Jangan pernah bermain-main dengan isu SARA. Itulah pelajaran penting yang layak dicatat dari perjalanan politik Ahok, mantan Gubernur DKI Jakarta yang sangat fenomenal itu.
Bahwa secemerlang apapun kinerja seseorang, akan sia-sia bila sudah tergelincir kasus SARA, khususnya agama. Prestasi setinggi gunung dan seluas samudera tidak ada gunanya. Nol.
Itulah fakta dan realitas yang sepenuhnya disadari Ahok sendiri. Dilansir Kompas.com, Senin (22/7/2019), Ahok mengaku tidak lagi mungkin terjun ke dunia politik. Mustahil diangkat menjadi menteri ataupun jabatan politis lainnya. Nama Ahok sudah terlanjur cacat.
Ahok tak salah. Ia memang sudah cacat secara politik meskipun ia telah menjalani hukuman akibat perbuatannya. Tetapi lagi-lagi, realitas sosial dan politik memang begitu. Tak cuma di Jakarta atau Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Bahwa kasus SARA memang sulit dilupakan. Dimaafkan, mungkin saja.
Akan berbeda cerita, misalnya, Ahok dulu tersandung kasus korupsi di tengah gebrakannya membangun Jakarta. Kendati terbukti menilep duit rakyat, saya yakin nama Ahok tetap akan berkibar. Ia akan dimaafkan sepenuhnya. Masyarakat akan menciptakan pembenaran baginya.
Lihat saja, sejumlah politisi kita dulu pernah terlilit kasus korupsi. Begitu kembali ke pentas politik, perlahan namanya kembali bersih, masyarakat tak lagi mempersoalkan masa lalunya. Itu bukti kalau kasus korupsi lebih "menguntungkan" ketimbang kasus yang menimpa Ahok.
Kini nasi sudah menjadi bubur. Ahok harus diakui adalah seorang pemimpin hebat, berani pasang badan untuk kepentingan rakyat banyak. Siapapun lawannya. Tapi itu tak lagi berguna kini.
Maka kasus Ahok harus dijadikan sebagai pembelajaran berharga. Jangan pernah menyinggung perasaan dengan melontarkan kalimat bertafsir SARA. Itu berbahaya.
Kabar baiknya, Ahok masih bersedia memberikan kontribusinya kepada bangsa dan negara. Meski dengan cara lain, menjadi host di stasiun televisi, paling tidak semangat dan totalitas seorang Ahok masih bisa disaksikan banyak orang.
Selamat terjun ke dunia baru, Pak Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H