Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Romo Mangun Menduakan Informasi, Mana yang Benar?

3 Juni 2019   15:54 Diperbarui: 3 Juni 2019   16:00 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Romo Mangun menyampaikan dua informasi berbeda untuk satu tema yang sama.

Tentang proses kreatifnya menulis novel, dalam wawancara majalah Matra edisi April 1988, Romo Mangun bercerita, "Pertama, memilih dan menentukan tema dan message. Kemudian membangun plotting. Ketegangan, dan yang semacamnya. Yang juga membutuhkan banyak waktu ialah riset. Saya riset ke museum, membaca buku-buku kuno, atau langsung ke setting cerita. Menulis novel, tetapi belum pernah mengunjungi lokasinya, kan malu juga. Ketika saya menulis Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa misalnya, saya mengunjungi Pulau Banda. Ketika itu saya putar-putar Maluku, ke Ambon, Saparua, Halmahera, Ternate."

Padahal 1 tahun sebelumnya, yaitu tahun 1987 dia menulis:

Dari majalah Mutiara anugerah saya terima untuk "berziarah" ke Halmahera dan Ternate--Tidore. "Berziarah" karena di dalam kawasan inilah saya lakonkan kisah keluarga Mioti Lama dalam novel Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa. Memang aneh, belum pernah saya injakkan kaki di pulau-pulau tersebut yang merupakan tanah airku juga. Keadaan serta suasana alam Halmahera, Ternate dan Tidore berkat keseragaman daerah tropika di Indonesia tidak berbeda banyak dari pulau-pulau lain sekawasan Nusantara, dan karena itu tidak terlalu sulitlah sebenarnya menggambarkan keadaan Halmahera dan pulau-pulau lain di sekitarnya. Namun tak enak juga rasa hati bila tidak singgah sendiri di sini... saya berkelana di Maluku.

Maka dengan hati bersyukur, dan dengan bantuan keluarga sahabat berasal dari Saparua tetapi yang sudah lama bermukim di Ternate, keluarga Pattipeiluhu, Ternate-Tidore saya kunjungi.

Artinya, Romo Mangun belum pernah ke Halmahera sebelum menulis novel tersebut! Apalagi berkunjung berkeliling putar-putar. Pengakuan ini ditulis Romo Mangun di Majalah Mutiara nomor 390, edisi terbit 14 Januari - 28 Januari 1987. Bulan Desember tahun 1986, jadi 3 tahun setelah novel itu terbit, Romo Mangun berkesempatan melihat langsung Halmahera dan sekitarnya. Berhari-hari di sana, Romo Mangun pulang membawa oleh-oleh sebuah Laporan Perjalanan yang dimuat secara berseri di majalah Mutiara.

Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa sendiri pertama kali diterbitkan oleh Sinar Harapan, Jakarta, tahun 1983. Kemudian Penerbit Djambatan menerbitkan ulang pada tahun 1987. Delapan tahun sejak diterbitkan ulang oleh Djambatan, giliran Gramedia mencetak ulang novel ini lengkap dengan peta, sketsa, kamus bahasa Tobelo hingga tulisan penelitian Gabriela Gabi Guraci, karena meski berbeda ratusan tahun, pesan moralnya masih selaras sesuai realitas sehari-hari manusia milenial.

Mana yang benar?

Dua informasi berbeda dari satu orang yang sama mengenai tema yang sama. Pertanyaan pertama, mana yang benar? Saya lebih percaya bukti tertulis. Tulisan Romo Mangun lebih sahih dari pada informasi yang disampaikannya secara verbal.

Pertanyaan kedua, mengapa hasil wawancara bisa berbeda? Boleh jadi wartawan salah kutip. Tetapi apabila memeriksa konstruksi kalimat hasil wawancara, saya lebih percaya Romo Mangun yang lupa. Perihal tentang pelupa ini sudah banyak yang berkisah. Termasuk teman-teman dekatnya. Salah satunya cerita ditemukannya uang Rp 600.000,- di tong sampah rumahnya di Gang Kuwera 14 Mrican, Yogyakarta. Uang miliknya itu ditemukan terselip dalam buku tulis bekas. Romo Mangun memikirkan banyak hal, dia multitasking, multi pikiran, memikirkan mulai level masyarakat marjinal di tepian Kali Code sampai masalah Negara. Dia manusia super sibuk, super peduli terhadap masalah di tengah masyarakat, wajarlah sang manusia hebat ini kadang menjadi pelupa.

Hebat Seperti Karl May dan Kho Ping Hoo                                             

Sebenarnya perbedaan informasi ini malah membuat kita lebih mengenal kehebatan Romo Mangun. Novel Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa berlatar peristiwa sejarah masyarakat Halmahera pada abad ke-17. Ajaib! Pada novel tersebut Romo Mangun bisa menggambarkan detail dan detil, seolah dia sangat mengenal seluk-beluk daerah itu, seolah dia pernah berada di sana. Padahal sebenarnya dia belum pernah berkunjung ke Halmahera. Semuanya berdasarkan kekuatan imajinasi dan ketekunan membaca literatur.

Ini mengingatkan kita kepada dua penulis hebat, penulis novel petualangan Karl May dan penulis cerita silat Asmaraman S. Kho Ping Hoo. Dalam bercerita, dua penulis legendaris ini bisa menjelaskan detail sebuah daerah, seolah-olah sudah pernah ke sana, padahal sekalipun mereka belum pernah menginjakkan kaki di daerah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun