Sebuah lomba memiliki deretan persyaratan yang bertujuan memudahkan dewan juri menilai secara adil, jernih, dan bermutu. Syarat-syarat tersebut wajib ditaati secara absolut. Artinya peserta wajib membaca, mempelajari, dan memahami supaya tidak salah tafsir dan tidak apriori. Kumpulan syarat adalah pintu masuk ke arena kompetisi. Apabila persyaratan tidak dipenuhi konsekuensinya gugur atau digugurkan panitia sebelum berkompetisi.
Maka, semisal Anda mengirimkan sebuah 'cerpen' ke panitia lomba 'novel', sehebat apa pun cerpen karya Anda, itu tidak bakal pernah menjadi juara satu. Karena di tahap seleksi kelengkapan administrasi saja sudah digugurkan panitia. Tidak memenuhi syarat mengikuti lomba! Lomba novel ya memang yang diikutkan harus novel.
Ini analogi yang pas menggambarkan lomba baca puisi pada Festival dan Lomba Literasi Nasional Sekolah Dasar (FL2N SD) 2018. Judulnya sudah jelas, tegas, terang dan benderang: Lomba Baca Puisi. Bukan deklamasi, Nak, Pak, Buk! Jadi sehebat apapun si murid menampilkan hasil kreasinya di layar youtube tentu tidak akan terpilih, karena (memang seharusnya) sudah tersisih di tahap seleksi kelengkapan administrasi. Gugur sebelum melenggang ke hadapan dewan juri.
Namun keadaan ini berpotensi membuat ribet panitia, karena ironis: sebagian anak-anak itu cukup bagus penuh percaya diri ketika membawakan puisi wajib Surat dari Ibu karya Asrul Sani. Tetapi ya itu tadi, masalahnya mereka tidak menaati syarat, mereka menampilkan deklamasi bukan baca puisi. Deklamasi berbeda dengan baca puisi! Sejauh mana panitia berkompromi? Ini lomba tingkat nasional bertujuan mulia dan diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menggunakan uang negara, jadi tidak bisa main-main.
Sebenarnya panitia lomba sudah menyadari gejala salah kaprah ketika baca puisi. Dalam juknis (petunjuk teknis) pada butir peraturan baca puisi, ditegaskan bahwa dalam lomba ini peserta harus membaca bukan menghafal. Tetapi jika memeriksa tayangan di youtube sebagian besar peserta tampak menghafal (karena tidak melihat teks) meskipun di tangannya ada selembar teks. Kertas berteks  di tangannya jadi sekadar properti atau aksesoris gaya-gayaan. Lantas bagaimana?
Panitia harus taat kepada syarat yang dibuatnya sendiri untuk menjaga wibawa panitia. Karena syarat dasar harus dipenuhi sebagai awal proses penjurian yang sehat, adil, dan benar. Sangat susah memberi nilai yang adil jika dicampur aduk anak yang berdeklamasi dengan yang baca puisi.
Festival dan Lomba Literasi Nasional Sekolah Dasar (FL2N SD) 2018 ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sebuah kegiatan kreatif berkualitas yang perlu diapresiasi karena memberi ruang luas bagi anak-anak seantero nusantara untuk berproses kreatif. Meliputi lima bidang yaitu, Lomba Menulis Cerpen, Cipta Pantun, Cipta Syair, Mendongeng, dan Baca Puisi. Khusus baca puisi dan mendongeng para peserta diwajibkan mengunggah ke youtube.
Persamaan dan perbedaan baca puisi dan deklamasi puisi
Profesor Heri Suwignyo  mengemukakan bahwa bentuk dan gaya baca puisi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading, (2) bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris, dan (3) bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal.
Ciri khas dari bentuk dan gaya poetry reading adalah diperkenankannya pembaca membawa teks puisi. Posisi bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi deklamatoris adalah lepasnya teks puisi dari pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks puisi harus dihapalkan. Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan posisi (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.