Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ada Teknologi EOR, Bye-bye Impor Minyak

21 Agustus 2019   14:53 Diperbarui: 21 Agustus 2019   15:01 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Foto: Tribunnews

Indonesia dikenal sebagai penghasil minyak dan gas bumi (migas). Saking berlimpahnya produksi migas, keran ekspor lantas dibuka. Duit kemudian mengalir deras ke kas negara. Rakyat menikmatinya melalui pelbagai bentuk dari pembangunan infrastruktur hingga subsidi.

Tapi sayangnya itu dulu. Tepatnya dulu banget. Ketika Indonesia masih berjaya sumber daya alamnya. Namun dalam dua dekade terakhir, kedigdayaan itu perlahan memudar. Produksi migas terus menurun, istilahnya mature. Mulai usang. 

Di saat bersamaan, konsumsi semakin melonjak seiring bertambahnya jumlah penduduk. Produksi tak lagi sesuai dengan konsumsi. Timpang. Keran impor minyak dan BBM terpaksa dibuka. Devisa negara tergerus hingga subsidi BBM terpaksa dihapus.

Harapan selalu ada dengan kian canggihnya teknologi saat ini. Produksi migas ternyata masih bisa dipacu, bahkan dikuras habis. Caranya dengan menggunakan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) alias pengurasan minyak tahap lanjut. 

Secara sederhana, alat canggih ini berfungsi sebagai penyedot yang masih mengendap di bawah sumur. Dengan kata lain, tidak perlu menggali sumur baru, tetapi hanya menyedot sisa minyak yang selama ini masih terendap. 

Lalu seberapa banyak sih EOR dapat menyedot sisa minyak? Ternyata, berdasarkan keterangan Plt Dirjen Migas Djoko Siswanto seperti dilansir esdm.go.id,
sumber minyak Indonesia yang ditemukan sejak zaman Belanda hanya mampu mengangkat minyak sebanyak 50%. 

Nah, EOR mampu mengambil sisanya. Itu berarti, produksi akan meningkat 100% dari produksi saat ini. Luar biasa.

Di Indonesia, teknologi EOR sebenarnya sudah mulai dilakukan, seperti di lapangan migas Tanjung. Bahkan, mengutip laman pertamina.com, perusahaan BUMN ini akan kembali menerapkan EOR di delapan lapangan minyaknya antara lain, Tanjung, Sukowati, Rantau, Sago, Ramba, Jirak, Limau dan Jatibarang. 

Dalam dua sampai empat tahun ke depan, produksi kedelapan lapangan tersebut diproyeksi akan mengalami peningkatan hingga 4-5 kali dari total produksi saat ini. Tentu hal itu merupakan kabar gembira.

Kita berharap, proyek EOR Pertamina ini mampu menahan laju penurunan produksi minyak alamiah. Jika itu terjadi, otomatis impor minyak dan BBM akan berkurang drastis yang sekaligus memberikan dampak positif terhadap kas negara.

Bye-bye impor minyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun