Pada situasi kondisi kelas seperti ini lalu dimunculkan konsep standar kompetensi, maka ini menjadi tidak rasional, terlalu berilusi, dan bisa disebut ceroboh. Berbeda halnya apabila kelas ekstrakurikuler itu sejak awal sudah diseleksi, maka mudah mengorganisir, jadi semacam kelas superdreamteam. Tetapi kan bukan kelas semacam ini sebenarnya tujuan dari ekstrakurikuler di sekolah. Sebab untuk mencapai level mahir tentu sebaiknya mengikuti kelas atau klub di luar ekstrakurikuler.
Seharusnya ekstrakurikuler mengedepankan pendidikan karakter berbasis atau melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti. Artinya ekstrakurikuler sebagai alat bukan tujuan. Tugas ekstrakurikuler memproduksi sebanyak-banyaknya kebahagiaan. Baik melalui suasana, desain kreatif kegiatan, dan metode. Jadi sangat penting desain kegiatan dan operasional desain itu. Artinya adalah proses mengalahkan hasil.
Fasilitator Ekstrakurikuler Memberi Rekomendasi
Selain mengajar maka tugas fasilitator ekstrakurikuler meliputi berbagai aktivitas. Pertama, tugas memberi rekomendasi. Rekomendasi menjadi pusat perhatian dan pikiran bagi stakeholder sekolah.Â
Rekomendasi merupakan produk manfaat dari ekstrakurikuler. Jadi hasil yang harus dihadirkan oleh pengampu ekstrakurikuler ke hadapan orangtua. Rekomendasi ini bisa berisi bakat anak seperti apa? Minatnya apa? Namun yang terpenting bisa merekomendasi apakah anak perlu mengembangkan bakatnya itu. Semisal, mengembangkannya di pusat pelatihan di luar sekolah.Â
Apabila suka menari didorong ikut les menari ikut sanggar menari. Jika berbakat sepakbola, ikut sekolah sepakbola. Sedangkan yang berbakat catur, ikut sekolah catur. Ini penting karena durasi ekstrakurikuler di sekolah kurang memadai untuk mencapai level juara. Inilah yang terpenting hasil dari ekstrakurikuler, menemani orangtua mendekteksi bakat anaknya.
Kedua, memberi konsultasi. Konsultasi menjadi arena berbincang-bincang perihal minat bakat sang murid. Orangtua mendapatkan second opinion tambahan dari pengampu ekstrakurikuler.Â
Memberi saran dan alternatif gagasan untuk mengembangkan bakat si anak. Apabila si anak dianggap tidak sesuai di ekstrakurikuler dinasehati supaya memindahkan ke ekstrakurikuler di mana si anak lebih punya peluang merebut suasana riang gemilang.
Ketiga, tugas pemantau dan pemandu bakat. Fasilitator antusias memantau, memeriksa, mendalami, memetakan, merumuskan, menangkap potensi bakat sang anak. Bakat merupakan potensi atau kemampuan yang dibawa seseorang sejak lahir. Masing-masing manusia sejak lahir memiliki potensi alamiah yang berbeda.Â
Seseorang bisa memiliki bakat menggambar, mendesain, tulis menulis, menari, seni suara, seni musik, dan sains. Potensi bakat ini tidak akan hilang dari diri seseorang. Namun memerlukan berbagai faktor supaya bakat tersebut optimal. Di sinilah fasilitator ekstrakurikuler menampilkan peran pentingnya.
Seperti itulah, sebaiknya memang tidak mencangkokkan standar kompetensi pada ekstrakurikuler. Karena standar kompetensi yang justru memberi beban. Padahal inilah yang membedakan ekstrakurikuler dengan intrakurikuler.Â