Untuk menegaskan, Mangunwijaya meminjam kata-kata filsuf Perancis, A. Merleau-Ponty, yang sangat mendalam renungan-renungannya tentang arti sejati tubuh manusia:
“Tubuh adalah kendaraan kehadiran kita di dunia. Untuk mahkluh yang hidup, memiliki tubuh berarti bergumul di dalam suatu lingkungan tertentu, berhadapan dengan hal-hal tertentu dan melibatkan diri dengannya tanpa henti… Tubuh dalam arti mulia adalah ruang yang mengungkapkan diri.”
Namun menurut Marleau-Ponty, “Tubuh kita tidak hanya satu ruang ekspresif di antara yang lain-lain. Tubuh seyogyanya jangan dibandingkan dengan benda fisik, tetapi ia lebih-lebih karya seni… seperti ini juga: percakapan tidak hanya ditandai oleh kata-katanya, tetapi juga oleh aksennya, warna nadanya, gerak ulah dan sikap badan.. demikian juga puisi. Yang dimaksud: puisi yang berwarta dan bermakna. Puisi pada hakikatnya adalah suatu bentuk ada-diri (de l’existence)” kita
Hadiah Nobel Kesusasteraan tahun 2016 untuk pertama kali diberikan kepada penulis lirik lagu. Penyanyi dan penulis lagu asal Amerika Serikat, Bob Dylan, sang legenda musik berusia 75 tahun itu menerima penghargaan tersebut untuk "menciptakan ekspresi puitis dalam tradisi lagu-lagu di Amerika". Penyanyi balada dan seniman ini merupakan penulis lirik lagu pertama yang memperoleh penghargaan yang bergengsi ini.
Barangkali, suatu ketika, ada panitia yang memberikan penghargaan sastra untuk puisi-puisi “bangunan” nan puitis karya Mangunwijaya.
“Seni arsitektur adalah seni menyumbangkan suasana. Arsitektur tidak boleh bertindak menjadi agresor, dimana bangunan tumbuh, maka flora dan fauna harus menyingkir. Karena itu kita yang diberi tugas membangun perumahan atau gedung-gedung harus menyumbang mentalitas baru yang mengendap dalam karya bangunan yang benar. Benar di sini berarti: bukan sebagai musuh alam, melawan flora-fauna, dan kesimbangan alamiah di keliling kita, melainkan selalu pengangkatan alam menjadi anggota organis pembudayaan planet bumi,” ujar Yusuf Bilyarta Mangunwijaya.
Sebagaimana “puisi yang benar” pun tidak boleh menjadi agresor, tidak digunakan untuk memusuhi dan mencari musuh. Apabila ada puisi untuk memperolok-olok oranglain, itu bukanlah puisi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H