Selain pekuburan, sejumlah peninggalan masih ada hingga kini. Seperti gereja, kuil, rumah sakit, sel penjara, hingga peralatan rumah tangga yang pernah digunakan para pengungsi. Bukti-bukti jejak para pengungsi Vietnam itu bisa dipelajari di gedung Museum yang berisikan kliping foto dan koran.
Di sana, kita bisa merasakan bagaimana kehidupan para pengungsi dari sejak berada di tengah ganasnya lautan, berada di pengungsian, hingga prosesi pemulangan mereka ke Vietnam yang dimulai sejak tahun 1979 hingga 1983.
Pihak pengelola yakni BP Batam sepertinya masih harus perlu menyediakan informasi sebanyak-banyaknya. Hal ini sangat penting agar pengunjung bisa merasakan suasana yang terjadi di masa lampau. Akibat kekurangan informasi, sesama pengunjung pun akhirnya saling bertanya, ihwal sebuah peristiwa kemanusiaan di masa lalu.
Selain minimnya informasi, mayoritas aset kawasan wisata yang seluasa 80 hektar tersebut tampak tidak terurus. Banyak bangunan yang hampir rubuh karena sama sekali tidak dirawat. Patung-patung yang berada di areal Gereja Kristen, terlihat lusuh. Dihimpit semak-belukar.
Semoga saja kawasan wisata ini lebih diperhatikan lagi oleh BP Batam. Bagaimanapun, eks camp pengungsi Vietnam telah menjadi bagian dari sejarah Indonesia khususnya di Pulau Galang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H