Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Takut Naik Pesawat? Cobalah Tonton Video Kapten Limbong

6 Desember 2019   21:39 Diperbarui: 6 Desember 2019   21:42 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jantung berdetak kencang, telapak tangan dan telapak kaki berkeringat serta gelisah tak karuan merupakan ritual yang selama ini sulit saya hindari saat hendak terbang menggunakan pesawat. 

Takut luar biasa yang sulit digambarkan. Untungnya, saya cukup sukses menyembunyikan ketakutan itu dari penumpang lain. Sebab sepanjang penerbangan, saya hanya bisa tutup mata. Plus, berdoa sepanjang masa. Dasar manusia penuh dosa; saat di darat jarang berdoa, giliran di udara malah tak putus-putus doanya.

Puncak ketakutan itu biasanya akan muncul saat pesawat hendak lepas landas. Saat pilot melalui pengeras suara berujar: flight attendant, take off position. Ampun bro, saat itu jantungku terasa mau copot.

Jantung akan terus dipacu saat pesawat mulai merangkak naik menjejalahi langit. Akan sedikit reda ketika lampu sabuk pengaman dimatikan. "Selamat..." dalam hati sembari terus memejamkan mata.

Namun ketakutan luar biasa itu akan kembali hadir saat pesawat mengalami guncangan. Terutama ketika kapten mengumumkan adanya cuaca kurang baik dan menganjurkan penumpang mengenakan sabuk pengaman. Itu rasanya sulit digambarkan. Saya sudah membayangkan pesawat tak lama lagi bakal jatuh dan saya pun akan mati. Bersama penumpang yang lain, tentu saja.

Uniknya, saat pesawat hendak landing, saya mendadak sok jagoan. Membuka mata lebar-lebar dan menikmati pemandangan di bawah. Entah kenapa kalau sudah melihat daratan, jantung saya kembali normal. Malah, itu tadi, sok jagoan. Ambil ponsel lalu merekam detik-detik pesawat mendarat. Video rekaman pendaratan itu biasanya akan saya unggah ke akun youtube, sebagai kenang-kenangan. Bahwa saya memang jagoan landing.

Sebetulnya, saya sudah melakukan berbagai macam cara untuk melawan ketakutan itu. Antara lain, memilih terbang pagi, sekitar pukul 05.30 atau 06.00. Trik ini saya kira berhasil karena sejak malamnya sengaja tidak tidur. Tujuannya, berharap ketiduran saat di pesawat. Namun faktanya, tidak bisa sama sekali. Mata hanya terpejam sementara otak terus berpikir, lebih tepatnya berpikir soal kematian.

Bahkan tahun lalu, saat terbang ke Bandara Rendani di Manokwari, Papua Barat pada pukul 00.00, tetap saja tidak bisa tidur hingga tiba di Rendani pada pukul 06.00 WIT. 

Meski hanya membutuhkan waktu penerbangan langsung selama 4 jam saja, tetapi perbedaan waktu dua jam antara bagian barat dan bagian timur Indonesia, pesawat mendarat dengan mulus pada pukul 06.00 WIT. 

Sebelum mendarat, saya pun berkesempatan menikmati sinar matahari yang indah. Maklum, saya memang sok jago kalau pesawat sudah mau mendarat.

Ternyata, setelah mencoba banyak cara, justru yang cukup ampuh melawan fobia terbang adalah dengan menonton sebanyak-banyaknya video tentang penerbangan itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun