Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bamsoet, Potret Politisi Nggak Ada Puasnya!

29 November 2019   19:32 Diperbarui: 29 November 2019   19:36 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Airlangga dan Bamsoet (Tribunnews)

Sudah menjabat Ketua MPR, Bambang Soesatyo alias Bamsoet rupanya masih berhasrat mengejar tahta Golkar-1. Sebelumnya, Bamsoet juga sudah menikmati empuknya kursi Ketua DPR. Bamsoet bisa dikatakan sebagai potret politisi yang nggak ada puasnya. Ketua DPR, Ketua MPR, lalu ingin merebut Ketua Umum Golkar. Aduhai.

Tak ada sebetulnya yang salah dengan hasrat Bamsoet merebut Ketum Golkar. Sah-sah saja sebagai kader yang sudah cukup lama berkecimpung di bawah Beringin. Bamsoet yang pernah merintis karir di dunia jurnalistik ini juga harus diakui memang layak memimpin Golkar. Dia punya kharisma pemimpin. Terlebih lagi, Bamsoet tak hanya modal dengkul tetapi disokong modal kuat. Hartanya banyak.

Hanya saja, syahwat politik Bamsoet sejauh ini tampaknya melebihi batas. Itu karena kursi Ketua MPR yang didudukinya saat ini merupakan hasil "kesepakatan" antara Airlangga Hartarto, sang Ketum Golkar saat ini. Oleh Airlangga, Bamsoet ditawari kursi tersebut asalkan bersedia tidak lagi mencalonkan diri sebagai Ketum Golkar. Lalu, deal!

Airlangga kemudian melobi para ketua umum parpol di Senayan. Menggiring politisi Senayan untuk memilih Bamsoet sebagai MPR-1. Semua berjalan lancar, Bamsoet akhirnya terpilih dan langsung mengucapkan terima kasih kepada Airlangga. Bamsoet kemudian dilantik, segalanya berjalan normal kembali.

Airlangga boleh bernafas lega lantaran tidak ada lagi kandidat kuat yang bakal bersaing dengannya di Munas Golkar, awal Desember 2019. Itu artinya, Airlangga yang kini menjabat Menko Perekonomian di Kabinet Indonesia Maju, hampir dipastikan terpilih kembali sebagai Ketum Golkar untuk lima tahun ke depan.

Tetapi baru dua bulan menjabat, Bamsoet kemudian bermanuver. Berhasrat kembali menguasai Golkar. Hal inilah yang selanjutnya disebut loyalis Airlangga sebagai bentuk "pelanggaran" komitmen politik. Bamsoet dianggap tidak setia dengan janjinya. Namun siapa sangka, Bamsoet menyangkal. Ia mengaku tidak pernah menjanjikan hal tersebut.

Sebaliknya, Bamsoet malah tancap gas membangun kekuatan. Meski risikonya harus dicap sebagai politisi yang tak tepat janji. Mungkin bagi Bamsoet, menguasai kursi Ketum Golkar akan menyempurnakan pencapaian politiknya. Dari anggota DPR, Ketua DPR, Ketua MPR, dan kemudian Ketum Golkar. Paket komplit.

Menjadi bos parpol terutama parpol gemuk seperti Golkar memang luar biasa nikmatnya. Punya kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar di republik ini. Presiden Jokowi sendiri dalam sebuah acara Golkar mengakui itu. Jika Golkar goyah maka pemerintah juga ikut goyah. Ucapan Presiden sangat tepat mengingat Golkar selama ini mempunyai peran signifikan dalam menentukan arah politik nasional.

Kita tahu, Golkar merupakan parpol yang akhirnya merobohkan Koalisi Merah Putih (KMP) yang dimotori Gerindra pada 2014 lalu. Saat itu, Golkar meninggalkan KMP dan bergabung dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan kompensasi kursi menteri di kabinet Jokowi. Tanpa Golkar, roda pemerintahan kedua Jokowi juga dipastikan akan goyah, seperti diakui Jokowi sendiri.

Barangkali, keistimewaan Golkar itulah yang ingin direbut Bamsoet dari tangan Airlangga. Walaupun, itu harus mengingkari komitmen yang dulu pernah terjalin. Akan tetapi, Bamsoet sebetulnya telah ikut mengajarkan praktik politik yang kurang elok di negeri ini. Bahwa kesepakatan politik merupakan barang langka dan bahkan tidak ada harganya.

Bamsoet menjadi potret nyata bahwa politisi kita memang hanya berkutat pada kekuasaan belaka. Tidak ada lagi etika, norma, dan harga diri yang mengikat mereka. Selama ada peluang, sikat! Tak peduli itu melanggar kesepakatan atau tidak. Sebab bagi mereka, kesepakatan memang sudah tidak ada harganya. Yang penting, puas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun