Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Artikel Denny Siregar Kok Bisa Sih Laris-Manis? Ini Rahasianya

11 April 2020   02:15 Diperbarui: 11 April 2020   02:21 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Denny Siregar (Foto: Twitter/@Dennysiregar7)

Blogshop A to Z Optimasi Konten Kompasiana sangat enak ditonton dan perlu. Sampai-sampai, saya bersedia menontonnya sampai habis. Maksudnya, saya memutar ulang videonya. Maklum, saya kurang suka tontonan yang live kecuali sepakbola.

Terus terang, saya kagum mencermati ocehan demi ocehan Mbak Widha Karina yang rupanya masih tergolong usia milenial. Betul nggak sih? Sedikit pujian, Mbak Widha menurut saya sangat cocok mengelola konten video alias Youtuber. Kenapa? Artikulasinya jelas dan gaya penyampaiannya sangat khas. Tak percaya? Silakan tonton siaran ulangnya.

Lalu, apa hubungannya dengan Denny Siregar? Oh ya, saya kira tak perlu lagi memperkenalkan siapa Denny Siregar. Namanya sudah terkenal sebagai penulis isu-isu sosial-politik. Satu lagi: ia loyalis Presiden Jokowi. Sebagai loyalis, Denny tampaknya sudah kebal kendati diserang dari seluruh penjuru mata angin. Selama ada kopi, ia akan terus menulis tanpa peduli risiko 'bully' yang selalu menghantamnya. Yuk, seruput dulu.

Sekarang kita masuk ke pertanyaan utama. Kenapa artikel Denny selalu laris manis? Sebelum saya jawab, cobalah tengok artikel Denny, yang salah satunya bisa dinikmati di media sosial Facebook. Dipastikan artikelnya selalu ramai komentar serta dibagikan ratusan hingga ribuan kali. Luar biasa.

Sudah pasti pula, komentar-komentar di setiap artikel Denny kerap terbelah tiga: pro, kontra, dan netral. Segala macam pujian baik kepada Denny maupun Jokowi terpampang jelas di sana. Sebaliknya, hujatan bahkan makian juga dengan mudah ditemukan di kolom komentar. Paling sedikit, komentar yang sifatnya netral seperti mendoakan bangsa ini tetap akur dan bersahabat. Amin...

Mau tahu kenapa artikel Denny selalu laris manis? Menurut saya ada dua rahasianya. Pertama, kualitas tulisan. Kedua, keberanian untuk berpihak kepada Jokowi. Nah, keduanya harus berjalan beriringan, dilarang saling mendahului. Ibarat kopi, jangan sampai tanpa gula. Atau sebaliknya, hanya gula tanpa kopi. Mau diseruput, eh ternyata teh manis. Kacau!

Apapun partai Anda, mari jujur mengakui bahwa kualitas tulisan Denny memang top-markotop. Artikelnya enak dibaca karena disampaikan dengan gaya bertutur. Menyerupai jurnalisme sastrawi yang diperkenalkan oleh Tempo. Menulis dengan gaya seperti itu membutuhkan latihan yang lama dan panjang. Tak cukup hanya segelas-dua gelas kopi. Percayalah, itu bukan pekerjaan satu malam.

Karena disajikan dengan gaya tulisan yang enak dan ringan, isu sosial-politik yang pada umumnya memang diminati publik, kian menjadi-jadi ketika yang menulis adalah Denny. Ia mampu memainkan emosi pembaca melalui rangkaian kalimatnya. Semua terserah Denny, ada kalanya memainkan emosi positif dan tak jarang pula memainkan emosi negatif. Kadang diaduk kadang pula dikocok. Persis sekuel dialog dalam setiap film James Bond.

Kedua, warna artikel Denny sangat jelas yakni memihak pemerintah (Presiden Jokowi). Dalam hal ini, Denny punya kelebihan dan keberanian untuk memihak Jokowi. Tulisan yang memihak itu pada akhirnya akan menemui pendukungnya sendiri. Melalui artikel Denny, unek-unek pendukung Jokowi seolah tersalurkan. Dipuaskan oleh Denny.

Tetapi di saat bersamaan, tulisan Denny juga menimbulkan keresahan hebat bagi mereka yang tidak sejalan dengan kebijakan Jokowi. Maka terjadilah perdebatan di antara dua kubu yang saling berseberangan itu. Situasi inilah yang menjadikan Denny kian terkenal, terlepas dari pro kontra yang mengikutinya.

Itu berarti, artikel yang kontra pemerintah sekalipun tetap akan laris-manis bila diproduksi dengan gaya menulis ala Denny. Kuncinya terletak pada warna tulisan: pro atau kontra. Jangan tanggung seperti kopi kurang gula. Sekalian saja, kopi pahit atau kopi manis.

Terakhir, apakah gaya menulis Denny bisa dipraktekkan di Kompasiana? Saya bisa memastikan seratus persen: YES. Gaya menulis Denny memang sangat digandrungi semua orang termasuk Kompasiana. Kabar buruknya, jangan coba-coba meniru warna "keras" Denny kalau ingin menulis di Kompasiana. Sudah pasti NO oleh Mbak Widha. Dijamin itu.

Salam Perjuangan Penuh Cinta, eh salah, Seruput kopinya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun