Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Pribadi, Saya Sakit Jantung atau Sakit Jiwa?

10 Oktober 2020   19:24 Diperbarui: 10 Oktober 2020   19:28 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RSU HGA DEPOK (Dokpri)

Usai memasukkan kamera dari urat nadi tangan kanan menuju jantung, dokter Munadi kemudian berujar: "Pardosi, kau boleh pulang sore ini. Aman ini jantungmu," begitu kata dokter Munadi. Dengan kata lain, jantung saya belum memerlukan "Stent" atau "ring" dalam bahasa awamnya.

Itu karena penyumbatannya masih 50 persen atau sama dengan hasil CT SCAN. Namun jika penyumbatannya sudah mencapai 70 persen, mau tidak mau pemasangan "ring" wajib dilakukan. Bahkan, mungkin saja operasi "by pass" harus dilakukan apabila penyumbatannya di atas 70 persen.

Ke Dokter Jiwa

Saya menjalani operasi kateter jantung pada 21 September 2020 dan diizinkan pulang di hari yang sama. Namun sebetulnya, dalam tiga bulan terakhir saya mengalami kurang tidur, cemas, dan sensasi dada terasa terbakar.

Seminggu usai kateter, saya kembali meminta dokter Munadi untuk merujuk saya ke dokter jiwa alias psikiater. Saya kemudian mendatangi dokter Laeli, dokter jiwa di RS HGA Depok. Oleh dokter Laeli, saya diberikan obat penenang dan vitamin B6 (vitamin saraf otak). Ternyata manjur, usai mengonsumsi obat itu, saya merasa lebih tenang dan bisa tidur nyenyak. Pikiran cemas perlahan menghilang walau sesekali tak bisa juga dihindari. Satu lagi, sensasi sempoyongan yang selalu hadir dalam sebulan terakhir, juga perlahan menghilang.

Sejujurnya, saya sampai sekarang masih penasaran: apakah saya sakit jantung atau sakit jiwa? Padahal, dokter Munadi sendiri sudah menyatakan jantung saya sudah sehat sehingga tidak perlu mengonsumsi obat jantung lagi. Masa sih saya tidak percaya omongan dokter spesialis jantung? Nah, di sinilah menurut saya letak penyakit jiwa itu. Ketika saya kehilangan kepercayaan diri yang sangat drastis. Pikiran berkecamuk tak karuan.

Apalagi, gejala penyakit jantung dan penyakit jiwa sangat mirip. Yakni itu tadi, jantung berdebar, tangan berkeringat, cemas, panik, sempoyongan, dan mudah lelah. Paling tidak itu menurut yang saya baca di internet.

Bagi Anda yang mungkin mengalami hal serupa seperti saya, jangan pernah ragu untuk secepatnya menemui dokter jantung atau dokter jiwa. Jangan pernah malu atau takut menemui dokter jiwa.

Selamat Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2020

*Demikian sekilas pengalaman setelah cukup lama vakum di Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun