Contoh, dari banyak calon direksi dan komisaris yang disodorkan, Erick sudah pasti mempertimbangkan banyak hal.
Misalnya, calon A adalah seorang relawan yang ikut berjuang memenangkan Jokowi. Kemudian, calon B pernah mengenyam pendidikan di kampus tertentu. Sementara calon C mengantongi pengalaman di instansi tertentu, dan selanjutnya.
Dengan berbagai kriteria tersebut, sudah pasti ada calon yang harus dinomorduakan atau diminta menunggu giliran. Sudah pasti ada standar dan prioritas yang diterapkan Erick, termasuk atas pertimbangan dan masukan Presiden. Di sinilah adanya kemungkinan calon tertentu yang telah susah payah disodorkan seseorang, harus menerima kenyataan pahit. Yakni ditolak alias dicoret.
Lalu ketika Erick digertak dengan tuduhan macam-macam, Erick pun geram. “Enak aja, duit gue udah banyak, bro…,” begitu kira-kira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H