Betul saja, Bro. Tabloid yang kami gagas itu pun "mati melahirkan" alias hanya satu kali terbit. Cuma edisi perdana, tok. Gagasan dan ide besar meski didukung dana rupanya tak jadi jaminan kelanggengan sebuah media massa. Ada hal yang lebih penting dari itu yakni passion para punggawanya. Paling tidak, itu pesan yang bisa kupahami.
Perihal kematian tabloid yang kami terbitkan itu rupanya tak membuat Arswendo alergi bertandang ke kampus. Beberapa kali ia tetap bersedia mengisi seminar, sebagai pembicara soal dunia tulis-menulis. Juga materi terkait kritik sastra yang memang dikuasainya.
Selamat Jalan...
Kini Arswendo Atmowiloto telah tiada. Meninggalkan dunia untuk selamanya. Semoga karyanya tetap abadi. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H