Mohon tunggu...
Parents Happy Channel
Parents Happy Channel Mohon Tunggu... Guru - share about Life Energy, Parenting, Character Building, Public Speaking, Travelling, Counseling, Ethic, Hobby, and everything

i am a wife and mommy of my daughter, also as a mom for my students at school and sunday school. i work as a trainer, teacher, coach, facilitator, and public speaker. I am a blogger too. My everyday activity before sleep is editing my daughter's video for her Youtube Channel ; "OFIR HAPPY CHANNEL". (Please subscribe friends) something need discuss? Please do not hesitate to contact my email address "ms.rintansari@gmail.com" . Thank you

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Perlukah Tata Krama Bagi Generasi Zaman Now?

2 Desember 2019   22:53 Diperbarui: 2 Desember 2019   23:06 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi generasi Zaman Now, teknologi telah mendominasi peran-peran penting dalam bagian kehidupan. Bahkan untuk komunikasi - peran terbesar untuk menjalin hubungan dengan sesama manusia bahkan juga kepada Tuhan - telah dikuasai oleh teknologi. Contoh update status di sosmed, tapi panggil nama Tuhan dan menuliskan doa-doanya.

Setiap orang telah dimudahkan untuk terhubung dengan siapapun hanya dalam satu bingkai layar hidup, tanpa perlu memikirkan jarak dan waktu, karena teknologi telah menghapuskan batasan itu.

Namun, tanpa disadari wahana yang tercipta dari teknologi ini pun dapat membuat kita tersandung pada masalah tata krama, bagaimana menunjukkan rasa hormat kepada orang lain. Sebut saja masalah panggilan telepon yang salah sambung.

Pernahkah kita menyadari bahwa kemudahan untuk menghubungi orang lain membuat kita meremehkan si penerima panggilan telepon kita. Ketika si penerima mengatakan bahwa orang yang ingin kita hubungi bukan dirinya, seketika itu juga kita langsung memutuskan panggilan telepon kita, tanpa mengucapkan kata maaf yang sewajarnya dan dengan tenang kita membuka panggilan telepon yang baru dengan memastikan nomor yang kita ketikkan itu tidak ada kesalahan lagi, dan semua berlalu begitu saja.

Padahal, si penerima panggilan telepon yang salah sambung tadi telah menghentikan aktifitas pentingnya demi menjawab panggilan telepon masuk dari kita. 

Mungkin, ketika panggilan telepon masuk tadi, dia sedang konsentrasi mengikuti urutan resep saat mengaduk adonan dan harus mengulang kembali konsentrasinya setelah menjawab telepon kita yang salah sambung tadi. 

Atau mungkin, dia sedang mengurus bayinya yang rewel karena sakit, atau mungkin saja dia sedang dalam pembicaraan penting, atau bisa saja dia sedang tidur setelah sangat lelah menjaga matanya tidak tertidur beberapa malam demi tanggungjawabnya, dan kita telah mengganggu apapun aktifitas mereka saat panggilan telepon dari kita itu dijawab mereka.

Beberapa orang yang pernah saya minta tanggapannya mengatakan, itu sudah jarang terjadi di zaman now karena sekarang orang sudah lebih banyak menggunakan tulisan dari pada lisan. 

Bicara dengan tulisan (baca : chatting) sudah disediakan fitur delete for everyone sehingga bisa dihapus dengan cepat jika terjadi kesalahan pengiriman, jadi si penerima pesan tidak perlu membaca tulisan yang salah kirim tersebut.

Baiklah, kalau begitu, setelah tulisan yang sempat kita kirimkan tersebut kita hapus, dan ada jejak di layar si penerima pesan yang bertuliskan "this message was deleted" apakah kita tidak perlu menuliskan kata maaf yang sederhana untuk menutup lorong penasaran orang lain tentang tulisan yang belum dibacanya tapi sudah kita hapus itu?

Kita membiarkan mereka menaruh perhatian khusus dengan bertanya pada kita terkait deleted message chat box yang menjejak di layarnya "apakah ada hal yang telah membuat kamu menunggu saat saya tadi belum sempat membaca atau membalas pesan?"

Lalu kita pun dengan santai membalasnya "oh tidak apa-apa, cuman salah chat saja koq. Sudahlah jangan terlalu dipikirkan". Tanpa ada empati didalamnya. Se-sepele itu bagi si pengirim.

Itu hanya partikel kecil yang terjadi dalam keseharian kita. Belum lagi membahas contoh-contoh lain yang terjadi di masyarakat sekarang ini, dari perkataan, perbuatan, reaksi, dsb, mulai dari anak-anak kecil hingga orang-orang dewasa, bahkan terkadang telah menjadi kebiasaan yang menggeser pemahaman kita tentang konsep manusia sebagai mahkluk sosial.

Jadi, masih perlukah TATA KRAMA bagi generasi zaman now?

Meskipun teknologi telah mendominasi kehidupan kita, selama kita masih merupakan manusia ciptaan Tuhan yang dikaruniai naluri bersosialisasi dengan sesama manusia lainnya, sudah sewajarnya kita menjalani kehidupan dengan tetap menerapkan tata krama dalam menjalin hubungan dengan lingkungan kita, baik lingkungan yang bernyawa (makhluk hidup) maupun yang tidak bernyawa (benda mati).

Muncul pertanyaan, mengapa tata krama dihubungkan kepada benda mati? Karena ketika kamu memperlakukan benda mati secara sembrono, orang lain yang melihatnya juga sedang memberi nilai buruk atas perlakuanmu. Contohnya saat membuang sampah dari jendela mobil mewah yang sedang berjalan. Kebayang donk apa yang menjadi penilaian orang lain ketika melihat itu.

Jika sekarang saja kita sebagai orang yang berusia dewasa tidak lagi peduli dengan penerapan tata krama, bayangkan akankah masih ada yang menerapkan tata krama pada kehidupan anak-anak kita saat ini dan nanti?

Mengajarkan tata krama pada anak perlu teladan dari orangtua dan juga lingkungan disekitarnya. Karena anak-anak akan lebih mudah melakukan apa yang diperhatikannya secara praktek daripada hanya teori yang diingatkan tanpa teladan.

Yuk kita membangun generasi dimulai dari diri kita sendiri, dari keluarga kita sendiri sehingga bisa memberi dampak positif bagi orang-orang yang ada disekitar kita. Next time kita cerita-cerita lagi ya...  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun