nilai-nilai dakwah yang terkandung di dalamnya semestinya diungkap dan ditafsirkan melalui pendekatan rasional sehingga konsep teoritik tentang dakwah dapat memberikan makna filsafat dakwah. Tafsir bil Rayi merupakan upaya menafsirkan Alquran dengan menggunakan ayat Alquran atau hadis Nabawi yang sahih. Tafsir bil ro’ yi adalah pemanfaatan akal pikiran dalam menafsirkan ayat Alquran dan juga dapat dikatakan sebagai tafsir bil falsafi. Tafsir bil falsafi adalah tafsir yang menggunakan falsafah dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran. Jadi filsafat dapat dijadikan alat dalam menjelaskan ayat-ayat Allah artinya filsafat dapat mengungkapkan kandungan Alquran secara rasional termasuk juga masalah dakwah dalam Alquran. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa dasar filsafat dakwah adalah Alquran. Hal ini difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam AlQuran surat an-nahl ayat 125 yang artinya” serulah ke jalan tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik serta berdebatlah dengan cara yang baik”.
b. Kebudayaan
Dasar yang menjadi landasan filsafat dakwah adalah kebudayaan yang merupakan hasil cipta rasa dan karsa manusia. Wujud dari kebudayaan adalah banyaknya karya para intelektual yang berbentuk karya ilmiah sebagai sumber belajar yang dapat dipertanggungjawabkan baik di kalangan pemikir ilmu-ilmu rasional maupun ilmu-ilmu perenial. Karya-karya ilmiah yang dihasilkan , kaya akan konsep dan teori yang melahirkan tesis dan antitesis yang berimplikasi pemikiran sintesis tentang dakwah.
C. Hubungan antara filsafat dakwah dan keilmuan dakwah
Hubungan antara filsafat dengan dakwah maka bisa dikatakan bahwa ini sangat berhubungan, karena seperti yang kita ketahui bahwa filsafat adalah induk dari semua ilmu sehingga filsafat dan dakwah sangat berhubungan, setidaknya ada 3 bagian yang mana filsafat dan dakwah saling berhubungan :
1. Filsafat sebagai pembantu dakwah
Bagaimanakah hubungan antara filsafat dengan dakwah? Filsafat seringkali digunakan oleh para juru dakwah sebagai alat untuk membela keyakinan agama sendiri. Istilah yang tepat untuk aktivitas membela keyakinan keagamaan secara filosofis meminjam istilah John hick, adalah”apoologetika” dalam artian ini filsafat dakwah adalah bagian dari teologi.
Dalam kerangka Apoologetika juru dakwah menggunakan filsafat untuk kepentingan teologis. Karena teologi menuntut loyalitas dengan komitmen penganutnya untuk meyakini kebenaran ajaran-ajaran agamanya dan membela secara rasional keyakinan-keyakinan nya dari serangan pihak luar serta berusaha untuk menyebarluaskannya di sini dari bertindak sebagai aktor yang menghayati dan terlibat dan keyakinan keagamaannya dan filsafat bagian dari dakwah Sebagai bagian dari dakwah. Filsafat berfungsi sebagai bantu dakwah. Juru dakwah menggunakan refleksi falsafati untuk menunjukkan rasionalitas agama dan kepercayaan kepada Tuhan.
2. Filsafat sebagai studi analitik atau dakwah
Jika kita memandang hubungan filsafat dengan dakwah dengan melakukan analogi dengan filsafat ilmu, filsafat seni, dan sebagainya, maka makna yang tepat untuk hubungan filsafat dan dakwah adalah “pemikiran filosofis tentang dakwah” atau kajian analitik atas dakwah . Studi analitik bertujuan menganalisa dan menjelaskan hakikat, kedudukan, fungsi dan tujuan dakwah.
3. Filsafat sebagai refleksi atau studi dakwah
Filsafat adalah induk segala ilmu secara historis. pada awalnya filsafat dan ilmu tidak terpisah. Setiap ilmu telah dibicarakan dalam filsafat titik para filsuf adalah peletak dasar-dasar ilmu pengetahuan titik namun di kemudian hari, satu persatu ilmu memisahkan diri dari filsafat titik dengan kata lain ilmu memisahkan diri dari induknya yaitu filsafat dan menjadi otonom misalnya: matematika astronomi, fisika, kimia biologi, psikologi dan sosiologi.
Terkadang ilmu menyisakan pertanyaan pertanyaan yang tidak bisa dijawabnya sendiri atau berada di luar jangkauannya. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat metafisis. Maka di situ fungsi filsafat untuk menjawabnya.
Contoh sederhana adalah manusia yang sama-sama menjadi objek kajian ilmu dan filsafat biologi, misalnya dapat menjelaskan secara detail manusia sebagai makhluk hidup dari sisi unsur dan keutuhan jasmaninya psikologi membahas manusia dari sisi jiwanya dan sosiologi mengkaji manusia dari sisi kemasyarakatan. Ke semua ilmu itu membahas manusia secara parsial, tapi tidak mengkaji manusia secara keseluruhan jawaban tentang siapa manusia seutuhnya adalah di wilayah kerja filsafat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H