Mukidipun menjawab kemarahan tetangganya dengan sabar, "Bukankah dulu aku cerita kepadamu kalau pancimu beranak kamu percaya? Kenapa sekarang aku bilang pancimu sakit dan mati kamu tidak percaya..?"
Tetangganya diam seribu bahasa, hanya bisa merenung dan ngedumel saja.
Pembaca sekalian, itulah gambaran munculnya sebuah berita hoax, dia bisa berkembang di sekitar kita, padahal kita tahu kalau itu berita yang tidak benar, tetapi karena berita itu menguntungkan kita, maka kita mempercayainya, sedangkan dengan kebohongan yang sama tapi berita itu kurang menguntungkan kita, maka kita sadar dan tidak mau mempercayai berita itu.
Kalau kita terus menerus hanya mau menerima berita yang menguntungkan kita saja, maka lama-lama, berita benar yang tidak membuat hati kita senang, tidak akan kita percaya, kita lebih percaya pada berita yang meski itu bohong tapi menyenangkan hati kita.., akhirnya kita akan menyenangi berita hoax yang kita terima di sekitar kita, karena berita hoax itu menguntungkan kita. Hati-hati wahai pembaca sekalian, katakan benar kalau itu benar, walau terasa pahit, dan katakan salah kalau itu salah walau terasa manis. Salam sehat dan tetap semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H