Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Reuni 212 Tanpa Prabowo

4 November 2019   13:19 Diperbarui: 4 November 2019   13:32 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo Subianto tak masuk 'list'. Tak seperti tahun lalu. Waktu tampil di acara paling dinanti. Reuni 212. Kaget? Nggak juga. Wajar menurut saya. Prabowo sudah ada di dalam pemerintahan. Menjabat Menteri Pertahanan pula. Jabatan strategis di dalam kabinet. Sudah nyaman dan punya kuasa besar pula.

Kalau panitia Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) tak punya rencana mengundang Prabowo, wajar banget. Wong sudah tak 'teman' lagi. Beda dengan tahun lalu, saat Prabowo masih menyandang status calon presiden. Yang didorong PA 212 menggantikan Jokowi. Kala itu Prabowo dianggap jauh lebih baik dari Jokowi. Tapi sekarang? Kita sudah tahu bersama.

Kalau tahun ketiga Reuni 212 tanpa Prabowo, kira-kira akan seramai tahun lalu? Diikuti ratusan ribu, atau ada yang menyebut jutaan massa? Sulit dipastikan. Paling cuma bisa menebak-nebak. Bisa jauh lebih ramai atau justru semakin sepi. Jadi ada dua kemungkinan. Makin ramai atau makin sepi.

Mungkin saja malah makin ramai tanpa kehadiran Prabowo. Menyodorkan bukti kalau 212 masih solid. Tanpa Prabowo sekalipun. Semakin banjir massa, lapangan Monas penuh. Agenda orasinya antara lain mengkritisi Jokowi, karena tak tepat memimpin Indonesia. 212 tetap berjaya tanpa Prabowo. Bahkan lebih berjaya. Mungkin saja.

Sebaliknya, aksi 212 mungkin saja kehilangan rohnya. Tak lagi seramai dulu. Perlahan ditinggalkan loyalisnya. Itu tadi. Karena Prabowo tak lagi ikut di dalam. Telah menyeberang ke kubu pemerintah. Sudah nyaman pula. Lalu apa lagi yang mau diperjuangkan? Pilpres 2019 sudah berlalu. Fakta politik yang wajib diterima. Mau tak mau. Itulah ciri negara demokrasi.

Belum lagi Amien Rais, yang telah ikut pula 'merestui' Prabowo. Amien tak protes meski Prabowo masuk ke lingkaran Jokowi. Syaratnya, Amien akan angkat bicara setelah pemerintahan Jokowi-Ma'ruf berusia 6 bulan. Itu berarti kira-kira di April 2020 nanti. Masih lama. Atau 4 bulan setelah Reuni 212 digelar pada 2 Desember 2019.

Maka hampir bisa dipastikan Amien Rais juga bakal absen di Reuni 212. Tak enak kepada Prabowo. Apa kata Prabowo nanti seandainya Amien tampil di podium 212. Kembali mengkritik pemerintahan Jokowi. Sementara Amien sendiri tak masalah ada Prabowo di dalam kabinet Jokowi. Kan nggak enak didengar.

Tetapi apapun itu. Reuni 212 tidak bisa dihalang-halangi. Apalagi dilarang. Itu hak mereka. Menyuarakan pendapat di muka umum. Bebas. Terlebih, selama Reuni 212 digelar dua tahun ini, semuanya tertib. Kalau ada keributan kecil, itu hal lumrah dalam demonstrasi. Tidak perlu dibesar-besarkan. Yang jelas, Reuni 212 tetap mematuhi aturan. Dalam koridor yang sudah ditentukan.

Jadi kalaupun Reuni 212 tanpa Prabowo, segalanya akan berjalan normal. Diikuti banyak massa yang datang dari segala penjuru kota. Berkumpul bersama di area Monas. Beritanya akan memenuhi ruang media massa, terutama media sosial. Tetap seperti dulu. Ada yang setuju dan ada juga yang tak setuju. Tergantung cara pandang masing-masing. Bebas memilih tanpa ada larangan.

Itulah gambaran indahnya Indonesia. Bebas berekspresi. Bebas mengkritik. Namun tak boleh pula melarang keinginan orang lain. Seperti Prabowo yang pada akhirnya memilih bergabung dengan Jokowi. Dulu lawan sekarang kawan.

Demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun