Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Demi Megawati, Jokowi Terpaksa Copot Prabowo?

16 Februari 2020   23:03 Diperbarui: 16 Februari 2020   23:09 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Survei Indo Barometer yang dirilis Minggu (16/2/2020) sungguh menarik disimak. Tak lain karena menempatkan Prabowo Subianto dalam posisi enak sekaligus tak enak. Enak, lantaran Prabowo mampu memperoleh rangking teratas di jajaran menteri Jokowi-Ma'ruf. Prabowo yang menjabat Menteri Pertahanan sangat disukai publik.

Sehingga, menurut Indo Barometer, keputusan Prabowo bergabung ke kabinet Jokowi sudah tepat. Alasannya, Prabowo punya peluang dan kesempatan untuk mempertahankan elektabilitasnya hingga Pilpres 2024 mendatang. Artinya, Prabowo sejauh ini belum mempunyai lawan sepadan di Pilpres berikutnya. Bila diartikan lebih spesifik lagi, Prabowo adalah calon presiden yang tidak akan tertandingi. Atau lebih jelasnya lagi, Prabowo adalah Presiden Kedelapan RI. Menggantikan Jokowi.

Tetapi ada juga tidak enaknya. Itu jika Prabowo diberhentikan di tengah jalan. Kena reshuffle kabinet. Apabila itu betul terjadi, Indo Barometer memprediksi Prabowo akan kehilangan momentum karena tak lagi punya panggung untuk merawat nama besarnya. Peristiwa seperti ini, pernah dialami Anies Baswedan saat menjabat Mendikbud di era Jokowi jilid satu. Saat namanya mulai melambung sebagai kandidat capres 2019 lalu, Jokowi malah mencopot Anies.

Sekarang pertanyaannya, mungkinkah Jokowi melakukan hal serupa kepada Prabowo? Sungguh ini merupakan pertanyaan yang sangat unik. Kenapa? Karena peluang itu sebetulnya hampir tipis terjadi. Bahkan hampir mustahil dilakukan Jokowi. Penyebabnya tak lain karena bergabungnya Prabowo ke kabinet bukanlah hal mudah dan sederhana. Ada banyak pertimbangan di sana, sampai-sampai Prabowo harus rela 'menanggung malu' di hadapan pendukungnya sendiri. Kok bisa-bisanya Prabowo ikut Jokowi?

Tetapi kembali lagi, dunia politik memang terbilang sangat kejam. Sekarang teman, besok bisa berubah lawan. Bahkan Prabowo sendiri sudah pernah mengalaminya hingga akhirnya bersedia mendampingi Megawati sebagai cawapres pada Pilpres 2009 lalu. Kesepakatan yang dikenal dengan Perjanjian Batu Tulis itu mengungkapkan bahwa Megawati akan mengusung Prabowo di Pilpres berikutnya. Itu berarti, Pilpres 2014 adalah milik Prabowo. Namun seperti kita ketahui, Megawati justru merestui Jokowi, bukan Prabowo.

Apakah mungkin Prabowo akan mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya? Sekali lagi sangat kecil peluang itu terjadi. Tak lain karena PDIP sebagai pengusung Jokowi dua kali berturut-turut, kini telah kehabisan sosok yang setidaknya menyamai popularitas Prabowo. Masa Jokowi sudah habis dan secara aturan dilarang untuk maju ketiga kalinya. Maka pilihannya adalah menggandeng Prabowo sebagai capres. Opsi ini lebih masuk akal ketimbang harus memajukan sosok lain yang berpotensi kalah telak dari Prabowo.

Namun restu Megawati untuk Prabowo sebagai capres 2024 tentu saja tidaklah gratis. Berbagi kekuasaan dengan menawarkan kandidat cawapres kepada Prabowo merupakan opsi yang sangat realistis. Misalnya, dengan mengusung paket Prabowo-Puan. Sudah bisa ditebak, duet Prabowo-Puan sangat menguntungkan bagi PDIP terutama Megawati untuk melanggengkan kekuasaannya. Tak hanya berkuasa selama 15 tahun, kesempatan sebagai Wapres (dengan asumsi menang) bagi Puan adalah modal yang sangat penting untuk meraih kursi selanjutnya.

Sebab bagaimanapun, Pilpres 2024 adalah panggung politik terakhir bagi Prabowo. Setidaknya bila dilihat dari aspek usia dan kemampuan fisik manusia secara umum. Selanjutnya, Puan akan meneruskan estafet kepemimpinan itu dari tangan Prabowo.

Sekarang, mungkinkah Megawati masih punya agenda lain seperti memasangkan duet murni PDIP seperti Ganjar Pranowo-Puan Maharani? Kemudian, melalui kekuasaannya sebagai Ketua Umum PDIP lalu menekan Jokowi untuk mencopot Prabowo di tengah jalan? Terakhir, demi Megawati apakah Jokowi akan terpaksa mencopot Prabowo?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun