Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bang Faisal Basri, Segeralah Minta Maaf!

5 April 2020   00:42 Diperbarui: 5 April 2020   00:54 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Faisal Basri (Kompas.com)

Saya yakin ekonom senior Faisal Basri bukan tipe manusia yang sulit meminta maaf. Tak lain karena latar belakangnya adalah seorang akademisi. 

Seperti kita tahu, di kalangan akademik ada ungkapan: akademisi boleh salah tetapi dilarang berbohong. Sementara di dunia politik adalah sebaliknya: politisi boleh bohong tetapi dilarang salah. Maksudnya, salah dalam berbohong. Hehehe.

Sama seperti Luhut yang berlatarbelakang militer. Meski saat ini terjun di dunia politik, kita semua juga tahu betapa kentalnya darah militer seorang Luhut. 

Sikap Luhut sangat jelas yakni loyal dan tegak lurus terhadap perintah Presiden. Atas alasan itu, saya yakin Ompung ini juga akan dengan lapang dada menerima permintaan maaf.

Nah, klop kan. Faisal yang sudah terlanjur bercuit Luhut lebih berbahaya dari virus corona, menurut saya pribadi, memang sangat wajar meminta maaf. 

Bukan apa-apa, cuitan seperti itu kurang etis datang dari kaum terpelajar seperti Faisal Basri. Malah, bukan bermaksud 'kompor', cuitan itu bisa dikategorikan lebih bahaya lagi dari seorang Luhut yang konon sudah lebih bahaya dari corona.

Sebab dengan cuitan itu, maka opini publik sudah langsung melebar ke mana-mana. Paling rawan, ada yang mengaitkannya ke isu SARA. Ada usaha memojokkan Luhut yang kebetulan berstatus minoritas ganda. 

Saya khawatir cuitan Faisal malah dimanfaatkan kelompok yang selama ini kerap berseberangan dengan pemerintah. Dipoles sedemikian rupa hingga pada akhirnya memunculkan persoalan baru yang jauh lebih serius.

Oke, saya tidak menampik peran Luhut di Kabinet Jokowi memang sangat menonjol. Sampai-sampai, ia digelari menteri segala urusan. Dari ekonomi, hukum, politik, internasional, hingga utang-piutang diurus oleh Luhut. Tentu tidak ada yang salah dengan itu selama Presiden Jokowi masih nyaman. Toh, kapanpun Luhut bisa dengan mudah dicopot Presiden, tanpa ribut-ribut atau 'curhat' terlebih dahulu di media sosial.

Lalu ada yang bilang, Jokowi tidak berani karena 'kunciannya' dipegang oleh Luhut. Ini juga sama saja menuduh selama belum bisa dibuktikan dengan data. Kalau memang ada data, maka dibuka saja ke hadapan publik. Atau kalau menyangkut korupsi, tinggal dilaporkan saja ke KPK. 

Memang sekali lagi, sulit membantah dominasi Luhut di kabinet, dipercaya penuh oleh Presiden. Tetapi itu saja tidak cukup untuk mengatakan Luhut telah mengendalikan Jokowi.

Contohnya begini. Saya beberapa kali bertemu dengan seorang mantan pejabat di perusahaan minyak yang namanya kerap dikait-kaitkan dengan isu mafia migas. 

Setiap bertemu, saya selalu menanyakan tanggapannya dengan tuduhan itu. Jawabannya selalu sama: "mana buktinya?" Tentu sangat sulit membuktikan tuduhan itu.

Tetapi dampak tuduhan mafia migas itu masih relatif kecil dibandingkan dengan tuduhan kepada Luhut. Isu corona jauh lebih kompleks karena dampaknya dirasakan secara langsung oleh seluruh rakyat Indonesia. 

Kericuhan hingga kerusuhan sosial sangat rentan terjadi saat ini. Itulah alasan kenapa tuduhan Faisal justru lebih bahaya dari Luhut yang konon lebih bahaya dari corona. Ada peristiwa sosial-politik yang sangat mungkin terjadi akibat cuitan itu.

Saya yakin Bang Faisal tidak ingin itu terjadi. Tetapi karena sudah terlanjur, permintaan maaf masih bisa menyelamatkan. Semuanya demi Indonesia, bukan untuk siapa-siapa. 

Keutuhan NKRI jauh lebih penting ketimbang tuduhan-tuduhan yang sifatnya personal. Saya juga yakin Bang Faisal tidak akan gentar berhadapan dengan Luhut atau siapapun juga. Tetapi masalahnya bukan gentar atau tidak, tetapi cuitan itu sangat rawan memicu persoalan yang jauh lebih serius, yakni terkait keutuhan bangsa dan negara.

Ayo Bang Faisal Basri, segera temui Ompung Luhut. Saya yakin, Ompung Luhut akan menerima Anda dengan lapang dada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun