Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Saat Karier Politik Ahok Tertutup Rapat

22 Juli 2019   18:59 Diperbarui: 22 Juli 2019   19:03 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan pernah bermain-main dengan isu SARA. Itulah pelajaran penting yang layak dicatat dari perjalanan politik Ahok, mantan Gubernur DKI Jakarta yang sangat fenomenal itu.

Bahwa secemerlang apapun kinerja seseorang, akan sia-sia bila sudah tergelincir kasus SARA, khususnya agama. Prestasi setinggi gunung dan seluas samudera tidak ada gunanya. Nol.

Itulah fakta dan realitas yang sepenuhnya disadari Ahok sendiri. Dilansir Kompas.com, Senin (22/7/2019), Ahok mengaku tidak lagi mungkin terjun ke dunia politik. Mustahil diangkat menjadi menteri ataupun jabatan politis lainnya. Nama Ahok sudah terlanjur cacat.

Ahok tak salah. Ia memang sudah cacat secara politik meskipun ia telah menjalani hukuman akibat perbuatannya. Tetapi lagi-lagi, realitas sosial dan politik memang begitu. Tak cuma di Jakarta atau Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Bahwa kasus SARA memang sulit dilupakan. Dimaafkan, mungkin saja.

Akan berbeda cerita, misalnya, Ahok dulu tersandung kasus korupsi di tengah gebrakannya membangun Jakarta. Kendati terbukti menilep duit rakyat, saya yakin nama Ahok tetap akan berkibar. Ia akan dimaafkan sepenuhnya. Masyarakat akan menciptakan pembenaran baginya.

Lihat saja, sejumlah politisi kita dulu pernah terlilit kasus korupsi. Begitu kembali ke pentas politik, perlahan namanya kembali bersih, masyarakat tak lagi mempersoalkan masa lalunya. Itu bukti kalau kasus korupsi lebih "menguntungkan" ketimbang kasus yang menimpa Ahok.

Kini nasi sudah menjadi bubur. Ahok harus diakui adalah seorang pemimpin hebat, berani pasang badan untuk kepentingan rakyat banyak. Siapapun lawannya. Tapi itu tak lagi berguna kini.

Maka kasus Ahok harus dijadikan sebagai pembelajaran berharga. Jangan pernah menyinggung perasaan dengan melontarkan kalimat bertafsir SARA. Itu berbahaya.

Kabar baiknya, Ahok masih bersedia memberikan kontribusinya kepada bangsa dan negara. Meski dengan cara lain, menjadi host di stasiun televisi, paling tidak semangat dan totalitas seorang Ahok masih bisa disaksikan banyak orang.

Selamat terjun ke dunia baru, Pak Ahok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun